Nilai Kehidupan dan (5 List Rekomendasi) Kulineran di Bandung  

Arfi Pandu Dinata
Ditulis oleh Arfi Pandu Dinata diterbitkan Kamis 04 Sep 2025, 16:32 WIB
Es Cendol Elizabeth, kuliner legendaris Bandung sejak 1970-an. (Sumber: Instagram @escendolelizabethofficial)

Es Cendol Elizabeth, kuliner legendaris Bandung sejak 1970-an. (Sumber: Instagram @escendolelizabethofficial)

Bicara soal kuliner khas Bandung langsung kebayang segala jenis makanan yang lagi viral. Bandung kayaknya ditakdirkan jadi dapur yang enggak pernah padam. Tempat makan kekinian, tongkrongan estetik, dan oleh-oleh bolu yang dikemas manis.

Meskipun begitu, Bandung juga punya wajah lain. Kuliner adalah diari yang menuliskan pengalaman tentang dinamika kehidupan. Percayalah makanan juga bisa bercerita.

Mungkin tidak ada polesan plating yang mewah, selain mengandalkan mangkuk cap ayam jago. Mungkin enggak ada tabel informasi gizi, jumlah gula, dan kalori seperti citra pada kemasan makanan yang dianggap sehat. Tapi ia sungguh menggugah, bukan hanya soal selera, lebih jauh merekam rintihan dan sumringah dari orang-orang biasa.

Es batu, kaldu, atau topping, saling membalut menghiasi carut marutnya kehidupan yang keras. Dalam kontainer plastik, makanan bukan cuma bisa dihangatkan kembali, tapi yang lebih penting bisa menghangatkan orang-orang di rumah. Take away jadi hadiah kecil. Begitu juga seporsi kecil ricebowl yang secara ajaib bisa mengenyangkan dua panitia event di kampus dan es krim cone dingin yang bisa mencarikan suasana pas ketemu gebetan.

Perkedel Bondon

Di Terminal Stasiun Hall Kebonjati misalnya, malam-malam panjang di Bandung hampir selalu dihabiskan dengan antrian yang tak mau kalah bersaing. Menunggu lima atau sepuluh bulatan perkedel, lamanya seperti gejolak perempuan yang dilacurkan (perdila) menunggu uang datang.

Nama “bondon” adalah kegetiran dari lapisan realitas kota yang diabaikan. Terminal, rel kereta, rumah sakit, dan pasar berbarengan menggoreng bola-bola kentang yang panas. Minyak di atas perapian kayu bakar menyatu dengan denyut hidup para supir, tukang parkir, pelancong, penjaga warung, dan orang-orang muda yang berkeluyuran.

Cuanki PUSDAI

Cuanki, kuliner khasa Bandung (Foto: ist)
Cuanki, kuliner khasa Bandung (Foto: ist)

Lain lagi di Pusat Dakwah Islam (PUSDAI). Di sepanjang trotoar dan halaman rindangnya, para penjual cuanki meracik bumbu mi instan dan diisi tahu, pangsit, serta baso. Pohon sudah seperti atap rumahnya saja, mereka bekerja di tengah gelap dan tak pernah cemburu melihat pelanggan duduk di sembarang amparan tikar.

Di sinilah anak rantauan bisa melamun sambil mengaduk-aduk saus dan kecap seperti kisah hidupnya. Adapun para pekerja lembur yang balik malam juga dipersilahkan membuang kegelisahan menunggu tanggal muda. Di antara lampu senter kecil yang temaram, tukang cuanki memberi layanan yang prima buat mereka yang merana, mengulur waktu malam menunggu datangnya fajar.

Warung Nasi Ema Eyot

Dekat dengan Badan Perpustakaan dan Kearsipan Daerah Provinsi Jawa Barat, orang-orang bukan hanya diajak membaca buku juga lalu-lalang kehidupan. Warung Ema Eyot bertahan dengan aroma kayu bakarnya. Pas Jadwal makan siang, para pegawai singgah di sana. Mereka yang mau menikmati ikan atau ayam goreng dan karedok segar.

