Sejarah Penyebutan Bandung, dari Danau Purba hingga Bandeng

Hengky Sulaksono
Ditulis oleh Hengky Sulaksono diterbitkan Jumat 29 Agu 2025, 16:31 WIB
Suasana Jalan Asia Afrika (Groote Postweg) Kota Bandung zaman kolonial Belanda. (Sumber: Tropenmuseum)

Suasana Jalan Asia Afrika (Groote Postweg) Kota Bandung zaman kolonial Belanda. (Sumber: Tropenmuseum)

AYOBANDUNG.ID - Bandung adalah nama yang melekat di telinga banyak orang: kota besar di Jawa Barat, julukannya Parijs van Java, surganya kuliner dan belanja. Tapi kapan pertama kali nama ini digunakan, tak ada yang tahu pasti. Sejarah menyediakan ragam versi, termasuk yang menyatakan asal-usulnya berakar dari kata “bandeng”. Bagaimana mungkin Bandung lahir dari kata bandeng? Padahal, jelas-jelas kota ini bukan pusat budidaya ikan air payau.

Berdasarkan dokumen resmi Pemerintah Kota Bandung, disebutkan bahwa asal-usul nama Bandung memang multitafsir. Ada versi yang menyebut Bandung berasal dari kata bendung. Versi ini jelas merujuk pada peristiwa ribuan tahun lalu, ketika lahar Tangkubanparahu menyumbat aliran Sungai Citarum di Sanghyang Tikoro. Sungai yang terbendung itu kemudian membentuk danau besar yang dikenal sebagai Danau Bandung.

Danau purba ini tidak main-main. Luasnya menenggelamkan dataran dari Cicalengka sampai Padalarang, dari Soreang hingga Tangkubanparahu. Bayangkan saja, kalau danau ini masih ada, Bandung sekarang barang tentu sudah jadi kota wisata perahu dayung—meskipun di Dayeuhkolot, Gedebage, hingga Palasari kadang jadi arena perahu dayung dadakan sesaat setelah hujan besar melanda.

Dari danau itulah muncul tafsir lain: kata Bandung dihubungkan dengan yang kini lebh dikenal menyerupai jenis ikan: bandeng. Bukan sekadar bandeng, tapi bandeng ngabandeng. Ia tidak merujuk pada jenis hewan air payau yang kini populer disajikan sebagai bandeng presto, melainkan pada istilah lokal yang berarti genangan air luas, tampak tenang, tapi diam-diam menyeramkan. Bisa jadi orang Sunda kala itu menatap air danau yang luas sambil berbisik lirih, “ngabandeng.” Lama-lama keseleo lidah lalu berubah jadi “Bandung”.

Baca Juga: Jejak Sejarah Freemason di Bandung, Loji Sint Jan yang Dilarang Soekarno

Tafsir lain menyebut Bandung berasal dari kata banding atau berdampingan. Topografinya memang cocok: dua dataran besar di barat dan timur Sungai Citarum yang saling menatap dari kejauhan, dipisahkan air. Dari kata itu lahirlah istilah bale bandung untuk dua balai yang berdiri berdampingan, dan parahu bandungan untuk dua perahu yang diikat sejajar agar lebih stabil. Jadi, sebelum jadi nama kota dengan banyak mal dan kafe estetik, Bandung adalah konsep keseimbangan: tentang air, daratan, dan kedekatan.

Peta danau prasejarah Bandung. (Sumber: Museum Geologi)
Peta danau prasejarah Bandung. (Sumber: Museum Geologi)

Dari Danau ke Kerajaan dan Pemberontakan Dipati Ukur

Danau purba Bandung surut perlahan sejak zaman Neolitikum. Ribuan tahun kemudian, daratan mulai muncul dan dihuni manusia. Tercatat dalam Sadjarah Bandung bahwa wilayah ini dulu termasuk Kerajaan Timbanganten, sekitar abad ke-15, dengan pusat pemerintahan di Tegalluar, daerah yang kini terkenal dengan nama Tegal Mantri. Raja Timbanganten, Ujang Euken alias Ujang Talaga, dikenal juga sebagai Bumi Ukur, nama yang kelak melekat sebagai sebutan Tatar Ukur, cikal bakal Priangan.

