Jejak Kampung Dobi Ciguriang, Sentra Kuli Cuci Era Kolonial

Hengky Sulaksono
Ditulis oleh Hengky Sulaksono diterbitkan Jumat 20 Jun 2025, 11:00 WIB
Kondisi mata air Ciguriang kini dijadikan kolam pemancingan oleh warga. (Sumber: Ayobandung)

Kondisi mata air Ciguriang kini dijadikan kolam pemancingan oleh warga. (Sumber: Ayobandung)

AYOBANDUNG.ID - Ciguriang, yang dulu dikenal sebagai kampung para dobi alias kuli cuci, kini tak lebih dari sepetak area kumuh di belakang GOR Padjadjaran, Kota Bandung. Hanya ada etalase sampah dan alat pancing yang mengapung di genangan air mata air. Tak ada sabun, tak ada tepung kanji, apalagi suara ketukan kain di atas batu nisan. Tempat ini kini jadi kolam pancingan warga, bukan lagi arena kerja para binatu pria yang bekerja semalaman.

Tak banyak warga Bandung modern yang tahu, kawasan Kebon Kawung dulunya punya reputasi sekelas “dhobi ghat” di Mumbai. “Dulu para binatu seantero Kota Bandung kalau mencuci di Kampung Dobi di Ciguriang,” ujar Irfan Teguh dari Komunitas Aleut.

Seperti pasar malam yang hanya buka semalam suntuk, aktivitas dobi di Ciguriang ramai justru ketika kota lain tertidur. Para lelaki menyambut malam dengan membawa timba dan sabun batang, membawa cucian dari warga Belanda dan pejabat bumiputra.

Tak biasa binatu diisi laki-laki. Tapi masuk akal kalau melihat metode mencuci kala itu: pakaian dibanting ke batu nisan bekas kuburan Eropa, yang kala itu banyak berserakan karena kompleks pemakaman Kristen Kebon Jahe mulai dipindah ke Jalan Pandu. Tapi, kuli cuci perempuan juga ada banyak.

Batu nisan itu keras, rata, dan cukup besar untuk dijadikan alas cucian. Salah satunya bertuliskan nama Elisabeth Adriana Hinse Rieman, lahir di Amsterdam tahun 1859 dan wafat di Bandoeng tahun 1903. Diduga, ia istri arsitek Lawang Sewu. Nasib nisannya tak lebih baik dari Ciguriang itu sendiri. Pindah ke Kantor Kelurahan Pasirkaliki dan ditemukan terbelah tahun 2015.

Dulu, para dobi biasa menyanyikan lagu dalam bahasa Sunda sambil membanting cucian. Ketukan dan nyanyian mereka bersahutan seperti paduan suara kampung. “Puluhan binatu membanting cucian sehingga membentuk irama musik,” kata Irfan. Musik itu bukan dari alat, tapi dari bebatuan dan cucian yang ditumbuk, mirip petani menumbuk padi. Dari tengah malam hingga subuh, musik dobi mengalun di jantung Bandung.

Untuk mencuci, cukup bayar satu sen. Sabun yang digunakan bukan deterjen, tapi sabun mandi berbentuk batang. Setelah itu, pakaian dikeringkan, ditabur tepung kanji agar mengilat, lalu disetrika dengan arang dan daun pisang untuk memberi harum khas. Seperti ritual membersihkan, para dobi tak sekadar mencuci, tapi juga menyiapkan wibawa pelanggan mereka lewat lipatan rapi dan aroma daun.

Pesanan datang bukan hanya dari Kebon Kawung. Bahkan Soreang pun mengirim cucian ke Ciguriang. “Pesanan banyak datang dari berbagai daerah,” kata Sarlan, warga asli Ciguriang kelahiran 1956.