Di meja yang berbaris panjang, para pelanggan bergilir menyantap oalahan rumahan. Tanpa nomor antrian ataupun pengawasan CCTV, transaksi hanya mengandalkan sadar diri dan kejujuran. Kesederhanaannya adalah rasa yang sudah banyak hilang di seantero Bandung. Sajian yang apa adanya seakan menjadi jawaban bagi mereka yang menyukai cita rasa otentik dan ketulusan.

Es Cendol Elizabeth

Es Cendol Elizabeth, kuliner legendaris Bandung sejak 1970-an. (Sumber: Instagram @escendolelizabethofficial)
Es Cendol Elizabeth, kuliner legendaris Bandung sejak 1970-an. (Sumber: Instagram @escendolelizabethofficial)

Segar, gurih, dan manis. Makanan legendaris Bandung ini mengajak penikmatnya untuk menyesap cerita H. Rohman. Karena tidak begitu terampil membaca dan menulis, penjual ini sering meminta bantuan Bu Eli yang menuliskan pesanan di bon toko tasnya. Dari kebiasaan itu lahirlah nama ‘Cendol Elizabeth’ (Kumparan, 20 Januari 2024).

Kini rintisan usahanya melesat maju. Pedagang-pedagang kecil di Jalan Otista dan kawasan Astanaanyar berjualan minuman yang sama. Kisah ini merekam cara kegigihan menjawab keterbatasan, lugu dan menggugah. Inilah daya tahan rakyat kecil menghadapi zaman.

Street Food

Dipatiukur, Saparua, Cibadak, hingga Lengkong. Di sana, rakyat kecil merayakan kebersamaan. Bergantung pada gerobak, tanggungan, dan lapak-lapak seadanya.  Dimsum, bebek bakar, steak murah, suki sederhana, atau jajanan musiman yang selalu berganti, dari kue balok lumer sampai cimol pizza.

Warung tenda bisa menyerap tenaga-tenaga kerja baru. Kasir menyambil pramusaji, mengantar mereka yang berkeliling Bandung untuk duduk di atas kursi plastik. Kadang lesehan, kadang datang pengamen, dan kadang kehabisan tisu. Semuanya menunjukkan bahwa ruang-ruang sosial di Bandung masih ada, bercampur tanpa sekat kelas.

Baca Juga: Cuanki, Cari Uang Gak Hanya Modal Janji

Kuliner Bandung, cermin kerakyatan. Bukan hanya soal rasa yang enak dan jadi sumber perhatian para food vlogger. Di sinilah nilai kehidupan terjaga. Makanan dan minuman telah memberi penawaran di tengah kegelisahan. (*)

Disclaimer

Tulisan ini merupakan artikel opini yang sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Pandangan yang disampaikan dalam artikel ini tidak mewakili pandangan atau kebijakan organisasi dan redaksi AyoBandung.id.

Arfi Pandu Dinata
Menulis tentang kehidupan orang Sunda
Nilai artikel ini
Klik bintang untuk menilai

Berita Terkait

News Update

Ayo Netizen 06 Sep 2025, 18:59 WIB

Muludan, Rindu Rosul

Semua maha karya itu menegaskan satu kerinduan, kecintaan pada Rasulullah SAW tak pernah lekang dimakan zaman.
Suasana malam di Masjid Raya Al Jabbar. (Sumber: Ayobandung.com | Foto: Irfan Al-Faritsi)
Ayo Biz 06 Sep 2025, 11:39 WIB

Kenapa Harus Pakai Earphone Bagus?

Earphone adalah perangkat audio kecil yang digunakan dengan cara ditempelkan atau dimasukkan ke dalam telinga untuk mendengarkan suara secara pribadi.
Ilustrasi foto Earphone (Foto: Pixabay)
Ayo Biz 06 Sep 2025, 10:34 WIB

Kopi Toko Tua, Bukan Hanya Sekedar Tempat Ngopi di Braga

Di tengah padatnya aktivitas Kota Bandung, ada satu tempat yang bisa membuatmu merasa seperti kembali ke masa lalu. Kopi Toko Tua, sebuah kafe bergaya kolonial, menghadirkan suasana vintage yang hanga
Kopi Toko Tua (Foto: GMAPS)
Ayo Biz 06 Sep 2025, 09:38 WIB