Kerajaan kecil itu lalu dipimpin oleh Dipati Agung, sebelum digantikan menantunya, Raden Wangsanata alias Dipati Ukur. Nama terakhir ini yang paling melegenda. Pada awal abad ke-17, Dipati Ukur diangkat Sultan Agung Mataram sebagai Bupati Wedana Priangan. Syaratnya berat: ikut menyerang Batavia. Tapi penyerangan Mataram ke Batavia gagal total. Dipati Ukur tahu dirinya bisa kena hukuman. Daripada menunggu dihukum, ia memilih berontak.

Pemberontakan Dipati Ukur berlangsung tiga tahun, dari 1628 sampai 1631. Versi resmi Mataram bilang ia tertangkap dan dihukum mati. Tapi cerita rakyat Priangan lain lagi: katanya yang tertangkap bukan Dipati Ukur, melainkan orang lain yang dikira dirinya. Legenda ini membuat Dipati Ukur tetap hidup dalam cerita rakyat, meskipun dalam dokumen politik ia sudah dianggap habis riwayat.

Baca Juga: Gunung Selacau, Jejak Dipati Ukur dan Letusan Zaman yang Kini Digilas Tambang

Usai pemberontakan, Sultan Agung merapikan Priangan. Wilayahnya dipecah jadi tiga kabupaten: Bandung, Sukapura (sekarang Tasikmalaya), dan Parakamuncang di sekitar Cicalengka. Sejak itulah nama Bandung resmi masuk administrasi Mataram. Bupati pertama Bandung adalah Ki Astamanggala, yang mendapat gelar Tumenggung Wiraangunangun. Tahun pengangkatannya pun jadi bahan perdebatan: ada yang bilang 1633, ada pula yang menghitung 1641.

Yang jelas, sejak saat itu Bandung bukan lagi sekadar istilah air atau legenda danau purba. Bandung sudah masuk birokrasi kerajaan, punya bupati, punya wilayah, dan punya kedudukan politik. Dari fenomena geologi, ia menjelma jadi entitas resmi yang tercatat dalam piagam Mataram.

Bandoeng Tempo Doeloe di Era Kolonial Belanda

Bandung kemudian terus bertahan namanya, bahkan ketika Belanda masuk. Dalam catatan kolonial, ia dieja “Bandoeng.” Awalnya Bandung hanyalah kabupaten pedalaman, tapi keputusannya terletak di jalur vital. Tahun 1809, Gubernur Jenderal Daendels membangun jalan raya pos Anyer–Panarukan. Jalan lurus nan panjang itu membelah Priangan, melewati wilayah Bandung. Sejak itulah daerah ini punya posisi strategis dalam lalu lintas kolonial.

Belanda kemudian menata Bandung menjadi kota modern. Perencanaan kotanya mengikuti pola Eropa: jalan lurus, blok teratur, dengan bangunan pemerintahan diletakkan di pusat. Bagi Belanda, Bandung cocok dijadikan kota administratif karena udaranya sejuk, tanahnya subur, dan letaknya tidak terlalu jauh dari Batavia.

Suasana Groote Postweg Oost di Bandung zaman baheula. (Sumber: Tropenmuseum)
Suasana Groote Postweg Oost di Bandung zaman baheula. (Sumber: Tropenmuseum)

Pada abad ke-19, Bandung pelan-pelan naik pamor sebagai kota peristirahatan orang Belanda. Udaranya yang dingin dianggap mirip pegunungan Swiss. Tak heran jika banyak pejabat kolonial menjadikan Bandung tempat liburan akhir pekan. Hotel-hotel besar bermunculan, seperti Savoy Homann dan Preanger. Kedai kopi dan kafe ala Eropa mengisi sudut kota, sementara vila-vila mewah berdiri di dataran tinggi sekitarnya.

