Laju Perjalanan Haikal, Petinju Pelajar yang Bersinar di Popda Jabar 2025

Yogi  Esa Sukma Nugraha
Ditulis oleh Yogi Esa Sukma Nugraha diterbitkan Rabu 01 Okt 2025, 12:10 WIB
Bersama kedua lawannya yang tangguh, Haikal naik podium. (Sumber: Dokumentasi Penulis | Foto: Yogi Esa Sukma N.)

Bersama kedua lawannya yang tangguh, Haikal naik podium. (Sumber: Dokumentasi Penulis | Foto: Yogi Esa Sukma N.)

Langit Bandung cukup cerah siang itu. Belum tampak mendung yang biasa hadir di kota ini pada hari Minggu, 28 September 2025. Sorot lampu GOR Sasakawa Pajajaran memancarkan cahaya terang. Menyapa dengan kehangatan maksimal, diiringi gemuruh penonton, melengkapi suasana semarak yang merangkul kesan banyak orang.

Haikal Hilmi Achmad. Ia mulai pemanasan. Menatap tajam pada mereka yang ada di palagan. Sebentar lagi gilirannya. Ia berjalan. Memasuki ring secara perlahan. Lalu berdiri tegak, dan bersiap menghadapi lawan tangguh yang datang dari daerah lain, yang memakai kaus tanding berwarna biru.

Sekilas Haikal tampak tenang. Setidaknya begitu yang mampu dijangkau dari tribun. Dan memang cukup jelas, ditilik dari sudut mana pun. Ia memberi gestur meyakinkan, juga terlihat berbeda dari yang lainnya.

Tubuhnya relatif ramping. Bertinggi badan sekitar 165 cm dan berbobot 54 kg. Pertandingan baru saja dimulai. Tapi waktu terasa lambat. Suasana tegang. Lawan yang ada di hadapannya, Melkias Madrid Gonzales, atlet dari Kota Bogor, tiba-tiba melemparkan jab cepat. Cukup tangguh memang. Ia punya pukulan keras dan penguasaan ruang yang cermat.

Haikal menghindar. Sigap. Gerakannya penuh perhitungan. Ronde ketiga selesai. Satu pukulan hook kanan mendarat tepat di rahang. Wasit memberi aba-aba. Menghentikan pertarungan. Haikal tercatat sebagai pemenang.

Medali emas kelas 54-57 kg putra Pekan Olahraga Pelajar Daerah (Popda) Jawa Barat XIV 2025 melingkar di lehernya. Mungkin inilah hasil dari persiapan Haikal dalam menghadapi Popda Jabar. Ia telah menjalani latihan intensif. Setiap pagi di komplek Batununggal, ia berlatih fisik: interval, sprint, hingga shadow boxing.

Ada peran pelatih di sana, yang sabar mengasah teknik, mengajarkannya memanfaatkan jarak untuk mengambil poin, lalu mempertajam pukulan straight dan hook kiri. Haikal sungguh-sungguh; menjalani latihan setiap waktu, menjaga pola hidup sehat; tidak makan sembarangan selama satu bulan.

Bahkan ia juga mengatakan satu kejujuran. Rasa gugup yang sempat hinggap. Itu wajar. Sebab, nyaris selalu ada ketika ia hendak bertanding. Untungnya Haikal mampu mengatasi hal itu dengan optimis.

"Saya gak mau usaha latihan dibalas dengan kekalahan," kata Haikal, pada satu percakapan, nadanya penuh tekad.

Setelah pertandingan, Haikal bergerak ke arah tribun. Sarung tinjunya masih memenuhi kedua tangan. Keringat menetes dari dahi. Menetes ke lantai GOR yang dingin. Sorot matanya sayu. Ia tak lagi tenang seperti di tengah ring tadi.

Ada keharuan bercampur kebanggaan. Mungkin juga bayang-bayang keraguan yang hanya ia sendiri yang memahaminya. Mungkin dihinggapi perasaan tak menentu. Ia setengah berlari. Lalu tiba di atas. Memeluk satu persatu keluarga, kerabat, pelatih, dan teman-temannya yang hadir.

Baginya, pelukan orang-orang terdekat lebih berarti dibanding gemuruh apa pun saat itu. Ada perjalanan cukup panjang yang dimulai dari salah satu wilayah di sekitar Rancaekek. Ia sempat pula ragu apakah tinju bisa membuatnya maju.