Opak Linggar, Cemilan Tradisional dari Rancaekek

Pencinta kuliner khas Sunda baiknya melirik kudapan sederhana yang masih bertahan di tengah gempuran camilan modern. Namanya Opak Linggar, jajanan tradisional yang diproduksi di Linggar, Rancaekek
Ilustrasi Foto Opak Linggar. (Foto: GMAPS)
Ayo Netizen 05 Sep 2025, 19:28 WIB

10 Netizen Terbaik Agustus 2025 dengan Total Hadiah Rp1,5 Juta

Ayobandung.id dengan bangga mengumumkan 10 netizen terpilih dengan kontribusi terbaik di kanal AYO NETIZEN sepanjang Agustus 2025.
Ayobandung.id dengan bangga mengumumkan 10 netizen terpilih dengan kontribusi terbaik di kanal AYO NETIZEN sepanjang Agustus 2025. (Sumber: Unsplash/Bram Naus)
Ayo Biz 05 Sep 2025, 18:42 WIB

Lisung Dulang Resto Menyuguhkan Strategi Etnik di Tengah Tren Wedding Resto Bandung

Di tengah lanskap yang penuh inovasi, Lisung Dulang Resto tampil sebagai salah satu pelaku usaha yang mampu bertahan dan beradaptasi.
Di tengah lanskap yang penuh inovasi, Lisung Dulang Resto tampil sebagai salah satu pelaku usaha yang mampu bertahan dan beradaptasi. (Sumber: Ayobandung.id | Foto: Eneng Reni Nuraisyah Jamil)
Ayo Biz 05 Sep 2025, 17:56 WIB

Kompakers Bandung: Komunitas Perempuan yang Menjadikan Fotografi sebagai Ruang Tumbuh dan Bisnis

Puluhan fotografer perempuan yang tergabung dalam Kompakers Bandung menjadikan fotografi sebagai ruang tumbuh, berkarya, dan berbagi cerita.
Puluhan fotografer perempuan yang tergabung dalam Kompakers Bandung menjadikan fotografi sebagai ruang tumbuh, berkarya, dan berbagi cerita. (Sumber: dok. Kompakers Bandung)
Ayo Jelajah 05 Sep 2025, 17:50 WIB

Sejarah Pahit Keemasan Kopi Priangan di Zaman Kolonial, Kalahkan Yaman via Preangerstelsel

Kopi Priangan pernah jadi primadona dunia lewat Preangerstelsel, menumbangkan dominasi Yaman dan menyisakan jejak pahit bagi petani lokal.
Koffie Pakhuis alias gudang penyimpanan kopi zaman kolonial yang kini berubah fungsi jadi Balai Kota Bandung. (Sumber: KITLV)
Ayo Netizen 05 Sep 2025, 16:46 WIB

Stereotipe 'si Kabayan' Masih Menempel Laki-Laki Keturunan Sunda

Apakah si Kabayan juga merepresentasikan identitas laki-laki suku Sunda?
Iustrasi orang Sunda. (Sumber: Unsplash/Zulfikar Arifuzzaki)
Ayo Biz 05 Sep 2025, 12:50 WIB

Bakso Jumbo dan Doa Panjang: Perjalanan Kuliner Sumarmi di Kedai Bakso Laman Astaghfirullahaladzim

Tak semua nama warung makan lahir dari strategi branding. Kadang, nama itu muncul dari momen spontan yang kemudian melekat kuat di benak pelanggan.
Seporsi menu bakso di kedai Bakso Laman Astaghfirullahaladzim. (Sumber: Ayobandung.id | Foto: Eneng Reni Nuraisyah Jamil)
Ayo Netizen 05 Sep 2025, 09:52 WIB

Eksistensi dan Penggunaan Bahasa Sunda di Kota Bandung

Bahasa Sunda adalah bahasa ibu bagi suku Sunda. Penggunaannya dalam kehidupan sehari-hari sudah mulai bergeser.
Pertunjukan Wayang Golek sebagai Budaya Sunda (Sumber: Pexels)
Beranda 05 Sep 2025, 07:16 WIB

