Jejak Sejarah dalam Kata-Kata Warisan A.S. Pushkin

Didin Tulus
Ditulis oleh Didin Tulus diterbitkan Senin 26 Mei 2025, 17:04 WIB
Lukisan wajah Alexander Sergeyevich Pushkin. (Sumber: Wikimedia Commons/Bridgeman Art Library)

Lukisan wajah Alexander Sergeyevich Pushkin. (Sumber: Wikimedia Commons/Bridgeman Art Library)

Sekuntum bunga

(Tsvetok)

Sekuntum bunga kering dan layu
Kulihat dalam bukunya.
Aku penuh idaman sayu,
Idaman masa lalunya.

Di mana bunga ’tu bermekar,
Siapa memetikkannya?
Teman, musuh atau pendekar?
Mengapa sini diletakkannya?

Untuk mengingat temu manis,
Saat berpisah yang sedih,
Atau tamasya jalan kaki
Di taman indah dan bersih?
Dan apa nasib pemetiknya?
Masih hidup? Masih kekal?
Atau pun menjadi layu
Bak bunga ’tu yang tak kenal?

1828

***

Mawar

(Roza)

Di manakah mawar,
Temanku tersayang?
Layulah mawar,
Hilang bak bayang.
Jangan berkata:
Masa muda pun layu.
Jangan berkata:
Kehidupan tak sayu.
Mohon maaf
Pada kusuma,
Tunjukkan kami
Bunga lili.

1828

***

DI JANTUNG KOTA MOSKOW, pada hari yang cerah di bulan Juni 1799, dunia menyambut kehadiran sosok yang akan menjadi raja puisi Rusia. Alexander Sergeyevich Pushkin, seorang bangsawan yang lahir dalam kondisi kekurangan, tak pernah membayangkan bahwa hidupnya akan menjadi jembatan antara tradisi dan modernitas sastra Rusia.

Keluarga bangsawannya tak menghalangi bakatnya untuk tumbuh; justru, akar yang dalam dari keanekaragaman budaya dan sejarah keluarganya memberikan warna unik pada karya-karyanya.

Sejak usia muda, Pushkin menunjukkan kecintaan yang mendalam pada bahasa dan puisi. Pada tahun 1811, ia melangkah ke dalam dunia sastra yang lebih besar ketika ia diterima di Tsarskosel’sky Litsei di St Petersburg. Di sinilah, dalam suasana yang penuh inspirasi, kerinduan akan kebebasan serta keindahan alam terlahir dalam karya-karyanya.

Sajak, ingatan, dan ungkapan jiwa pertama kali mengalir dari tangannya seperti aliran sungai yang tak terputus. Karya-karya awalnya, seperti "Vospominaniya o Tsarskom Sele" dan "Roza", menunjukkan betapa dahaga jiwa seorang anak muda untuk memahami dunia di sekitarnya.

Namun, perjalanan Pushkin tak selamanya mulus. Semangatnya yang berkobar untuk kebenaran dan kebebasan bersuara dianggap berbahaya oleh pemerintah tsar. Dalam jangka waktu yang singkat, ia mendapati dirinya terasing di selatan Rusia. Pembuangan ini, yang seharusnya menjadi penjara jiwa, malah menjadi ladang subur bagi benih kreativitas yang ditanamnya.

Di balik batas pengasingan, lahir karya-karya monumental, seperti "Kavkazskiy Plennik" dan "Bakchisaraysky Fontan", yang merenungkan kerinduan dan kesedihan, serta keindahan alam yang tak terlupakan.

Salah satu mahakarya yang mencerminkan perjalanan hidupnya adalah "Eugeny Onegin", sebuah novel bersajak yang tak hanya mempertanyakan nilai-nilai masyarakat, tetapi juga mengundang pembaca untuk merenung mengenai cinta, kehilangan, dan arti kehidupan.

Karakter Onegin yang skeptis dan Lensky yang romantis seakan berbicara langsung kepada setiap individu yang pernah merasakan dilema serupa. Tatiana, sosok wanita dalam novel tersebut, menampilkan konflik antara cinta dan kehormatan, simpati dan pengorbanan, menjadikan setiap pembacanya terhubung dengan naluri kemanusiaan yang mendalam.