Namun semua itu sirna tatkala dukungan keluarga menguatkan pondasi keyakinan dalam diri. Ia menolak menyerah, mengubah keraguan menjadi api.

Dukungan Keluarga dan Pelatih

Haikal Hilmi Achmad, akrab disapa Haikal. Ia merupakan atlet sekaligus siswa kelas XII di SMAS Bina Dharma 2 Kota Bandung. Predikat itu yang kini melekat dengannya: petinju muda berusia 18 tahun. Ia lahir, tumbuh, dan berkembang, di Rancaekek, Kabupaten Bandung. Mulai jatuh cinta pada tinju sejak SMP. Kabarnya, inspirasi awal muncul dari foto ayahnya, yang dulu juga sempat menjadi atlet tinju.

"Dari sana Haikal tertarik. Keren, ya, jadi pengen juga," pikirnya saat itu.

Awalnya banyak orang ragu. Keluarga khawatir. Sebab tinju dianggap riskan, juga memberatkan. Namun Haikal terus memaksa hingga ayahnya luluh. Menyerah. Membawanya ke Paldam Boxing Camp untuk mengikuti latihan.

Ayahnya seorang pegawai kereta api. Mempunyai rutinitas yang harus menyita perhatian lebih. Namun di tengah waktu yang sibuk, ia tetap mendukung penuh. Haikal bercerita ihwal kenangan dibelikan sepatu tinju pertama, suplemen, dan alat latihan. Ini membuatnya kian membara. Membakar semangatnya untuk serius menekuni olahraga ini. Begitulah.

Keluarga kerap memberi dukungan melimpah saat Haikal mulai goyah. Ia meraih berbagai macam bentuk keistimewaan yang tak mudah didapat remaja lainnya. Bukan hanya moral. Tetapi kekuatan yang membuatnya bangkit setiap kali tenggelam.

Namun langkah Haikal tak selalu mulus. Tentu saja. Ia berkisah mengenai sejumlah tantangan yang kerap dihadapi. Ada suatu masa ketika ia mulai tidak percaya diri. Berat sekali. Ia berupaya mengatasinya secara perlahan. Tapi pasti.

Adalah dukungan dari pelatih yang tak kalah penting. Ia selalu hadir setiap hari, pagi dan sore. Bukan hanya sekadar memberi penjelasan dan arahan soal teknis dan taktis, tapi juga motivasi. Bagi Haikal, sosok Nanang Komarudin, seperti ayah kedua.

Nanang rela mengorbankan waktunya untuk melatih anak-anak didiknya, termasuk Haikal. Ia nyaris tidak pernah mengeluh, walau sedang tersandung masalah. Ia selalu memberi motivasi yang membuat anak-anak didiknya semangat, ditambah dengan candaannya yang bikin suasana latihan jadi dekat dan hangat, seperti hubungan ayah dengan anak.

Kenyataan semacam ini mengingatkan pada apa yang para ahli sebut sebagai "relatedness", kebutuhan akan hubungan emosional yang memperkuat motivasi seorang remaja. Barangkali Haikal juga telah mengerti (dan menyadari) bahwa kemenangan dimulai dari kebutuhan emosional yang terpenuhi, dari rumah.

Ketika ditanya pertandingan yang paling berkesan baginya, ia menjawab lugas: semifinal melawan Kota Bekasi. Sebab, lawannya itu dikenal dengan footwork bagus dan lincah. Haikal menerapkan strategi yang diberikan pelatih Nanang: mendaratkan jab kiri panjang berulang kali. Membuat lawan terkena pukulan telak.

"Kuncinya sabar, jangan emosi, dan dengar instruksi pelatih," ujarnya, mengenang diskusi malam hari sebelum pertandingan.

Haikal, bersama kedua orang tua. Meraih perunggu di Pekan Olahraga Pelajar Daerah (Popda) Jawa Barat 2023. (Sumber: Narasumber | Foto: Istimewa)
Haikal, bersama kedua orang tua. Meraih perunggu di Pekan Olahraga Pelajar Daerah (Popda) Jawa Barat 2023. (Sumber: Narasumber | Foto: Istimewa)

Di Balik Kemenangan

Popda Jabar bukan kompetisi biasa. Sebab diikuti 27 kota dan kabupaten yang membuat persaingan begitu ketat. Haikal sadar bahwa setiap lawan punya cerita dan usaha yang keras seperti dirinya.

