Dari Sanghyang Tikoro ke Citarum Harum: Mitos yang Jadi Aksi

Bayu Hikmat Purwana
Ditulis oleh Bayu Hikmat Purwana diterbitkan Kamis 02 Okt 2025, 19:29 WIB
Sejumlah pelajar, warga dan pegiat lingkungan melakukan aksi bersih-bersih sungai Citarum pada Rabu 30 April 2025. (Sumber: Ayobandung.id | Foto: Irfan Al-Faritsi)

Sejumlah pelajar, warga dan pegiat lingkungan melakukan aksi bersih-bersih sungai Citarum pada Rabu 30 April 2025. (Sumber: Ayobandung.id | Foto: Irfan Al-Faritsi)

Sejak dahulu, masyarakat di berbagai daerah di Nusantara hidup berdampingan dengan sungai, begitu juga masyarakat Sunda dengan sungai Citarum. Dalam cerita lisan, Citarum bukan sekadar aliran air, melainkan nadi kehidupan yang dijaga oleh kekuatan gaib.

Bayangkan suasana ratusan tahun silam, ketika matahari mulai terlihat di ufuk timur, kabut tipis menyelimuti bantaran Citarum. Warga berkumpul di tepian, lalu perlahan mendorong sasajen, berisi bunga, nasi tumpeng kecil, dan dupa dialirkan ke tengah arus.

Mereka memohon dengan khidmat kepada Sanghyang penjaga sungai, agar air tetap jernih dan sawah mereka subur. Riak air yang menelan sesaji seakan sebagai tanda kalau sungai mendengar dan memberikan restu.

Cerita lain tak kalah terkenal adalah legenda Sangkuriang. Ketika Sangkuriang membendung paksa aliran air menjadi danau, namun usahanya gagal karena hasrat menikahi Dayang Sumbi, Ibunya sendiri. Airnya kemudian mencari jalan keluar menuju selatan, membentuk aliran yang kini kita kenal sebagai Sungai Citarum. Mitos yang memperkuat adanya danau purba di Kota Bandung. Dalam mitos ini, manusia yang melawan hukum alam selalu berujung pada bencana.

Kisah tersebut, meski dibungkus mitologi, menyimpan pesan ekologis. Alam memiliki keseimbangannya sendiri, dan manusia dituntut untuk menjaganya. Seperti pepatah Sunda mengatakan, “Lamun ngabalukarkeun karuksakan alam, tungtungna bakal balik ka diri sorangan”, jika merusak alam, akibatnya kembali kepada manusia. Hal tersebut pada hakekatnya, sejalan dengan Kalam Sang Khalik "Jika kamu berbuat baik, (berarti) kamu berbuat baik untuk dirimu sendiri (Al-Isra : 7).

Sungai Citarum dengan panjang sekitar 297 km, dari hulu di Gunung Wayang, Bandung Selatan, hingga bermuara di Laut Jawa. Citarum mengairi sawah, memasok listrik lewat waduk-waduk besar, hingga menjadi sumber air baku. Namun sayangnya, Citarum juga menanggung beban limbah rumah tangga, industri, dan sampah plastik, bahkan bangkai hewan yang terdampak Penyakit Mulut dan Kuku (PMK).

Kota Bandung, meski tidak dilintasi langsung oleh aliran utama Citarum, tetap punya peran besar. Sungai Cikapundung yang membelah kota bermuara langsung ke Citarum di Dayeuhkolot. Artinya, setiap sampah yang dibuang ke Cikapundung pada akhirnya akan jatuh ke “tenggorokan” Citarum.

Tidak heran jika hal tersebut menarik perhatian Presiden Joko Widodo yang memprakarsai program nasional Citarum Harum. Program ini melibatkan banyak nara damping dar unsur TNI, pemerintah daerah, akademisi, hingga komunitas warga, dibawah koordinasi Satuan Tugas Citarum Harum.

Kini, menjaga sungai bukan tentang pekerjaan teknis, melainkan pelajaran moral. Teras Cikapundung, misalnya, telah menjadi ruang edukasi di tengah kota Bandung, tempat anak-anak belajar bahwa sungai adalah sahabat, bukan tempat sampah. Kampus-kampus di Bandung pun mulai menjadikan Citarum sebagai laboratorium hidup, tempat mahasiswa meneliti kualitas air, sosial budaya bantaran, hingga model kebijakan publik.