Bandung juga dikenal dengan gaya arsitektur khas. Pada awal abad ke-20, kota ini berkembang dengan bangunan art deco yang elegan, sebagian masih bertahan hingga sekarang. Arsitek-arsitek Belanda, seperti Wolff Schoemaker, meninggalkan jejak karya yang membuat Bandung dijuluki kota arsitektur.

Pada abad ke-19, Bandung naik pamor jadi kota peristirahatan orang Belanda. Hotel-hotel mewah, taman kota, dan kafe art deco bermunculan. Di sinilah julukan Parijs van Java lahir. Bandung bukan lagi hanya kabupaten di Priangan, tapi juga kota kosmopolitan dengan daya tarik Eropa.

Baca Juga: Warga Bandung Kena Kibul Charlie Chaplin: Si Eon Hollywood dari Loteng Hotel

Tak hanya itu, pemerintah kolonial juga menjadikan Bandung pusat pendidikan dan riset. Lembaga-lembaga ilmiah berdiri, termasuk sekolah teknik yang kelak menjadi ITB. Di sinilah Bandung mulai tampil bukan sekadar kota kabupaten, tapi juga kota ilmu pengetahuan.

Julukan Parijs van Java lahir pada masa itu. Orang Belanda dan kalangan elite pribumi menyebut Bandung sebagai Parisnya Jawa karena suasananya kosmopolit, modis, dan penuh hiburan. Jalan Braga menjadi ikon: butik, toko mode, restoran, dan bioskop berderet, menawarkan gaya hidup modern ala orang-orang Eropa pada masanya.

Artikel Rekomendasi Untuk Anda

Nilai artikel ini
Klik bintang untuk menilai

News Update

Ayo Biz 13 Des 2025, 17:34 WIB

Jawa Barat Siapkan Distribusi BBM dan LPG Hadapi Lonjakan Libur Nataru

Mobilitas tinggi, arus mudik, serta destinasi wisata yang ramai menjadi faktor utama meningkatnya konsumsi Bahan Bakar Minyak (BBM) dan Liquefied Petroleum Gas (LPG).
Ilustrasi. Mobilitas tinggi, arus mudik, serta destinasi wisata yang ramai menjadi faktor utama meningkatnya konsumsi Bahan Bakar Minyak (BBM) dan Liquefied Petroleum Gas (LPG). (Sumber: Ayobandung.id | Foto: Eneng Reni Nuraisyah Jamil)
Ayo Biz 13 Des 2025, 14:22 WIB

Di Balik Gemerlap Belanja Akhir Tahun, Seberapa Siap Mall Bandung Hadapi Bencana?

Lonjakan pengunjung di akhir tahun membuat mall menjadi ruang publik yang paling rentan, baik terhadap kebakaran, kepadatan, maupun risiko teknis lainnya.
Lonjakan pengunjung di akhir tahun membuat mall menjadi ruang publik yang paling rentan, baik terhadap kebakaran, kepadatan, maupun risiko teknis lainnya. (Sumber: Ayobandung.id | Foto: Eneng Reni Nuraisyah Jamil)
Ayo Netizen 12 Des 2025, 21:18 WIB

Menjaga Martabat Kebudayaan di Tengah Krisis Moral

Kebudayaan Bandung harus kembali menjadi ruang etika publik--bukan pelengkap seremonial kekuasaan.
Kegiatan rampak gitar akustik Revolution Is..di Taman Cikapayang
Ayo Netizen 12 Des 2025, 19:31 WIB

Krisis Tempat Parkir di Kota Bandung Memicu Maraknya Parkir Liar

Krisis parkir Kota Bandung makin parah, banyak kendaraan parkir liar hingga sebabkan macet.
Rambu dilarang parkir jelas terpampang, tapi kendaraan masih berhenti seenaknya. Parkir liar bukan hanya melanggar aturan, tapi merampas hak pengguna jalan, Rabu (3/12/25) Alun-Alun Bandung. (Sumber: Dokumentasi Penulis | Foto: Ishanna Nagi)
Ayo Netizen 12 Des 2025, 19:20 WIB