“Saya respek sama mereka,” katanya. Kita tahu belaka bahwa di ring, hanya ada satu pemenang. Haikal bilang, kemenangan itu butuh lebih dari sekadar energi yang bisa ia kerahkan.

Tantangan terbesarnya juga bukan hanya lawan, tetapi juga rutinitas sehari-hari. Ia terpaksa membagi waktu sekolah dan latihan. Setelah menunaikan kewajibannya di sekolah, ia kadang langsung ke tempat latihannya itu.

"Kadang bersih-bersih dulu tempat latihan. Lalu mulai dari jam 4 sore. Selesai jam 6. Haikal pulang ke rumah jam 8, langsung istirahat. Kadang capek sama tugas-tugas sekolah yang numpuk," ungkapnya.

Ada hari-hari ketika ia bangun pagi dengan tubuh lelah. Pikirannya penuh tekanan dari sekolah. Ikhtiar keras ia coba bagi dengan kewajibannya selaku pelajar. Itu bukti tekad yang kuat, dan juga ditopang oleh dukungan keluarga dan guru-gurunya.

"Sejak awal masuk sekolah, ia juga cerita. Mengenai keseimbangan akademik dan perjalanan karirnya sebagai atlet," kata Nuran Hefta, selaku guru Haikal di sekolah.

Dorongan ini serupa mindfulness yang kerap digunakan atlet dunia untuk mengelola stres. Haikal mulai menerapkannya, dan perlahan, keraguan itu memudar. Risiko tinju juga terlihat nyata. Ia tahu, dan sadar, bahwa setiap pukulan bisa membawa dampak cedera.

"Ibu sering bilang, 'kalau ada orang yang ngajak ribut mending menghindar jangan diladeni'," ungkap Haikal.

Inilah yang sekaligus menunjukkan bukti dukungan orang-orang terdekatnya. Ia dianjurkan untuk fokus menjadi atlet muda. Memahami bahwa tinju bukan hanya soal menghadapi lawan. Ia harus bertahan. Menaruh perhatian ke depan.

***

Medali emas Popda Jabar adalah bentuk dari ikhtiar seorang pelajar bernama Haikal yang berupaya menggapai suatu impian lewat tinju dan buku. Ia pun enggan terlena dengan pencapaian saat ini. Berkehendak merengkuh kesuksesan serupa.

Target selanjutnya: medali emas di Pekan Olahraga Pelajar Nasional. Dengan penuh harap, ke depannya, ia ingin lebih banyak turnamen lokal di Kota Bandung. Menurutnya, itu mutlak perlu.

Demi jam terbang yang optimal. Demi masa depan yang gemilang.[*]

Artikel Rekomendasi Untuk Anda

Disclaimer

Tulisan ini merupakan artikel opini yang sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Pandangan yang disampaikan dalam artikel ini tidak mewakili pandangan atau kebijakan organisasi dan redaksi AyoBandung.id.

Yogi  Esa Sukma Nugraha
Sehari-hari mengajar di SMA, sesekali menulis kolom
Nilai artikel ini
Klik bintang untuk menilai

Berita Terkait

News Update

Ayo Biz 01 Okt 2025, 20:10 WIB

Klinik Premium dan Masa Depan Estetika, Bandung Jadi Barometer Industri Kecantikan

Klinik kecantikan kini bukan lagi tempat eksklusif bagi segelintir orang, melainkan bagian dari rutinitas banyak warga urban yang ingin tampil segar, sehat, dan percaya diri.
Klinik kecantikan kini bukan lagi tempat eksklusif bagi segelintir orang, melainkan bagian dari rutinitas banyak warga urban yang ingin tampil segar, sehat, dan percaya diri. (Sumber: dok. L'viors)
Ayo Netizen 01 Okt 2025, 18:32 WIB

Mi Bakso Legendaris ‘Abrag’: Doyan Baksonya tapi Gak Tahu Apa Itu ‘Abrag’

Selain menyediakan mi bakso, kedai bakso “Abrag” pusat menyediakan batagor, dan minuman es campur.
Selain menyediakan mi bakso, kedai bakso “Abrag” pusat menyediakan batagor, dan minuman es campur. (Sumber: Ulasan Google oleh Fitrie)
Ayo Biz 01 Okt 2025, 17:09 WIB