Orang Sunda punya ungkapan: “Leuweung ruksak, cai beak, manusa balangsak”, jika hutan rusak dan air habis, manusia akan sengsara.

Pepatah ini terasa nyata di Citarum. Bahkan Prabu Siliwangi yang dikenal sebagai raja besar Pajajaran memberikan pesan “Uga Siliwangi”, “Lamun hirup ulah ngahianat ka sasama jeung alam”, dalam hidup, jangan pernah berkhianat kepada sesama dan alam. Pesan leluhur ini seolah kembali menggema saat kita menyaksikan kondisi sungai hari ini.

Mungkin, kalau leluhur dulu memberikan sesaji ke Sanghyang Tikoro untuk menenangkan aliran sungai, kini sesaji terbaik yang bisa kita berikan adalah tindakan nyata dengan: tidak membuang sampah ke sungai, mengurangi limbah, dan ikut terlibat dalam gerakan lingkungan.

Hayu, Jaga Citarum

Potret Sungai Citarum di kawasan Dayeuhkolot sekitar tahun 1900-an. (Sumber: Leiden University Libraries Digital Collections)
Potret Sungai Citarum di kawasan Dayeuhkolot sekitar tahun 1900-an. (Sumber: Leiden University Libraries Digital Collections)

Bagi generasi muda, khususnya Gen Z di Bandung dan Jawa Barat, Sungai Citarum bukan hanya warisan alam, melainkan juga ruang belajar dan berkarya. Setiap tetes airnya menyimpan cerita leluhur, setiap riaknya menyimpan peluang untuk masa depan yang lebih baik.

Hal sederhana yang bisa kita mulai, membuat konten edukasi di media sosial tentang kebersihan sungai, ikut program komunitas lingkungan, atau menjadikan projek sekolah dan kampus bertema Citarum Harum. Dengan cara itu, mitos dan kearifan lokal tidak berhenti sebagai cerita masa lalu, melainkan hidup kembali sebagai inspirasi gerakan nyata.

Jika karuhun menyampaikan melalui ritual dan sesaji, kini tindakan nyata yang akan menentukan apakah Citarum akan Harum atau tinggal cerita?. Citarum adalah cermin peradaban. Sejarah yang akan menilai apakah kita generasi yang menjaga, atau justru yang merusaknya.

Pepatah Sunda mengingatkan, “Cai tĂ©h pangĂ©ran nu ngidinan hirup”, air adalah anugerah Tuhan yang memberi kehidupan. Maka, menjaga Citarum sama artinya dengan menjaga diri kita sendiri, menjaga kota kita, dan menjaga masa depan generasi yang akan datang. (*)

Artikel Rekomendasi Untuk Anda

Disclaimer

Tulisan ini merupakan artikel opini yang sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Pandangan yang disampaikan dalam artikel ini tidak mewakili pandangan atau kebijakan organisasi dan redaksi AyoBandung.id.

Bayu Hikmat Purwana
Analis Kebijakan dengan bidang kepakaran pengembangan kapasitas ASN di Pusat Pembelajaran dan Strategi Kebijakan Manajemen Talenta ASN Nasional LAN RI
Nilai artikel ini
Klik bintang untuk menilai

Berita Terkait

News Update

Ayo Biz 02 Okt 2025, 20:58 WIB

Bobotoh Kreatif yang Menyulap Cinta Persib Jadi Karya 3D

Kreativitas bobotoh memang tak pernah kehabisan akal. Dari tribun stadion hingga lini masa media sosial, dukungan untuk Persib yang berdiri sejak 1933 terus mengalir.
Karya 3D bertema Persib buatan Rully Ryana. (Sumber: instagram.com/persib3d)
Ayo Biz 02 Okt 2025, 20:22 WIB

Bandung Merangkai Wisata Halal dalam Lanskap Urban yang Ramah

Bandung tak hanya dikenal sebagai kota kreatif dan surga belanja, tapi juga mulai menapaki jalur baru dalam industri pariwisata yakni wisata halal.
Bandung tak hanya dikenal sebagai kota kreatif dan surga belanja, tapi juga mulai menapaki jalur baru dalam industri pariwisata yakni wisata halal. (Sumber: Ayobandung.id | Foto: Irfan Al-Faritsi)
Ayo Biz 02 Okt 2025, 19:35 WIB

