Ketika Data Hiperbolik nan Hoax Malah Disebar Pejabat Jabar

Muhammad Sufyan Abdurrahman
Ditulis oleh Muhammad Sufyan Abdurrahman diterbitkan Rabu 20 Agu 2025, 10:04 WIB
Gubernur Jawa Barat (Jabar) Dedi Mulyadi. (Sumber: Diskominfo Depok)

Gubernur Jawa Barat (Jabar) Dedi Mulyadi. (Sumber: Diskominfo Depok)

Publik Jawa Barat dikejutkan unggahan IG Sekretaris Daerah Jawa Barat, Herman Suryatman, yang menyebut hasil survei akan kepuasan pada kinerja Gubernur Kang Dedi Mulyadi/KDM mencapai hampir seratus persen (97,2%).

Klaim ini beredar luas di media sosial, namun segera terbantahkan setelah publik meneliti hasil resmi yang merilis survei: Harian Kompas bagian Litbang.

Data yang ada menunjukkan, angka kepuasan terhadap Gubernur hanya berada di angka 77,9 persen. Selisih hampir dua puluh persen ini bukanlah hal sepele. Ia sudah menyesatkan masyarakat dan menurunkan kredibilitas pemerintah provinsi.

Dalam komunikasi publik, akurasi adalah fondasi. Apa pun motif di balik klaim yang dilebih lebihkan, baik itu untuk menunjukkan loyalitas, menyenangkan atasan, atau sekadar ingin dipuji, hasil akhirnya sama, yaitu melemahkan kepercayaan publik.

Komunikasi pemimpin tidak bisa diperlakukan seperti jargon iklan. Setiap kata memiliki dampak pada legitimasi kebijakan dan stabilitas sosial. Ketika publik mendapati adanya perbedaan antara data resmi dan klaim pejabat, muncul rasa curiga yang justru merusak kepercayaan yang susah payah dibangun. Sejarah komunikasi politik Indonesia memberi banyak pelajaran.

Di masa Orde Baru, misalnya, narasi pembangunan selalu dibungkus angka keberhasilan yang mendekati sempurna. Namun di balik klaim yang bombastis, masyarakat menemukan kenyataan yang jauh berbeda.

Hasilnya, masyarakat menjadi apatis terhadap setiap informasi resmi. Apatisme inilah yang berbahaya, karena publik akhirnya berhenti percaya pada pemerintah, bahkan ketika informasi yang disampaikan benar adanya.

Hari ini, pola serupa berisiko berulang di Jawa Barat. Klaim bahwa seorang gubernur mendapatkan dukungan hampir seratus persen bisa memicu dua hal.

Pertama, memunculkan euforia berlebihan yang membuat birokrasi kehilangan sikap kritis.

Kedua, menciptakan jurang antara pemerintah dan rakyat karena publik merasa diremehkan oleh informasi yang tidak sesuai kenyataan.

Jika kondisi ini terus berlangsung, yang muncul adalah politik ilusi. Pemimpin lebih sibuk menjaga pencitraan ketimbang menghadirkan kinerja nyata. Literatur akademik pun menegaskan bahaya komunikasi politik yang tidak jujur.

Lasser dan kolega (2022) dalam From alternative conceptions of honesty to alternative facts in communications by U.S. politicians menunjukkan, ketika pemimpin mengganti kebenaran dengan klaim subjektif, kualitas demokrasi merosot. Masyarakat kehilangan pegangan pada fakta dan justru hidup dalam kabut ilusi.

Studi tersebut memperingatkan bahwa kejujuran bukan sekadar moral pribadi, tetapi fondasi dari keberlangsungan komunikasi publik yang sehat. Dalam konteks Jawa Barat, kita harus belajar dari kasus ini.

Masyarakat Jawa Barat sejatinya masyarakat yang kritis, terbiasa dengan tradisi diskusi, musyawarah, dan partisipasi aktif. Mereka tidak mudah dibohongi oleh angka yang dipelintir. Justru, mereka menuntut keterbukaan dan kehati hatian dalam komunikasi.

Tidak Turunkan Wibawa

Gubernur Jawa Barat, Deddy Mulyadi, atau yang lebih dikenal dengan KDM. (Sumber: setda.bogorkab.go.id)
Gubernur Jawa Barat, Deddy Mulyadi, atau yang lebih dikenal dengan KDM. (Sumber: setda.bogorkab.go.id)

Mengatakan angka sebenarnya, yaitu 77,9 persen, tidak akan menurunkan wibawa pemimpin. Sebaliknya, itu justru menunjukkan kedewasaan, kerendahan hati, dan komitmen terhadap kebenaran.