Wisata Alam yang Terus Berevolusi dan Masa Depan Geowisata Bandung

Wisata alam tak lagi hanya soal menikmati pemandangan, tapi juga tentang bagaimana pengunjung bisa terlibat secara emosional dan digital.
Wisata alam tak lagi hanya soal menikmati pemandangan, tapi juga tentang bagaimana pengunjung bisa terlibat secara emosional dan digital. (Sumber: Ayobandung.id | Foto: Eneng Reni Nuraisyah Jamil)
Ayo Netizen 01 Okt 2025, 17:00 WIB

ASN Belajar dari Genggaman, dari Layar Kecil Menuju Perubahan Besar

Artikel ini menyoroti peluang dan tantangan pembelajaran digital Aparatur Sipil Negara (ASN) lewat gawai.
 (Sumber: ChatGPT | Foto: Ilustrasi)
Ayo Netizen 01 Okt 2025, 16:13 WIB

Learning Agility: Panduan Survival di Era Perubahan

Menghadapi dunia yang terus berubah, jabatan dan ijazah hanya menjadi pelengkap, hal utama adalah kelincahan untuk terus belajar.
Ilustrasi Aparatur Negeri Sipil (ASN). (Sumber: Pexels/Brett Jordan)
Ayo Jelajah 01 Okt 2025, 15:43 WIB

Pasukan Khusus Pergi ke Timur, Jawa Barat Senyap Pasca Kup Gagal G30S

Ketika Jawa Tengah banjir darah, Jawa Barat relatif sunyi pasca G30S. Sejarah militer dan strategi Siliwangi jadi pembeda.
Tentara Resimen Cakrabirawa yang melakukan penculikan Dewan Jenderal saat kup G30S dalam film Pengkhianatan G30S/PKI.
Ayo Biz 01 Okt 2025, 15:24 WIB

Sushi Menjamur di Bandung: Gaya Hidup Urban yang Kian Bersahabat dengan Rasa Jepang

Dari sushi roll sederhana hingga foie gras premium, pilihan menu Jepang kini hadir di berbagai penjuru kota, membentuk lanskap gastronomi yang semakin beragam.
Dari sushi roll sederhana hingga foie gras premium, pilihan menu Jepang kini hadir di berbagai penjuru kota, membentuk lanskap gastronomi yang semakin beragam. (Sumber: Ayobandung.id | Foto: Eneng Reni Nuraisyah Jamil)
Beranda 01 Okt 2025, 14:06 WIB

Menguak Kisah Branghang Lebakgede, Lorong Kecil yang Mengubah Wajah Lingkungan di Kecamatan Coblong

Revitalisasi branghang ini ternyata menjadi pintu masuk bagi gagasan lain yang lebih besar. Dari sinilah Inong kemudian berani melangkah ke program pengelolaan sampah yang lebih serius.
Tanaman hidroponik di branghang Kelurahan Lebak Gede, RW9 Kota Bandung. (Sumber: ayobandung.id | Foto: Ikbal Tawakal)
Ayo Netizen 01 Okt 2025, 12:10 WIB

Laju Perjalanan Haikal, Petinju Pelajar yang Bersinar di Popda Jabar 2025

Haikal merupakan seorang petinju sekaligus pelajar yang meraih emas di Popda Jabar 2025.
Bersama kedua lawannya yang tangguh, Haikal naik podium. (Sumber: Dokumentasi Penulis | Foto: Yogi Esa Sukma N.)
Ayo Netizen 01 Okt 2025, 09:42 WIB

Apa yang Mereka Takutkan dari Keberadaan Buku dan Perempuan ?

Apa yang ditakutkan oleh penguasa dari buku dan perempuan ? Ideologi dan pergerakannya.
Perempuan, Ide dan Gagasannya (Sumber: Gemini AI)
Ayo Netizen 01 Okt 2025, 08:03 WIB

Membicarakan Yahudi di Pusat Peradaban Sunda Modern

Kita bisa menjaga warisan Bandung sebagai ruang perlawanan yang adil. Kita mengutuk kolonialisme, tapi tetap menghormati keberadaan identitas dan tradisi Yahudi yang berbeda dari Zionisme itu sendiri.
Liputan Media JTA tentang Isu Palestina dan Israel pada Momen Konferensi Asia-Afrika 1955 (Sumber: https://www.jta.org/archive/arabs-seek-censure-of-israel-at-bandung-asian-african-conference | Foto: Arfi Pandu Dinata)
Ayo Jelajah 30 Sep 2025, 21:30 WIB