Di antara kisah-kisah indah tersebut, Pushkin tak henti-hentinya menjadi suara bagi mereka yang terpinggirkan. Puisi-puisinya, seperti "Kebebasan" dan "Desa", memberikan lirik yang memperjuangkan keadilan dan kebebasan dari penindasan.

Dia menegur situasi sosial yang tidak adil, bahkan ketika dirinya berisiko menghadapi kemarahan penguasa. Namun, langkahnya tak dapat dihentikan, dan semangatnya tak akan padam.

Baca Juga: Dago dan 'Mata di Jalan'

Patung Alexander Sergeyevich Pushkin di Saint Petersburg, Rusia. (Sumber: Wikimedia Commons | Foto: Prof-Declercq)
Patung Alexander Sergeyevich Pushkin di Saint Petersburg, Rusia. (Sumber: Wikimedia Commons | Foto: Prof-Declercq)

Seiring waktu, Pushkin menemukan kebahagiaan dalam pernikahan dengan Natalia Goncharova, sosok yang mengisi hidupnya dengan cinta dan inspirasi. Namun, di balik kebahagiaan itu, bayang-bayang konflik tetap menghantui langkahnya.

Pada tahun 1837, duel tragis dengan Georges Dantes membawa penulis besar ini pada akhir yang menyedihkan. Dalam pertarungan yang seharusnya menjaga kehormatan, Pushkin mengalami luka fatal yang mengakhiri hidupnya, namun menandai awal legasi yang akan abadi.

Sejarah mencatat gerakan cerdasnya, menuangkan kata-kata yang mampu menggugah jiwa banyak orang. Pushkin bukan hanya sekadar penyair, tetapi juga pencipta bahasa Rusia modern. Karya-karyanya diterbitkan dalam juta-an eksemplar dan diterjemahkan ke berbagai bahasa, memperkuat posisinya sebagai pilar sastra dunia.

Hari kelahirannya setiap tahun dirayakan sebagai Hari Budaya Rusia, sebuah pengakuan akan cinta dan pengorbanan seorang seniman yang tidak hanya menciptakan karya, tetapi juga mengubah cara orang melihat dan merasakan.

Di sisi patung Pushkin yang berdiri kokoh di Moskow, terukir petikan dari puisinya, "Lama aku akan disanjung oleh orang banyak, karena aku membangkitkan rasa baik hati melalui puisiku...". Kata-kata ini menggema seiring berjalannya waktu, menegaskan bahwa meskipun jasadnya telah terpisah dari dunia, jiwanya hidup dalam tiap bait yang mengekspresikan kebebasan, cinta, dan keindahan.

Karya-karya Pushkin terus menginspirasi generasi baru penulis dan pecinta sastra, menciptakan jejak yang tak akan pernah hilang. Cinta Rusia terhadap Pushkin mengajarkan kita tentang kekuatan kata-kata, bahwa sebuah puisi dapat menjadi jembatan bagi jiwa-jiwa untuk saling terhubung. Dalam setiap bait, kita menemukan suhu kehidupan, nostalgia, dan harapan—semua yang pernah, sedang, dan akan ada dalam perjalanan panjang umat manusia. Di sinilah, di antara puisi dan prosa, kita menemukan diri kita sendiri.  (*)

Artikel Rekomendasi Untuk Anda

Disclaimer

Tulisan ini merupakan artikel opini yang sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Pandangan yang disampaikan dalam artikel ini tidak mewakili pandangan atau kebijakan organisasi dan redaksi AyoBandung.id.

Didin Tulus
Tentang Didin Tulus
Lahir di Bandung, 14 Maret 1977. Kini tinggal di kota Cimahi
Nilai artikel ini
Klik bintang untuk menilai

Berita Terkait

News Update

Ayo Biz 25 Okt 2025, 15:25 WIB

Lonjakan Lapangan Padel di Bandung, Momentum Baru bagi Brand Sportswear Lokal

Di Bandung, lapangan padel bermunculan di berbagai titik dan menjadi magnet baru bagi masyarakat urban yang mencari aktivitas fisik sekaligus gaya hidup.
Ilustrasi raket padel. (Sumber: The Grand Central Court)
Ayo Biz 25 Okt 2025, 15:02 WIB