Transformasi Wisata Halal dari Tren Spiritual ke Peluang Ekonomi

Wisata halal telah menjelma menjadi arus utama yang menjanjikan pertumbuhan ekonomi, pemberdayaan lokal, dan regenerasi gaya hidup spiritual.
Wisata halal telah menjelma menjadi arus utama yang menjanjikan pertumbuhan ekonomi, pemberdayaan lokal, dan regenerasi gaya hidup spiritual. (Sumber: Ayobandung.id | Foto: Eneng Reni Nuraisyah Jamil)
Ayo Netizen 02 Okt 2025, 19:29 WIB

Dari Sanghyang Tikoro ke Citarum Harum: Mitos yang Jadi Aksi

Dari mitos Saghyang Tikoro hingga program Citarum harum, sungai memberi pesan, bahwa menjaga kelestarian alam berarti menjaga masa depan.
Sejumlah pelajar, warga dan pegiat lingkungan melakukan aksi bersih-bersih sungai Citarum pada Rabu 30 April 2025. (Sumber: Ayobandung.id | Foto: Irfan Al-Faritsi)
Ayo Jelajah 02 Okt 2025, 17:03 WIB

Sejarah Jalan ABC Bandung, Benarkah Rasis?

Jalan ABC Bandung menyimpan perdebatan sejarah. Benarkah dari etnis Arab, Bumiputra, China, atau toko besar Tio Tek Hong?
Toko ABC di sekitar Pasar Baru bandung tahun 1920-an. (Sumber: KITLV)
Ayo Jelajah 02 Okt 2025, 15:52 WIB

Julukan Parijs van Java Bandung Diprotes Sejak Zaman Baheula

Parijs van Java diprotes sejak 1938. Bandung dianggap tak mirip Paris, tapi branding ini tetap melekat hingga kini.
Jalan Braga, salah satu pusat keramaian yang lahir dari kreativitas warga Bandung zaman kolonial. (Sumber: Tropenmuseum)
Ayo Netizen 02 Okt 2025, 15:27 WIB

Budaya Menyontek yang Sering Dianggap Sepele

Budaya menyontek sudah bermanifestasi menjadi kegiatan yang dikomersialkan dengan hadirnya jasa percaloan dalam dunia akademik.
Ruang kelas sekolah. (Sumber: Pexels/Sami TÜRK)
Ayo Netizen 02 Okt 2025, 14:35 WIB

Strategi Baru Widyaiswara, dari Variasi Metode hingga Kelas Inklusif

Transformasi widyaiswara di era digital, dari metode konvensional ke pembelajaran daring dengan variasi strategi, teknologi, dan kelas inklusif.
Transformasi widyaiswara di era digital, dari metode konvensional ke pembelajaran daring dengan variasi strategi, teknologi, dan kelas inklusif. (Sumber: rotendaokab.go.id)
Mayantara 02 Okt 2025, 12:08 WIB

Blokir WhatsApp (Ritual Digital dalam Relasi Sosial)

Blokir WhatsApp. Satu klik sederhana, dan seluruh akses komunikasi pun ditutup.
Blokir WhatsApp. Satu klik sederhana, dan seluruh akses komunikasi pun ditutup. (Sumber: Pexels/Image Hunter)
Ayo Netizen 02 Okt 2025, 10:22 WIB

Beberapa Kejanggalan dalam Keracunan Program MBG di Cipongkor

Program MBG yang digadang-gadang sebgai proyek prestisius ini ternyata menuai polemik dan temuan masalah di lapangan.
Dapur Makmur Jaya yang jadi tempat memasak menu MBG penyebab keracunan massal. (Sumber: Ayobandung | Foto: Restu Nugraha)
Ayo Netizen 02 Okt 2025, 07:45 WIB

Melacak Api Zoroaster di Kehidupan Sunda Kontemporer

Sunda terhubung dengan agama-agama yang jauh ada di sana, dengan dunia yang multikultur.
Unggahan Akun Instagram @indocapsclub_bandung (30/09/22) yang Menampilkan Topi dengan Lambang Faravahar (Sumber: https://www.instagram.com/p/CjHdSdQvV45/?igsh=b3ZzbWxxMGhub3o= | Foto: Arfi Pandu Dinata)
Ayo Biz 01 Okt 2025, 20:10 WIB

Klinik Premium dan Masa Depan Estetika, Bandung Jadi Barometer Industri Kecantikan