Baca Juga: Hikayat Pasar Baru Bandung, Bermula dari Kerusuhan Ciguriang 1842

Kini, ia duduk menatap kolam pancingan di bekas mata air. Tak ada lagi tepung kanji atau nyanyian dini hari. “Kegiatan mencuci berhenti sekitar tahun 1970 ketika saluran terbagi dengan sumur warga dan kebutuhan di GOR Padjadjaran.”

Sekarang, air Ciguriang tidak sejernih dulu. Alirannya menyusut, direbut sumur artesis dan pipa-pipa GOR. Dari pusat kegiatan ekonomi mikro berbasis air, Ciguriang jadi genangan kecil tempat kail digantung, bukan sabun dibasuh.

Ciguriang hanyalah satu dari banyak kampung dobi di Nusantara. Di Padang, ada kawasan dengan nama sama. Bahkan di Johor, Malaysia, kampung binatu masih dikenal dengan nama Kampung Dobi. Kata dobi sendiri berasal dari India, merujuk pada pekerjaan mencuci di tepi sungai yang biasa dilakukan kasta rendah di Mumbai.

Bollywood pernah mengangkatnya jadi film, dan dari sanalah J.K. Rowling mungkin mendapat inspirasi menamai Dobby—peri rumah tangga kurus kering yang setia dan pekerja keras.

Potret suasana saat sekumpulan lelaki dan perempuan sedang mencuci di Batavia. (Sumber: KITLV)
Potret suasana saat sekumpulan lelaki dan perempuan sedang mencuci di Batavia. (Sumber: KITLV)

Sisa-sisa sejarah itu pernah coba digali Komunitas Aleut. Mereka menemukan batu nisan Elisabeth dan membawanya ke kelurahan. Tapi alih-alih dijaga, nisan itu retak dan nyaris dilupakan. “Jadi serba salah ketika kita menemukan sesuatu yang memiliki nilai sejarah lalu dipublikasikan, namun ketika diamankan pemerintah justru tidak terawat,” kata Irfan. Ia separuh kesal, separuh menyesal.

Dulu, mungkin lebih baik saat batu nisan itu digunakan warga buat mencuci. Ia berguna, dikenang, dan diraba setiap malam. Sekarang, hanya jadi reruntuhan di kantor kelurahan, menunggu waktu untuk benar-benar hilang.

Begitu juga dengan Ciguriang. Di atas kertas, ia adalah kampung dobi tertua di Bandung. Tapi tanpa upaya pelestarian atau sekadar papan informasi, ia hanya tinggal kenangan yang tenggelam di antara kail, limbah, dan kenangan yang tak selesai dibasuh.

Nilai artikel ini
Klik bintang untuk menilai

News Update

Ayo Netizen 05 Agu 2025, 20:21 WIB

Kuatkan Sistem Penilaian dengan Tes Kemampuan Akademik

Tes Kemampuan Akademik atau yang biasa disingkat menjadi TKA merupakan tes yang mengukur kemampuan berpikir.
Tes Kemampuan Akademik atau yang biasa disingkat menjadi TKA merupakan tes yang mengukur kemampuan berpikir. (Sumber: Unsplash/Ed Us)
Ayo Netizen 05 Agu 2025, 18:02 WIB

10 Karya Pilihan AYO NETIZEN Juli 2025 dengan Total Hadiah Rp1,5 Juta

Saatnya Ayobandung.id mengumumkan 10 tulisan terbaik yang tayang di kanal AYO NETIZEN selama bulan Juli 2025.
Saatnya Ayobandung.id mengumumkan 10 tulisan terbaik yang tayang di kanal AYO NETIZEN selama bulan Juli 2025. (Sumber: Pexels/Anna Tarazevich)
Ayo Biz 05 Agu 2025, 17:13 WIB

Di Balik Memori Usang: Jojo dan Napas Panjang Bisnis Barang Antik Cikapundung

Pasar Barang Antik Cikapundung menjadi museum terbuka yang hidup, menjaga agar lembar demi lembar masa lampau tetap bisa diakses generasi mendatang.
Pasar Barang Antik Cikapundung menjadi museum terbuka yang hidup, menjaga agar lembar demi lembar masa lampau tetap bisa diakses generasi mendatang.
Ayo Jelajah 05 Agu 2025, 16:46 WIB