Fenomena klaim “nyaris seratus persen” adalah contoh klasik dari komunikasi yang terjebak fanatisme. Loyalitas kepada pemimpin seharusnya tidak ditunjukkan dengan memanipulasi angka, tetapi dengan bekerja sungguh sungguh memastikan program berjalan sesuai kebutuhan rakyat.

Fanatisme hanya menghasilkan kebohongan yang menutup mata terhadap kritik. Padahal kritik adalah bagian penting dari demokrasi. Pemimpin seharusnya menjaga gaya komunikasi yang moderat, tidak hiperbola, dan selalu berbasis data. Moderasi ini penting agar ruang publik tetap sehat.

Ketika pemimpin mulai terbiasa berlebihan, bawahan pun akan meniru gaya itu. Akhirnya, birokrasi berubah menjadi arena lomba pencitraan. Yang dikejar bukan lagi capaian nyata, melainkan narasi manis yang jauh dari kenyataan.

Kita tentu tidak ingin Jawa Barat jatuh dalam jebakan politik pencitraan. Provinsi dengan sejarah panjang gerakan masyarakat sipil ini layak memiliki gaya kepemimpinan yang terbuka dan jujur.

Gubernur dan pejabat publik harus menyadari bahwa setiap kata yang mereka ucapkan bukan sekadar retorika, melainkan pesan yang membentuk persepsi jutaan orang. Sekali terjebak pada kebiasaan menyampaikan informasi yang tidak akurat, sangat sulit mengembalikan kepercayaan yang hilang.

Lebih baik seorang pemimpin memilih diam namun bekerja, daripada sibuk berwacana tetapi meleset dari realisasi.

Lebih baik mengumumkan data apa adanya, daripada mengganti angka dengan klaim semu demi pujian sesaat. Diam yang penuh kerja nyata akan lebih dihargai rakyat dibanding retorika yang memabukkan. Ungkapan klasik “diam itu emas” menemukan relevansinya di sini. Ke depan, komunikasi publik di Jawa Barat harus diarahkan pada tiga hal utama.

Pertama, menjaga akurasi data yang disampaikan ke publik, sehingga setiap informasi dapat dipertanggungjawabkan.

Kedua, membangun budaya moderasi dalam tutur kata pejabat publik, agar narasi yang muncul tidak menciptakan ekspektasi palsu.

Ketiga, mengendalikan fanatisme politik yang sering membuat pejabat terjebak pada kebutuhan untuk selalu memuji atasan. Jika tiga hal ini dijaga, maka komunikasi publik Jawa Barat akan menjadi contoh bagi daerah lain.

Pada akhirnya, masyarakat tidak menuntut angka sempurna. Mereka hanya menuntut kejujuran. Klaim “hampir seratus persen” bukanlah kemenangan, melainkan kekalahan moral dalam komunikasi publik.

Pemimpin Jawa Barat akan lebih dihormati jika mampu berkata jujur, berpikir moderat, dan menolak terjebak dalam ilusi pencitraan. Semoga. (*)

Disclaimer

Tulisan ini merupakan artikel opini yang sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Pandangan yang disampaikan dalam artikel ini tidak mewakili pandangan atau kebijakan organisasi dan redaksi AyoBandung.id.

Muhammad Sufyan Abdurrahman
Peminat komunikasi publik & digital religion (Comm&Researcher di CDICS). Berkhidmat di Digital PR Telkom University serta MUI/IPHI/Pemuda ICMI Jawa Barat
Nilai artikel ini
Klik bintang untuk menilai

Berita Terkait

News Update

Ayo Netizen 21 Agu 2025, 20:18 WIB

Cara Kerja Rezim Algoritma

Opini ini meninjau kembali kebijakan yang putuskan atas pemblokiran rekening bank oleh pemerintah.
Opini ini meninjau kembali kebijakan yang putuskan atas pemblokiran rekening bank oleh pemerintah. (Sumber: Pexels/Defrino Maasy)
Ayo Biz 21 Agu 2025, 18:26 WIB

Demam K-Beauty di Bandung, Klinik Kecantikan Berlomba Hadirkan Perawatan ala Korea