Gelaran Pasar Kreatif Jawa Barat dan Tantangan Layanan Publik Kota Bandung

Pasar Kreatif Jawa Barat menjadi pengingat bahwa Bandung memiliki potensi luar biasa, namun masih membutuhkan peningkatan kualitas layanan publik.
Sejumlah pengunjung memadati area Pasar Kreatif Jawa Barat di Jalan Pahlawan No.70 Kota Bandung, Rabu (03/12/2025). (Foto: Rangga Dwi Rizky)
Ayo Jelajah 12 Des 2025, 19:08 WIB

Hikayat Paseh Bandung, Jejak Priangan Lama yang Diam-diam Punya Sejarah Panjang

Sejarah Paseh sejak masa kolonial, desa-desa tua, catatan wisata kolonial, hingga transformasinya menjadi kawasan industri tekstil.
Desa Drawati di Kecamatan Paseh. (Sumber: YouTube Desa Drawati)
Ayo Netizen 12 Des 2025, 18:57 WIB

Kota untuk Siapa: Gemerlap Bandung dan Sunyi Warga Tanpa Rumah

Bandung sibuk mempercantik wajah kota, tapi lupa menata nasib warganya yang tidur di trotoar.
Seorang tunawisma menyusuri lorong Pasar pada malam hari (29/10/25) dengan memanggul karung besar di Jln. ABC, Braga, Sumur Bandung, Kota Bandung. (Foto: Rajwaa Munggarana)
Ayo Netizen 12 Des 2025, 17:53 WIB

Hubungan Diam-Diam antara Matematika dan Menulis

Penjelasan akan matematika dan penulisan memiliki hubungan yang menarik.
Matematika pun memerlukan penulisan sebagai jawaban formal di perkuliahan. (Sumber: Dok. Penulis | Foto: Caroline Jessie Winata)
Ayo Netizen 12 Des 2025, 16:44 WIB

Banjir Orderan Cucian Tarif Murah, Omzet Tembus Jutaan Sehari

Laundrypedia di Kampung Sukabirus, Kabupaten Bandung, tumbuh cepat dengan layanan antar-jemput tepat waktu dan omzet harian lebih dari Rp3 juta.
Laundrypedia hadir diperumahan padat menjadi andalan mahasiswa, di kampung Sukabirus, Kabupaten Bandung, Kamis 06 November 2025. (Sumber: Fadya Rahma Syifa | Foto: Fadya Rahma Syifa)
Ayo Netizen 12 Des 2025, 16:29 WIB

Kedai Kekinian yang Menjadi Tempat Favorit Anak Sekolah dan Mahasiswa Telkom University

MirukiWay, UMKM kuliner Bandung sejak 2019, tumbuh lewat inovasi dan kedekatan dengan konsumen muda.
Suasana depan toko MirukiWay di Jl. Sukapura No.14 Desa Sukapura, Kecamatan Dayeuhkolot, Kabupaten Bandung, Selasa, (28/10/2025). (Sumber: Dokumentasi Penulis | Foto: Nasywa Hanifah Alya' Al-Muchlisin)
Ayo Netizen 12 Des 2025, 15:53 WIB

Bandung Kehilangan Arah Kepemimpinan yang Progresif

Bandung kehilangan kepemimpinan yang progresif yang dapat mengarahkan dan secara bersama-sama menyelesaikan permasalahan yang kompleks.
Wali Kota Bandung, Muhammad Farhan, meninjau lokasi banjir di kawasan Rancanumpang. (Sumber: Humas Pemkot Bandung)
Ayo Netizen 12 Des 2025, 15:31 WIB

Tren Olahraga Padel Memicu Pembangunan Cepat Tanpa Menperhitungkan Aspek Keselamatan Jangka Panjang?

