Hikayat Pasar Baru Bandung, Bermula dari Kerusuhan Ciguriang 1842

Hengky Sulaksono
Ditulis oleh Hengky Sulaksono diterbitkan Senin 26 Mei 2025, 19:48 WIB
Pasar Baru Bandung (Sumber: Ayobandung)

Pasar Baru Bandung (Sumber: Ayobandung)

AYOBANDUNG.ID - Pasar Baru Bandung bukan sekadar tempat belanja kain murah dan oleh-oleh khas Tanah Sunda. Di balik gegap gempita tawar-menawar dan kepulan asap dari pedagang makanan kaki lima, pasar yang kini berdiri megah di pusat kota itu menyimpan cerita panjang soal kota, konflik, dan perubahan wajah ekonomi Bandung sejak abad ke-19.

Tak banyak warga Bandung tahu bahwa pasar ini lahir dari tragedi berdarah. Kisah berdirinya Pasar Baru bermula dari kehancuran pasar lama di kawasan Ciguriang. Lokasi ini sekarang dikenal sebagai sekitaran Jalan Kepatihan, yang dulu menjadi pusat niaga warga Bandung. Namun, pada akhir 1842, kawasan itu luluh lantak oleh kobaran api.

Pemicunya adalah seorang pria keturunan Tionghoa Muslim asal Kudus bernama Munada. Ia bekerja pada Nagel, Asisten Residen Bandung. Dalam buku Menguak Pasar Tradisional Indonesia (2012), disebutkan bahwa Munada diberi amanah mengelola anggaran untuk pengadaan angkutan kereta. Namun ia menyalahgunakan kepercayaan tersebut—uang negara digunakan untuk kepentingan pribadi. Akibatnya, ia dipenjara oleh Nagel.

Dendam pun membara. Munada membalas perlakuan itu dengan menggalang dukungan dari beberapa orang, termasuk Raden Naranata, seorang priyayi yang juga punya masalah pribadi dengan penguasa kolonial. Mereka membakar Pasar Ciguriang. Aksi itu bukan hanya menghanguskan pusat perdagangan, tetapi juga memicu kekacauan besar yang menyebar hingga kawasan Alun-alun, Jalan Raya Pos, Pangeran Sumedangweg (kini Jalan Otto Iskandardinata), hingga ke Babatan dan Jalan ABC.

Dalam tulisannya Babah Liem Siang alias Munada, Atep Kurnia menukil pendapat Edi S. Ekadjati dan Aam Masduki dalam Wawacan Carios Munada (1993: 4), yang menyebut ada empat naskah penting berkaitan dengan sosok Munada. Keempatnya adalah Wawacan Carios Munada, Sajarah Timbanganten, Kitab Pancakaki, dan Babad Adipati Aria Martanagara. Munada, digambarkan sebagai seorang mualaf Tionghoa, sempat dipercaya Asisten Residen Nagel dalam proyek pengadaan kereta. Kepercayaan itu ia khianati.

Dalam naskah kuno Wawacan Carios Munada, yang kini menjadi koleksi Perpustakaan Universitas Leiden, disebut bahwa kerusuhan besar ini berpuncak pada tanggal 30 Desember 1842. Dalam teks yang ditulis Mas Kartadinata berdasarkan wawancara dengan saksi-saksi hidup saat itu, disebutkan Munada bukan sekadar pelaku pembakaran, tapi juga pembunuh Nagel. Dalam Kitab Pancakaki (Cod. Or. 6499), yang ditulis Raden Natadimaja di Sumedang, peristiwa pembunuhan Nagel disebut terjadi pada 28 Desember 1845.

Tragedi itu membuat para pedagang tercerai-berai. Sebagai langkah penanganan, pemerintah Hindia Belanda membuka area baru untuk para pedagang pada 1844, di sisi barat kawasan Pecinan. Di sinilah cikal bakal Pasar Baru Bandung berdiri.