Tren K-beauty berkembang pesat, mendorong lahirnya berbagai klinik kecantikan yang mengusung filosofi dan teknologi Korea sebagai daya tarik utama.
Standar kecantikan Korea Selatan telah menjadi acuan global dalam beberapa tahun terakhir. Kulit wajah sehat, lembap, dan glowing bukan lagi sekadar impian para penggemar K-beauty. (Sumber: Ayobandung.id | Foto: Eneng Reni Nuraisyah Jamil)
Ayo Netizen 21 Agu 2025, 17:16 WIB

Investor Rugi, Negara Untung? Menakar Keadilan Pajak Kripto

Menelaah efek kenaikan PPh final pada pasar kripto dan dampaknya untuk investor.
Investor yang merugi tetap dikenakan pajak (Sumber: Ilustrasi oleh AI)
Ayo Biz 21 Agu 2025, 16:38 WIB

Di Kota yang Tak Pernah Kehabisan Gaya, Adi Wardana Menyulap Sneaker Jadi Identitas

Kota Bandung bukan hanya rumah bagi musisi, seniman, dan desainer, tapi juga menjadi ekosistem subur bagi budaya sneaker yang terus tumbuh.
Adi Wardana, seorang disk jockey asal Kota Bandung yang menjadikan sneaker sebagai bagian dari identitas dan narasi hidupnya. (Sumber: Ayobandung.id | Foto: Eneng Reni Nuraisyah Jamil)
Ayo Jelajah 21 Agu 2025, 16:07 WIB

Jejak Sejarah Freemason di Bandung, Loji Sint Jan yang Dilarang Soekarno

Jalan Wastukencana dulu bernama Logeweg karena Loji Sint Jan. Kini, jejak sejarah Freemason di Bandung tertutup Masjid Al Ukhuwah.
Loji Sint Jan yang menyimpan sejarah jejak Freemason di Bandung (Sumber: Ayobandung)
Ayo Netizen 21 Agu 2025, 16:00 WIB

Membaca Makna Kemerdekaan Indonesia Timur dari Buku Karya Dian Purnomo

Sejatinya kemerdekaan juga seharusnya menjadi hak bagi mereka yang tinggal di timur Indonesia.
Buku Perempuan yang Menunggu di Lorong Menuju Laut (Sumber: Dokumentasi Penulis | Foto: Dias Ashari)
Ayo Biz 21 Agu 2025, 15:09 WIB

Prof Wanjat Kastolani dan Formula Sederhana untuk Menyelesaikan Sampah dari Akarnya

Wanjat Kastolani tidak sedang menciptakan teknologi revolusioner. Ia justru menantang paradigma lama dengan pendekatan yang nyaris tak terdengar, menyelesaikan sampah dari akarnya.
Wanjat Kastolani tidak sedang menciptakan teknologi revolusioner. Ia justru menantang paradigma lama dengan pendekatan yang nyaris tak terdengar, menyelesaikan sampah dari akarnya. (Sumber: Ayobandung.id)
Ayo Netizen 21 Agu 2025, 14:47 WIB

Ci Geureuh, Sungai yang Bergemuruh

Ketika toponimi itu diberikan pada aliran Sungai Ci Geureuh, keadaan aliran airnya menimbulkan suara bergemuruh yang menggetarkan. 
Ci Genter di dalam Taman Nasional Ujungkulon saat tenang. (Sumber: Dokumentasi Penulis | Foto: T Bachtiar)
Ayo Biz 21 Agu 2025, 12:37 WIB

Rahasia Rujak Ciherang Bertahan Bertahan Lebih Satu Abad

Sekilas, Rujak Ciherang terlihat sama seperti rujak buah pada umumnya. Potongan mangga, bengkuang, jambu air, hingga aneka buah segar lain berpadu dengan bumbu kental berwarna cokelat.
Sambal Rujak Ciherang (Foto: GMAPS)
Ayo Jelajah 21 Agu 2025, 11:46 WIB

Pertempuran Ciseupan Subang 1949, Pasukan Siliwangi di Lembah Dua Sungai

Pasukan Divisi Siliwangi berhasil memukul mundur Belanda di Ciseupan, lembah dua sungai Subang, dengan korban besar di pihak lawan.
Pertempuran Ciseupan Subang 1949. (Sumber: Wikimedia)
Mayantara 21 Agu 2025, 11:13 WIB