Relaiv dari Produksi Bandung, Menembus Pasar Internasional Lewat Semangat Muda

Berawal dari ide menciptakan pakaian olahraga nyaman, multifungsi, dan terjangkau, Relaiv menjelma menjadi salah satu merek yang diperhitungkan di komunitas golf dan padel.
Berawal dari ide menciptakan pakaian olahraga nyaman, multifungsi, dan terjangkau, Relaiv menjelma menjadi salah satu merek yang diperhitungkan di komunitas golf dan padel. (Sumber: Ayobandung.id | Foto: Eneng Reni Nuraisyah Jamil)
Ayo Biz 24 Okt 2025, 20:29 WIB

QRIS TAP dan Lompatan Digital Jawa Barat: Dari Bus Kota ke Mall, Transaksi Kini Sekejap Sentuh

Di tengah kehidupan urban yang serba cepat, sistem pembayaran digital yang aman, cepat, dan inklusif menjadi kebutuhan nyata.
QRIS TAP dirancang untuk memberikan pengalaman transaksi nontunai yang praktis dan menyeluruh, baik di sektor transportasi publik maupun pusat perbelanjaan modern. (Sumber: Ayobandung.id | Foto: Eneng Reni Nuraisyah Jamil)
Ayo Netizen 24 Okt 2025, 19:45 WIB

Ini Deretan Subgenre Film yang Tidak Banyak Diketahui!

Dalam beberapa tahun terakhir, banyak film yang dirilis dengan menghadirkan beberapa genre.
Beragam jenis film. (Sumber: Pexels/Lucas Pezeta)
Ayo Biz 24 Okt 2025, 19:24 WIB

Long Live Metal: Skena Musik Keras Bandung Tak Pernah Mati

Meski mengalami penurunan massa, skena musik keras di Bandung justru menunjukkan daya tahan luar biasa, bukan hanya bertahan, tapi juga berevolusi.
Meski diguncang pandemi dan mengalami penurunan massa, skena musik keras di Bandung justru menunjukkan daya tahan luar biasa, bukan hanya bertahan, tapi juga berevolusi. (Sumber: Wikimedia Commons)
Ayo Netizen 24 Okt 2025, 17:15 WIB

IKN: Antara Kota Masa Depan dan Ruang Kemanusiaan

IKN menjanjikan masa depan baru Indonesia, namun tantangannya adalah bagaimana menjadikannya kota yang tetap ramah bagi manusia.
Desain resmi IKN. (Sumber: ikn.go.id)
Ayo Biz 24 Okt 2025, 16:11 WIB

Dari Kosan ke Pasar Internasional, Azarinnabila Janitra Menenun Mimpi Lewat Hi Paipe

Dari Hi Paipe, Arin tak pernah membayangkan bahwa hobi menjahit kecil-kecilan akan berkembang menjadi brand fashion lokal yang diminati hingga internasional.
Dari Hi Paipe, Arin tak pernah membayangkan bahwa hobi menjahit kecil-kecilan akan berkembang menjadi brand fashion lokal yang diminati hingga internasionl. (Sumber: Ayobandung.id | Foto: Eneng Reni Nuraisyah Jamil)
Ayo Netizen 24 Okt 2025, 16:02 WIB

Manajemen Pengetahuan: Kunci Sukses Program Makan Bergizi Gratis

Peningkatan pengelolaan Program Makan Bergizi Gratis (MBG) perlu dilakukan melalui penerapan manajemen pengetahuan.
Program Makan Bergizi Gratis. (Sumber: Indonesia.go.id)
Ayo Jelajah 24 Okt 2025, 15:53 WIB

Sejarah Kweekschool Bandung, Sakola Raja Gubahan Preanger Planters

Kweekschool Bandung berdiri sejak 1866 sebagai sekolah guru pertama di Jawa Barat. Kini bangunannya menjadi Mapolrestabes, menyimpan sejarah pendidikan kolonial yang panjang.
Bangunan Kweekschool Bandung sekitar tahun 1920-an. (Sumber: Tropenmuseum)
Ayo Netizen 24 Okt 2025, 15:38 WIB

Cara Sederhana Terapkan Etika Jurnalistik dalam Pekerjaan Sehari-hari

Berikut beberapa cara praktis yang bisa dilakukan untuk menjaga etika jurnalistik.
Ilustrasi jurnalis. (Sumber: Pexels/Nur Andi Ravsanjani Gusma)
Ayo Netizen 24 Okt 2025, 15:13 WIB