Mengenal Greenwashing, Muslihat Korporasi yang Mengklaim Ramah dan Peduli Lingkungan

Simbol daun, warna hijau, atau gambar bumi kerap dipakai untuk memperkuat kesan seolah produk tersebut benar-benar berkelanjutan.
Ilustrasi greenwashing.
Ayo Netizen 04 Sep 2025, 20:39 WIB

Modifikasi Camilan Cipuk alias Aci Kerupuk

Cipuk atau aci kerupuk merupakan makanan yang terbuat dari campuran aci(tepung tapioka) dengan kerupuk.
Cipuk (Aci Kerupuk) Mang Adin (Sumber: Dokumentasi Penulis | Foto: Dias Ashari)
Ayo Biz 04 Sep 2025, 17:45 WIB

Demam Koleksi Figur Estetik: Ketika FOMO Menyulut Tren Boneka Desainer di Bandung

Perburuan boneka desainer bukan lagi sekadar hobi koleksi, tapi menjelma jadi gaya hidup yang menggabungkan seni, estetika, dan dorongan psikologis untuk tak ketinggalan tren.
Perburuan boneka desainer bukan lagi sekadar hobi koleksi, tapi menjelma jadi gaya hidup yang menggabungkan seni, estetika, dan dorongan psikologis untuk tak ketinggalan tren. (Sumber: Ayobandung.id | Foto: Eneng Reni Nuraisyah Jamil)
Ayo Netizen 04 Sep 2025, 17:36 WIB

Berburu Barang Bekas di Pasar Loak Terbesar di Bandung

Namanya juga Pasar Loak Astana Anyar, ya pasti berada di Jalan Astana Anyar, Kota Bandung.
Pasar Loak Astana Anyar. (Sumber: Ayobandung.com)
Ayo Biz 04 Sep 2025, 16:54 WIB

Warung Sangrai dan Misi Mengangkat Puyuh: Kuliner Lokal yang Tak Lagi Dianggap Sebelah Mata

Ketika banyak pelaku kuliner berlomba menyajikan olahan ayam dan bebek, Warung Sangrai memilih menjadikan burung puyuh sebagai menu utama.
Ketika banyak pelaku kuliner berlomba menyajikan olahan ayam dan bebek, Warung Sangrai memilih menjadikan burung puyuh sebagai menu utama. (Sumber: Ayobandung.id | Foto: Eneng Reni Nuraisyah Jamil)
Ayo Netizen 04 Sep 2025, 16:32 WIB

Nilai Kehidupan dan (5 List Rekomendasi) Kulineran di Bandung  

Bicara soal kuliner khas Bandung langsung kebayang segala jenis makanan yang lagi viral.
Es Cendol Elizabeth, kuliner legendaris Bandung sejak 1970-an. (Sumber: Instagram @escendolelizabethofficial)
Ayo Biz 04 Sep 2025, 15:37 WIB

Mamata Craft dan Ondang Dahlia: Merajut Cinta, Merawat Bumi

Mamata Craft, hobi yang tumbuh bersama waktu. Terlahir menjadi sebuah gagasan menjadikan kain sisa sebagai jalan hidup dan kontribusi nyata bagi lingkungan.
Ondang Dahlia, owner Mamata Craft. (Sumber: dok pribadi)
Ayo Netizen 04 Sep 2025, 14:49 WIB

Cuanki, Cari Uang Gak Hanya Modal Janji

Cuanki adalah salah satu kuliner yang populer di Kota Bandung.
Bakso Cuanki Gading (Sumber: Dokumentasi Penulis | Foto: Dias Ashari)
Ayo Jelajah 04 Sep 2025, 13:04 WIB

Sejarah Bandung, Kota Impian Koloni Eropa yang Dijegal Gubernur Jenderal

Bandung pernah jadi kota impian kolonial, tapi kebijakan tanam paksa kopi menutup Priangan bagi orang asing hingga 1852.
Suasana Bandung tahun 1968. (Sumber: Flickr | Foto: Frank Stamford)