Jejak Peninggalan Sejarah Freemason di Bandung, dari Kampus ITB hingga Loji Sint Jan

Loji Sint Jan yang lenyap, cikal bakal ITB, dan toko buku Braga mengungkap misteri peninggalan Freemason di Bandung.
Kegiatan di Technische Hoogeschool te Bandoeng (THB), yang kini dikenal sebagai Institut Teknologi Bandung (ITB). (Sumber: ITB)
Ayo Netizen 30 Sep 2025, 20:00 WIB

'Ngahiang' Jadi Obor untuk Birokrasi Menyala

Pesan visioner Uga Siliwangi dari Sri Baduga Maharaja adalah nilai reflektif di masa kini, obor penerang masa depan.
Ilustrasi ASN. (Sumber: Dok. Kemenpan)
Ayo Biz 30 Sep 2025, 19:09 WIB

Produk Budaya Bernilai Bisnis, Yu Sheng dan Peluang Kuliner Premium di Era Urban

Ketika sumpit diangkat tinggi dan suara harapan menggema di sekeliling meja, Yu Sheng menjelma bukan sekadar hidangan pembuka, melainkan sebuah perayaan hidup.
Ketika sumpit diangkat tinggi dan suara harapan menggema di sekeliling meja, Yu Sheng menjelma bukan sekadar hidangan pembuka, melainkan sebuah perayaan hidup. (Sumber: Ayobandung.id | Foto: Eneng Reni Nuraisyah Jamil)
Ayo Biz 30 Sep 2025, 17:21 WIB

Jalan Panjang UMKM Jawa Barat Membangun Ekosistem

Di pasar-pasar tradisional, bengkel rumahan, studio kreatif, hingga warung kopi pinggir jalan, denyut UMKM Jawa Barat terasa nyata.
Di pasar-pasar tradisional, bengkel rumahan, studio kreatif, hingga warung kopi pinggir jalan, denyut UMKM Jawa Barat terasa nyata. (Sumber: Ayobandung.id | Foto: Irfan Al-Faritsi)
Ayo Netizen 30 Sep 2025, 16:49 WIB

Agama-Agama Tiongkok yang Melebur di Segala Arah Tanah Sunda

Kita harus meniru sikap para dewa dan leluhur yang mau duduk berdampingan, yang dari altarnya mau menyediakan ruang bagi yang lain.
Hio Lo Utama di Vihara Satya Budhi (Kelenteng Bandung) (Sumber: Dokumentasi Pribadi | Foto: Arfi Pandu Dinata)
Ayo Netizen 30 Sep 2025, 16:16 WIB

Untuk Bandung yang Bebas dari Perundungan

Kita tidak akan sepenuhnya paham bagaimana rasanya di-bully, sebelum kita merasakan sendiri dampaknya.
Ilustrasi korban perundungan. (Sumber: Pexels/Rahul)
Ayo Biz 30 Sep 2025, 15:39 WIB

Generasi Streaming: Mengapa Podcast Video Jadi Pilihan Utama Milenial dan Gen Z?

Ketika generasi milenial dan Z di Indonesia mulai menjadikan podcast sebagai bagian dari rutinitas harian, format yang mereka pilih pun ikut berevolusi.
Ilustrasi. Ketika generasi milenial dan Z di Indonesia mulai menjadikan podcast sebagai bagian dari rutinitas harian, format yang mereka pilih pun ikut berevolusi. (Sumber: Freepik)
Ayo Biz 30 Sep 2025, 13:54 WIB

Pilih Jaket Anak Jangan Hanya Sekedar Lucu

Jaket anak berfungsi melindungi tubuh anak dari cuaca, baik panas terik, angin, maupun dinginnya hujan dan udara malam. Selain melindungi, jaket juga memberikan rasa nyaman serta menjaga kesehatan
Ilustrasi foto anak memakai jaket. (Foto: Pixabay)
Ayo Netizen 30 Sep 2025, 13:19 WIB

Ruang Belajar Kebudayaan dari Spanduk ke Kardus Sitaan

Di tengah maraknya program literasi negara, masih terjadi ironi: buku-buku disita, seni dipinggirkan, dan ruang refleksi dikecilkan.
Dokumen komunitas pasar minggu Bandung (Foto: MIR)