Fenomena maraknya pembangunan lapangan padel yang tumbuh dengan cepat di berbagai kota khususnya Bandung.
Olahraga padel muncul sebagai magnet baru yang menjanjikan, bukan hanya bagi penggiat olahraga, tapi juga bagi pelaku bisnis dan investor. (Sumber: The Grand Central Court)
Beranda 12 Des 2025, 13:56 WIB

Tekanan Biological Clock dan Ancaman Sosial bagi Generasi Mendatang

Istilah biological clock ini digunakan untuk menggambarkan tekanan waktu yang dialami individu, berkaitan dengan usia dan kemampuan biologis tubuh.
Perempuan seringkali dituntut untuk mengambil keputusan berdasarkan pada tekanan sosial yang ada di masyarakat. (Sumber: Unsplash | Foto: Alex Jones)
Ayo Netizen 12 Des 2025, 13:39 WIB

Jalan Kota yang Redup, Area Gelap Bandung Dibiarkan sampai Kapan?

Gelapnya beberapa jalan di Kota Bandung kembali menjadi perhatian pengendara yang berkendara di malam hari.
Kurangnya Pencahayaan di Jalan Terusan Buah Batu, Kota Bandung, pada Senin, 1 Desember 2025 (Sumber: Dok. Penulis| Foto: Zaki)
Ayo Netizen 12 Des 2025, 12:56 WIB

Kegiatan Literasi Kok Bisa Jadi Petualangan, Apa yang Terjadi?

Kegiatan literasi berubah menjadi petualangan tak terduga, mulai dari seminar di Perpusda hingga jelajah museum.
Kegiatan literasi berubah menjadi petualangan tak terduga, mulai dari seminar di Perpusda hingga jelajah museum. (Dokumentasi Penulis)
Ayo Netizen 12 Des 2025, 10:28 WIB

Bandung Punya Banyak Panti Asuhan, Mulailah Berbagi dari yang Terdekat

Bandung memiliki banyak panti asuhan yang dapat menjadi ruang berbagi bagi warga.
Bandung memiliki banyak panti asuhan yang dapat menjadi ruang berbagi bagi warga. (Dokumentasi Penulis)
Ayo Netizen 12 Des 2025, 09:20 WIB

Menikmati Bandung Malam Bersama Rib-Eye Meltique di Justus Steakhouse

Seporsi Rib-Eye Meltique di Justus Steakhouse Bandung menghadirkan kehangatan, aroma, dan rasa yang merayakan Bandung.
Ribeye Meltique, salah satu menu favorit di Justus Steakhouse. (Sumber: Dokumentasi Pribadi | Foto: Seli Siti Amaliah Putri)
Ayo Netizen 12 Des 2025, 09:12 WIB

Seboeah Tjinta: Surga Coquette di Bandung

Jelajahi Seboeah Tjinta, kafe hidden gem di Cihapit yang viral karena estetika coquette yang manis, spot instagramable hingga dessert yang comforting.
Suasana Seboeah Tjinta Cafe yang identik dengan gaya coquette yang manis. (Foto: Nabella Putri Sanrissa)
Ayo Jelajah 12 Des 2025, 07:14 WIB

Hikayat Situ Cileunca, Danau Buatan yang Bikin Wisatawan Eropa Terpesona

Kisah Situ Cileunca, danau buatan yang dibangun Belanda pada 1920-an, berperan penting bagi PLTA, dan kini menjadi ikon wisata Pangalengan.
Potret zaman baheula Situ Cileunca, Pangalengan, Kabupaten Bandung. (Sumber: KITLV)
Ayo Netizen 11 Des 2025, 20:00 WIB

Emas dari Bulu Tangkis Beregu Putra Sea Games 2025, Bungkam Kesombongan Malaysia

Alwi Farhan dkk. berhasil membungkam “kesombongan” Tim Malaysia dengan angka 3-0.
Alwi Farhan dkk. berhasil membungkam “kesombongan” Tim Malaysia dengan angka 3-0. (Sumber: Dok. PBSI)