Pemberontakan APRA Westerling di Bandung, Kudeta yang Percepat Keruntuhan RIS

Serangan APRA menewaskan Letkol Lembong di Bandung. Kudeta yang gagal ini justru membuka jalan bagi pembubaran RIS dan kembalinya NKRI.
Kapten Westerling pemimpin pemberontakan APRA 1950 yang tewaskan puluhan TNI di Bandung. (Sumber: Wikimedia)
Ayo Biz 05 Agu 2025, 15:27 WIB

Jejak Kelapa Bakar dari Arcamanik, Hangat dalam Setiap Tegukan

Kedai Kelapa Bakar Kunigor berdiri tanpa hiasan megah, namun membawa kisah cinta dan ketekunan dalam mengangkat kuliner tradisional yang nyaris terlupakan.
Kedai Kelapa Bakar Kunigor berdiri tanpa hiasan megah, namun membawa kisah cinta dan ketekunan dalam mengangkat kuliner tradisional yang nyaris terlupakan.
Ayo Netizen 05 Agu 2025, 15:04 WIB

Bendera Perlawanan 

Sekitar awal Agustus 2025 ramai beredar bendera Jolly Roger di Indonesia.
Bendera Jolly Roger membawa pesan tentang kekuatan kekuasaan, kebebasan, tekad, dan solidaritas dalam komunitas. (Sumber: Wikimedia Commons/Ferfive)
Ayo Biz 05 Agu 2025, 14:09 WIB

Jejak Cahaya dari Batu Borneo: Zetria dan Keindahan yang Diperjuangkan

Warisan alam ini tak hanya memikat mata, tetapi juga menghidupkan warisan budaya yang diwariskan lintas generasi.
Ilustrasi. Warisan alam ini tak hanya memikat mata, tetapi juga menghidupkan warisan budaya yang diwariskan lintas generasi. (Sumber: Pexels)
Ayo Jelajah 05 Agu 2025, 12:57 WIB

Jejak Sejarah Sisingaan, Tarian Singa Kayu dari Tanah Subang

Kisah Sisingaan Subang konon bermula dari satire atas penjajahan. Kini, singa kayu itu jadi ikon budaya yang dibanggakan hingga mancanegara.
Seni Sisingaan dari Subang. (Sumber: Wikimedia)
Ayo Biz 05 Agu 2025, 12:03 WIB

Makin Percaya Diri dengan Makeup Lokal

Makeup menjadi item penting dalam kehidupan para wanita. Bukan hanya untuk mempercantik wajah, makeup juga berfungsi untuk meningkatkan rasa percaya diri bagi kaum hawa.
Ilustrasi Makeup Lokal. (Pixabay)
Ayo Biz 05 Agu 2025, 11:08 WIB

Tampil Energik dengan Warna Warni NIION

NIION menjadi salah satu brand lokal yang konsisten menawarkan pendekatan berbeda. Berbasis di Bandung, NIION dikenal lewat koleksi tas dan aksesori penuh warna yang mengedepankan desain praktis, ring
Tas dengan warna warni khas anak muda dari NIION (Foto: Ist)
Ayo Biz 05 Agu 2025, 10:07 WIB

M Otto Sajikan Soto Bandung yang Berbeda

Bandung dikenal sebagai kota kreatif dan surganya pencinta kuliner. Dari makanan kaki lima hingga restoran berkonsep modern, kota ini seolah tak pernah kehabisan ide untuk memanjakan lidah.
Warung Soto Bandung M Otto (Foto: Ist)
Ayo Netizen 05 Agu 2025, 08:55 WIB

Sejarah Konflik Indonesia Malaysia

Indonesia dan Malaysia kembali bersitegang mengenai batas negara, yaitu laut Ambalat. 
Indonesia dan Malaysia kembali bersitegang mengenai batas negara, yaitu laut Ambalat. (Sumber: Pexels/Nothing Ahead)
Ayo Netizen 04 Agu 2025, 20:06 WIB