Klinik kecantikan kini bukan lagi tempat eksklusif bagi segelintir orang, melainkan bagian dari rutinitas banyak warga urban yang ingin tampil segar, sehat, dan percaya diri.
Klinik kecantikan kini bukan lagi tempat eksklusif bagi segelintir orang, melainkan bagian dari rutinitas banyak warga urban yang ingin tampil segar, sehat, dan percaya diri. (Sumber: dok. L'viors)
Ayo Netizen 01 Okt 2025, 18:32 WIB

Mi Bakso Legendaris ‘Abrag’: Doyan Baksonya tapi Gak Tahu Apa Itu ‘Abrag’

Selain menyediakan mi bakso, kedai bakso “Abrag” pusat menyediakan batagor, dan minuman es campur.
Selain menyediakan mi bakso, kedai bakso “Abrag” pusat menyediakan batagor, dan minuman es campur. (Sumber: Ulasan Google oleh Fitrie)
Ayo Biz 01 Okt 2025, 17:09 WIB

Wisata Alam yang Terus Berevolusi dan Masa Depan Geowisata Bandung

Wisata alam tak lagi hanya soal menikmati pemandangan, tapi juga tentang bagaimana pengunjung bisa terlibat secara emosional dan digital.
Wisata alam tak lagi hanya soal menikmati pemandangan, tapi juga tentang bagaimana pengunjung bisa terlibat secara emosional dan digital. (Sumber: Ayobandung.id | Foto: Eneng Reni Nuraisyah Jamil)
Ayo Netizen 01 Okt 2025, 17:00 WIB

ASN Belajar dari Genggaman, dari Layar Kecil Menuju Perubahan Besar

Artikel ini menyoroti peluang dan tantangan pembelajaran digital Aparatur Sipil Negara (ASN) lewat gawai.
 (Sumber: ChatGPT | Foto: Ilustrasi)
Ayo Netizen 01 Okt 2025, 16:13 WIB

Learning Agility: Panduan Survival di Era Perubahan

Menghadapi dunia yang terus berubah, jabatan dan ijazah hanya menjadi pelengkap, hal utama adalah kelincahan untuk terus belajar.
Ilustrasi Aparatur Negeri Sipil (ASN). (Sumber: Pexels/Brett Jordan)
Ayo Jelajah 01 Okt 2025, 15:43 WIB

Pasukan Khusus Pergi ke Timur, Jawa Barat Senyap Pasca Kup Gagal G30S

Ketika Jawa Tengah banjir darah, Jawa Barat relatif sunyi pasca G30S. Sejarah militer dan strategi Siliwangi jadi pembeda.
Tentara Resimen Cakrabirawa yang melakukan penculikan Dewan Jenderal saat kup G30S dalam film Pengkhianatan G30S/PKI.
Ayo Biz 01 Okt 2025, 15:24 WIB

Sushi Menjamur di Bandung: Gaya Hidup Urban yang Kian Bersahabat dengan Rasa Jepang

Dari sushi roll sederhana hingga foie gras premium, pilihan menu Jepang kini hadir di berbagai penjuru kota, membentuk lanskap gastronomi yang semakin beragam.
Dari sushi roll sederhana hingga foie gras premium, pilihan menu Jepang kini hadir di berbagai penjuru kota, membentuk lanskap gastronomi yang semakin beragam. (Sumber: Ayobandung.id | Foto: Eneng Reni Nuraisyah Jamil)
Beranda 01 Okt 2025, 14:06 WIB

Menguak Kisah Branghang Lebakgede, Lorong Kecil yang Mengubah Wajah Lingkungan di Kecamatan Coblong

Revitalisasi branghang ini ternyata menjadi pintu masuk bagi gagasan lain yang lebih besar. Dari sinilah Inong kemudian berani melangkah ke program pengelolaan sampah yang lebih serius.
Tanaman hidroponik di branghang Kelurahan Lebak Gede, RW9 Kota Bandung. (Sumber: ayobandung.id | Foto: Ikbal Tawakal)
Ayo Netizen 01 Okt 2025, 12:10 WIB

Laju Perjalanan Haikal, Petinju Pelajar yang Bersinar di Popda Jabar 2025

Haikal merupakan seorang petinju sekaligus pelajar yang meraih emas di Popda Jabar 2025.
Bersama kedua lawannya yang tangguh, Haikal naik podium. (Sumber: Dokumentasi Penulis | Foto: Yogi Esa Sukma N.)