Ekspresi Kemerdekaan Warganet di Media Sosial

Kemerdekaan Indonesia bukan sekadar peristiwa sejarah yang tercatat pada 17 Agustus 1945.
Dalam konteks modern, makna kemerdekaan tidak hanya muncul melalui upacara atau perayaan formal, melainkan juga melalui interaksi digital yang melintasi ruang dan waktu. (Sumber: Unsplash/ Inna Safa)
Ayo Biz 21 Agu 2025, 10:44 WIB

Pidato Presiden Prabowo Isyaratkan Arah Baru Perlindungan Konsumen di Indonesia

Ketua Himpunan Lembaga Konsumen Indonesia (HLKI) Wilayah Jawa Barat, Banten, dan DKI Jakarta, Firman Turmantara, menilai pidato kenegaraan Presiden Prabowo Subianto saat menyampaikan Rancangan APBN 20
Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka. (Sumber: Kementerian Sekretariat Negara Republik Indonesia)
Ayo Biz 21 Agu 2025, 09:25 WIB

Baso Saturnus, Kuah Pedasnya Selalu Jadi Andalan

Di Bandung, ada satu warung bakso yang selalu jadi perbincangan karena rasanya juara dan tempatnya luas. Namanya Baso Saturnus, berlokasi di Jalan Saturnus, Margahayu, Rancasari, dengan cabang lain di
Baso Urat Saturnus yang memiliki kuah pedas. (Foto: Dok. Ayobandung.com)
Ayo Netizen 21 Agu 2025, 08:05 WIB

Rahasia Menjadi Guru yang Dirindukan oleh Murid-muridnya

Tak semua orang mampu menjadi guru yang baik, terlebih guru yang selalu dirindukan kehadirannya.
Gambar buku "Guru yang Dirindu" (Sumber: saya | Foto: Sam)
Ayo Netizen 20 Agu 2025, 20:06 WIB

Haruskah Olahraga Padel Dikenakan Pajak? PBJT Kota Bandung Segera Diterapkan

Esai ini membahas PBJT pada olahraga padel di Kota Bandung sebagai olahraga mewah untuk menambah pendapatan daerah.
Lapangan padel bermunculan di berbagai titik kota, ramai dipadati oleh anak muda dan pekerja yang menjadikan padel sebagai pilihan gaya hidup. (Sumber: Pexels/Ercan Evcimen)
Ayo Netizen 20 Agu 2025, 17:06 WIB

Benjang Masih Jadi Primadona di Pesta HUT RI ke-80

Setiap tanggal 17 Agustus, Ujungberung menjadi panggung hidup bagi tradisi yang telah mengakar di masyarakat, yaitu Benjang.
Fesival Benjang di Desa Ciporeat, Kecamatan Cilengkrang, Kabupaten Bandung. (Sumber: Ayobandung.id | Foto: Mildan Abdalloh)
Ayo Biz 20 Agu 2025, 14:34 WIB

Menelisik Awal Mula Bisnis Bakso Ikan Sinar Bahari yang Makin Menggurita

Di tengah siang terik Kota Bandung, banyak orang mencari makanan pedas untuk menambah energi sekaligus menyegarkan suasana. Salah satu kuliner yang kini banyak diburu adalah bakso ikan mercon dan jand
Produk Bakso Ikan Bahari (Foto: Dok. Bakso Ikan Bahari)
Ayo Netizen 20 Agu 2025, 14:21 WIB

Bukan Sekadar Hobi, Industri Game Online Jadi Peluang Karier Success Before 30

Dari hobi menjadi profesi, game online membuka jalan baru menuju kesuksesan finansial dan karier di era digital.
gamer yang membuka seluruh peluang karier menuju jenjang ekonomi yang lebih baik (Sumber: Ilustrasi oleh AI)
Ayo Jelajah 20 Agu 2025, 13:58 WIB

Sejarah Es Cendol Elizabeth Bandung, Berawal dari Bon Toko Tas

Dari gerobak sederhana H. Rohman, Es Cendol Elizabeth tumbuh jadi ikon kuliner Bandung yang melegenda hingga kini.
Es Cendol Elizabeth, kuliner legendaris Bandung sejak 1970-an. (Sumber: Instagram @escendolelizabethofficial)
Ayo Biz 20 Agu 2025, 11:25 WIB

Jabar Media Summit 2025 Segera Digelar di Bandung, Cek Tanggalnya

Komunitas media yang diwakili oleh Ayo Bandung.id, Radar Cirebon, dan Suara.com akan menggelar Jabar Media Summit 2025 di Kota Bandung pada Kamis, 11 September 2025.
Jabar Media Summit 2025 (Foto: Logo)