Hak Cipta di Tengah Ledakan Akal Buatan

Apa itu hak cipta? Tanpa ada era AI (Akal Imitasi), ini isu sangat sensitif, apalagi di era AI.
Buku Hak Cipta dan AI (Sumber: Refika Aditama | Foto: Refika Aditama)
Ayo Biz 04 Agu 2025, 17:47 WIB

Di Balik Secangkir Kopi, Langkah Awal The Kamasan Menjadi Rumah bagi Semua

The Kamasan menawarkan ruang untuk berkarya dan berkoneksi, sebuah tempat ngopi yang juga bisa menjadi tempat bekerja, healing, dan bertemu gagasan baru.
The Kamasan menawarkan ruang untuk berkarya dan berkoneksi, sebuah tempat ngopi yang juga bisa menjadi tempat bekerja, healing, dan bertemu gagasan baru. (Sumber: Ayobandung.id | Foto: Eneng Reni Nuraisyah Jamil)
Ayo Jelajah 04 Agu 2025, 17:12 WIB

Wiranatakusumah V, Bangsawan Sunda Penentu Bubarnya Parlemen Pasundan Boneka Belanda

Wiranatakusumah V, bangsawan Sunda dan Presiden Negara Pasundan, memilih membela Republik dan menggagalkan skema federal Belanda.
Raden Aria Adipati Wiranatakusumah V saat berpidato di Cianjur. (Sumber: Wikimedia)
Ayo Netizen 04 Agu 2025, 17:02 WIB

‘Membaca’ Masa Depan Tunggal Putra Indonesia

SEKTOR bulu tangkis Tunggal Putra Indonesia–perlahan tapi pasti–sedang mengalami transisi dari era seniornya.
Pebulutu tangkis Indonesia, Alwi Farhan. (Sumber: Dok. PBSI)
Ayo Netizen 04 Agu 2025, 16:00 WIB

Membaca Bendera One Piece 'Jolly Roger' sebagai Simbol Komunikasi Publik

Mengapa kita takuti bendera One Piece jelang Agustus-an ini?
Bendera One Piece yang belakangan jadi kontroversi di Indonesia. (Sumber: Deviantart/Vlarg)
Ayo Biz 04 Agu 2025, 15:15 WIB

Melukis Kota Lama, Warna-Warna Kehidupan di Jalan Braga

Jalan Braga tidak hanya menjadi saksi bisu kemegahan masa lalu, tapi juga rumah bagi seniman jalanan yang menantang arus zaman lewat goresan kanvas.
Jalan Braga tidak hanya menjadi saksi bisu kemegahan masa lalu, tapi juga rumah bagi seniman jalanan yang menantang arus zaman lewat goresan kanvas. (Sumber: Ayobandung.id | Foto: Eneng Reni Nuraisyah Jamil)
Ayo Netizen 04 Agu 2025, 15:01 WIB

Kala Bandung Menjadi Orkestra Kebisingan

Deru mesin menggantikan nyanyian burung. Klakson, gergaji mesin, deru knalpot, dan pengumuman mal saling bertubrukan di udara.
Sejumlah kendaraan terjebak kemacetan di Jalan Asia Afrika, Kota Bandung, Sabtu 5 April 2025. (Sumber: Ayobandung.id | Foto: Irfan Al-Faritsi)
Ayo Biz 04 Agu 2025, 14:25 WIB

Bersepeda Bisa Bikin Anak Tangkas dan Cerdas, Pastikan Fitur Keamanannya!

Bersepeda merupakan aktivitas menyenangkan bagi anak-anak. Selain melatih ketangkasan fisik, bersepeda juga bisa membuat anak menjadi lebih fokus, sehingga daya berpikirnya lebih cepat.
Ilustrasi anak bersepeda (Foto: Pixabay)