Pasar Terbersih di Hindia Belanda

Walau lahir dari kekacauan, Pasar Baru berkembang menjadi titik vital ekonomi lokal. Letaknya strategis, dekat dengan Stasiun Bandung yang baru beroperasi beberapa dekade kemudian, membuatnya kian ramai dan mudah diakses oleh pedagang maupun pembeli dari luar kota.

Berdasarkan catatan sejarawan A. Sobana Hardjasaputra, keputusan memindahkan pusat perdagangan ke tempat itu juga didorong oleh kedekatan dengan jalur logistik dan mobilitas warga. Aktivitas ekonomi di kawasan tersebut bahkan sudah terlihat sebelum penetapan resmi sebagai pasar.

Beberapa pengusaha dari masa itu kini diabadikan sebagai nama jalan di sekitar pasar, jejak yang menunjukkan peran mereka dalam menghidupkan denyut perdagangan kota ini.

Perkembangan besar Pasar Baru terjadi pada 1926 saat pemerintah kolonial memperluas kawasan pasar. Kompleks pertokoan dibangun lebih tertata, dan dua pos penjagaan bergaya arsitektur khas—atap diagonal dari bahan mirip ebonit—didirikan untuk mengapit jalan masuk utama. Estetika dan keteraturan ini mengantar Pasar Baru meraih predikat “Pasar Terbersih se-Hindia Belanda” pada 1935.

Zaman berganti. Modernisasi mulai menggusur wajah-wajah lama. Pada 1970, dilakukan perombakan besar-besaran. Pos-pos khas itu hilang, digantikan bangunan semi permanen dengan deretan toko di depan dan los-los pedagang di belakang. Aroma kolonial perlahan sirna, diganti suasana khas pasar tradisional yang padat, ramai, dan apa adanya.

Puncak transformasi datang pada awal abad ke-21. Pemerintah Kota Bandung memutuskan membangun ulang seluruh kompleks menjadi pasar modern berkonsep trade center. Proyek dimulai pada 2001 dan rampung dua tahun kemudian. Wajah Pasar Baru berubah total: menjulang hingga delapan lantai, lengkap dengan eskalator, area parkir, dan sistem keamanan yang lebih tertib.

Tapi satu hal yang tetap tinggal: semangat niaga yang membumi. Di balik etalase modern, masih ada semangat ribuan pedagang kecil yang mewarisi denyut sejarah panjang pasar ini, dari puing-puing kerusuhan ke arus deras perdagangan kota.

Kini, Pasar Baru bukan hanya menjadi saksi perputaran rupiah harian, tapi juga saksi hidup tentang bagaimana kota ini menata kembali dirinya usai terbakar oleh amarah dan pengkhianatan, lalu bangkit menjadi simbol perniagaan yang terus bertahan menghadapi zaman.

Nilai artikel ini
Klik bintang untuk menilai

News Update

Ayo Biz 02 Sep 2025, 18:26 WIB

Bukan Sekadar Nostalgia: Elizabeth Menjawab Tren Fesyen Generasi Baru

Elizabeth memasuki babak baru, untuk menjaga relevansi brand di tengah perubahan gaya hidup dan selera konsumen yang semakin dinamis.
Koleksi tas dari brand lokal Elizabeth. (Sumber: Ayobandung.id | Foto: Eneng Reni Nuraisyah Jamil)
Ayo Biz 02 Sep 2025, 16:58 WIB

Menemukan Keindahan dan Rasa di Emmy’s Kitchen, Oase Kuliner Estetik di Tengah Tren Kafe Bandung

Bernuansa shabby chic vintage, Konsep Emmy’s Kitchen menggabungkan elemen klasik Eropa dan taman bunga, magnet bagi pencinta estetika.
Area indoor Emmy’s Kitchen bertema European classic. (Sumber: Ayobandung.id | Foto: Eneng Reni Nuraisyah Jamil)
Ayo Netizen 02 Sep 2025, 16:00 WIB

AYO NETIZEN September 2025 Usung Tema HUT Kota Bandung, Total Hadiah Rp1,5 Juta!