Sahabat sekaligus Pelatih, Vicky Angga Saputra Sosok di Balik Sukses Jonatan Christie

Namanya Vicky Angga Saputra seorang sahabat seangkatan Jojo dan Ginting, mantan penghuni Pelatnas PBSI.
Vicky Angga Saputra. (Sumber: Dok. Djarum Badminton)
Ayo Netizen 24 Okt 2025, 14:49 WIB

Mengarusutamakan Kesetaraan Gender: Setara dari Rumah, Adil hingga Negara

Kesetaraan gender bukan sekadar isu perempuan, tetapi cermin kematangan suatu bangsa.
Ilustrasi wanita Indonesia. (Sumber: Pexels/Nurul Sakinah Ridwan)
Ayo Netizen 24 Okt 2025, 13:29 WIB

Mengapa Kita Boleh Mengkritik Pemerintah, tapi Tidak dengan Tokoh Agama?

Kita boleh mengkritik pemerintah dengan berbagai cara tapi kadang hal ini tidak berlaku terhadap tokoh agama.
 (Sumber: Unsplash/Abdi MS)
Ayo Jelajah 24 Okt 2025, 12:34 WIB

Hikayat Bandit Rusuh di Ciparay, Bikin Onar Tusuk dan Palak Warga Tionghoa

Kisah nyata bandit rusuh di Ciparay tahun 1932. Wanta, penjual kain yang berubah jadi teroris pasar, tusuk warga Tionghoa dan bikin penduduk hidup dalam ketakutan.
Ilustrasi suasana pasar di Ciparay zaman kolonial.
Ayo Netizen 24 Okt 2025, 10:54 WIB

Toponimi Gandasoli

Setidaknya terdapat tujuh nama geografis Gandasoli di Jawa Barat.
Setidaknya terdapat tujuh nama geografis Gandasoli di Jawa Barat. (Sumber: Citra satelit: Google maps)
Ayo Biz 24 Okt 2025, 09:17 WIB

Pemuda Asal Bojongsoang Buat Sepeda dari Bahan Denim

Andika menerima pesanan sepeda denim dengan berbagai bentuk dan ukuran sesuai permintaan pelanggan.
Andika Muhammad Ramadani dan sepeda buatanya dari bahan denim. (Sumber: ayobandung.id | Foto: Mildan Abdalloh)
Ayo Netizen 24 Okt 2025, 08:55 WIB

Review Teasing Master Takagi-san: Perasaan Masa Remaja yang Mendalam

Tentang review serial adaptasi "Teasing Master Takagi-san" (2024) secara singkat
Salah satu adegan di Teasing Master Takagi-san (Sumber: IMDb)
Ayo Netizen 23 Okt 2025, 21:22 WIB

Mengapa Pejabat Kita Perlu Membaca Buku?

Masihkah kita bisa berharap pada kebijakan publik yang berkualitas, jika pejabatnya sendiri jarang membaca buku?
Tanpa literasi atau membaca buku, pejabat hanya melahirkan kebijakan reaktif, dangkal, dan jangka pendek. (Sumber: Instagram | nusantara_maps)
Ayo Biz 23 Okt 2025, 20:55 WIB

Potensi Pasar Modal Syariah Indonesia: Tumbuh tapi Belum Proporsional?

Geliat investasi syariah menunjukkan tren positif, ditandai meningkatnya jumlah investor, diversifikasi produk, dan penetrasi teknologi yang memudahkan akses terhadap instrumen keuangan halal.
Geliat investasi syariah menunjukkan tren positif, ditandai meningkatnya jumlah investor, diversifikasi produk, dan penetrasi teknologi yang memudahkan akses terhadap instrumen keuangan halal. (Sumber: Freepik)
Ayo Biz 23 Okt 2025, 20:36 WIB

Mendorong Pertumbuhan Inklusif Lewat Festival Kolaboratif dan Digitalisasi Finansial

Sektor perbankan, sektor produktif, UMKM, dan industri kreatif kini tidak lagi berjalan sendiri-sendiri, melainkan saling terhubung dalam ekosistem yang saling menguatkan.
Sektor perbankan, sektor produktif, UMKM, dan industri kreatif kini tidak lagi berjalan sendiri-sendiri, melainkan saling terhubung dalam ekosistem yang saling menguatkan.