Program AYO NETIZEN dari Ayobandung.id mengangkat tema besar HUT Kota Bandung 2025.
Program AYO NETIZEN dari Ayobandung.id mengangkat tema besar HUT Kota Bandung 2025. (Sumber: Pexels/Anna Nekrashevich)
Ayo Biz 02 Sep 2025, 15:58 WIB

Cikopi Mang Eko: Dari Bandung ke Asia Tenggara, Menyulut Semangat Kopi Lokal

Keputusan Mang Eko untuk terjun ke bisnis kopi bukan sekadar mengikuti tren. Ia melihat kopi sebagai komoditas yang tak lekang oleh waktu.
Muchtar Koswara akrab dipanggil Mang Eko, pemilik dari brand UMKM Cikopi Mang Eko. (Sumber: Ayobandung.id | Foto: Eneng Reni Nuraisyah Jamil)
Ayo Netizen 02 Sep 2025, 14:38 WIB

Musisi Flamboyan yang Peduli Budaya Sunda Itu Telah Pergi

Kang Acil Bimbo alias Raden Darmawan Dajat Hardjakusumah meninggal dunia.
Jaka, Samsudin, Acil dari grup Trio Bimbo di Majalah Varianada Edisi 86 Tahun 1972. (Sumber: Wikimedia Commons)
Ayo Netizen 02 Sep 2025, 13:40 WIB

Mie Kocok Bandung dalam Cerita Negeri Wakanda

Sekecil apapun itu, semembahayakan itu, suara keadilan harus terus digaungkan. Sekali pun lewat makanan yang kamu sedang nikmati saat ini.
Mie Kocok Bandung Buatan di Rumah (Sumber: Dokumentasi Penulis | Foto: Dias Ashari)
Ayo Biz 02 Sep 2025, 12:18 WIB

Mengungkap Rahasia di Balik Cita Rasa Kopi Otentik

Owner BJR Coffee, Dinda Gemilang mengungkapkan bahwa kunci pengolahan kopi berkualitas terletak pada proses roasting. Menurutnya, tahap ini sangat menentukan cita rasa yang akan muncul dari secangkir
Biji Kopi di Kedai Kopi Banjaran (Foto: Rizma Riyandi)
Ayo Jelajah 02 Sep 2025, 11:08 WIB

Sejarah Bandung dari Paradise in Exile Sampai jadi Kota Impian Daendels

Bandung dulu dijuluki surga dalam pembuangan, tempat buangan pegawai VOC di pedalaman Priangan. Jadi kota besar berkat kopi dan sejarah kolonialisme.
Keramaian Jalan Raya Pos bagian timur di Bandung di era kolonial. (Sumber: Tropenmuseum)
Ayo Biz 02 Sep 2025, 11:07 WIB

Mengenal Dapros, Kerupuk Tradisional dengan Bentuk Unik dan Citarasa Khas

Di meja makan orang Indonesia, kerupuk hampir selalu hadir sebagai pelengkap. Di antara ragam jenisnya, ada satu yang masih bertahan hingga kini meski dibuat dengan cara tradisional, yaitu kerupuk dap
Ilustrasi Foto Dapros. (Foto: Dok. Shopee)
Ayo Biz 02 Sep 2025, 09:38 WIB

Lomie Imam Bonjol, Kuliner Legendaris Favorit BJ Habibie

Lomie sudah melekat menjadi identitas kuliner Bandung. Hidangan mie berkuah kental ini kerap disajikan hangat bersama kangkung, menciptakan rasa gurih yang cocok dinikmati saat cuaca dingin.
Foto Lomie Imam Bonjol, Kuliner Favorit BJ Habibie. (Foto: GMAPS)
Ayo Netizen 02 Sep 2025, 09:16 WIB

Sejarah Rugbi di Indonesia, Bandung Dianggap Kota Pelopor

Rugbi, "olahraga kasar untuk pria terhormat" ini, sudah denyut sejak dulu khususnya di Kota Bandung.
Ilustrasi dua tim rugbi yang tengah bertanding. (Sumber: Wikimedia Commons | Foto: PierreSelim)
Ayo Biz 01 Sep 2025, 20:26 WIB

Screamous: Ketika Streetwear Menjadi Kanvas Kolaborasi Dunia

Didirikan awal tahun 2000-an, Screamous lahir dari semangat anak muda Bandung yang ingin menyuarakan identitas melalui fashion.
Koleksi kolaborasi Screamous x Usugrow. (Sumber: Ayobandung.id | Foto: Eneng Reni Nuraisyah Jamil)
Ayo Netizen 01 Sep 2025, 20:14 WIB

Kota Bandung, Tren, dan Ironi Kolonialisme

Kota penuh perhatian. Ada budaya pop juga sejarah melawan penjajahan. Indah tapi juga penuh masalah.
Tukang becak di Kota Bandung. (Sumber: Pexels/Try Sukma Wijaya)
Ayo Biz 01 Sep 2025, 19:35 WIB

Dari Kandang ke Kedai, Spill&Bites dan Rasa yang Meresap

Spill&Bites dan ide bisnis mereka mengolah peluang dari hulu ke hilir, dari peternakan hingga meja makan.
Spill&Bites, hasil evolusi dari industri peternakan ayam yang melihat peluang lebih besar di dunia makanan cepat saji. (Sumber: Ayobandung.id | Foto: Eneng Reni Nuraisyah Jamil)
Ayo Biz 01 Sep 2025, 18:01 WIB

Dari Bank ke Dapur: Andri dan Daimata yang Meracik Peluang dari Pedasnya Sambal Lokal

Daimata adalah misi Andri untuk mengangkat kuliner lokal, sambal khas Indonesia agar bisa dinikmati siapa saja, kapan saja, tanpa kehilangan cita rasa aslinya.
Andri Ganamurti selaku Owner dari brand Daimata, produk UMKM sambal dalam kemasan. (Sumber: Ayobandung.id | Foto: Eneng Reni Nuraisyah Jamil)
Ayo Netizen 01 Sep 2025, 17:41 WIB

Bursa Digital, Pajak Karbon, dan Agenda Keberlanjutan dalam APBN

Pajak karbon dan bursa digital dapat menjadi alat penting dalam agenda keberlanjutan dalam APBN.
Ilustrasi Lingkungan (Sumber: Pixabay.com | Foto: Pixabay)
Ayo Jelajah 01 Sep 2025, 15:52 WIB

Sejarah Hari Jadi Kota Bandung, Kenapa 25 September?

Bandung pernah rayakan ulang tahun 1 April, tapi kini 25 September jadi tanggal resmi berdirinya kota. Penetapan 25 September 1810 lahir dari riset sejarah panjang.
Alun-alun Bandung tahun 1920-an. (Sumber: KITLV)
Ayo Netizen 01 Sep 2025, 15:19 WIB

Apakah Damkar Representasi Pahlawan Sesungguhnya Negeri Ini?

Fenomena "minta tolong ke damkar" sedang ramai di masyarakat.
Nyatanya Damkar Lebih Dipercaya Masyarakat (Sumber: Pexels/Muallim Nur).
Ayo Biz 01 Sep 2025, 14:05 WIB

Sajikan Biji Kopi Kabupaten Bandung, BJR Coffee Tawarkan Kualitas Citarasa yang Konsisten

Berawal dari hobi, Dinda Gemilang sukses membangun bisnis kopi dengan brand Kopi BJR. Bahkan konsumen Dinda berasal dari berbagai daerah di luar Bandung.
Kopi BJR (Foto: Rizma Riyandi)
Ayo Jelajah 01 Sep 2025, 13:16 WIB

Jejak Sejarah Gempa Besar di Sesar Lembang, dari Zaman Es hingga Kerajaan Pajajaran

Sejarah gempa besar di Sesar Lembang ungkap potensi magnitudo 7. Gempa raksasa purba ini sudah terlacak sezak Zaman Es akhir hingga Kerajaan Pajajaran di abad ke-15.
Ilustrasi gempa besar akibat Sesar Lembang di Bandung di abad ke-15.