Ketika Sungai Tak Lagi Mampu Menampung Langit

kurniawan abuwijdan
Ditulis oleh kurniawan abuwijdan diterbitkan Jumat 05 Des 2025, 17:45 WIB
Sungai di Parahyangan Kencana tak mampu menahan volume air hingga menyebabkan banjir. (Sumber: Warga Parahyangan Kencana | Foto: Rahmat Tonı)

Sungai di Parahyangan Kencana tak mampu menahan volume air hingga menyebabkan banjir. (Sumber: Warga Parahyangan Kencana | Foto: Rahmat Tonı)

Beberapa minggu terakhir, media sosial, surat kabar, maupun berbagai platform elektronik dipenuhi oleh kabar duka dari berbagai penjuru Indonesia. Banjir dan tanah longsor terjadi hampir di sebagian besar wilayah negeri ini. Hujan deras yang turun nyaris tanpa jeda sejak akhir November hingga awal Desember menjadi awal dari rangkaian bencana yang menguji kesabaran banyak orang.

Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), sebagaimana dilansir Detik.com. sebelumnya telah mengingatkan bahwa pada periode Desember, Januari, dan Februari (DJF), aktivitas cuaca di wilayah Indonesia, terutama di laut, akan semakin intens. Berbagai fenomena angin membuat perairan menjadi lebih bergelora, sementara di daratan, curah hujan meningkat secara signifikan. Secara klimatologis, tinggi gelombang laut maupun intensitas hujan pada periode ini memang lebih tinggi dibanding bulan-bulan lainnya.

Selain itu, menurut laporan Tempo.co, kondisi tersebut turut dirasakan di banyak wilayah Jawa Barat. BMKG memprediksi peningkatan curah hujan dengan intensitas menengah hingga sangat tinggi, mencapai 150–300 milimeter, bahkan di atas 300 milimeter per dasarian di beberapa daerah. Hujan lebat yang disertai petir dan angin kencang berpotensi memicu berbagai bencana alam seperti banjir, tanah longsor, dan pohon tumbang, terutama di wilayah yang secara geografis rentan.

Wilayah Kota Cimahi, Kabupaten Bandung Barat, serta Kota dan Kabupaten Bandung termasuk dalam zona dengan curah hujan tinggi. Salah satu kawasan yang merasakan dampaknya adalah Perumahan Parahyangan Kencana, yang berada di Desa Pananjung, Kecamatan Cangkuang, Kabupaten Bandung.

Dalam kurun waktu dua minggu, sejak akhir November hingga awal Desember, kawasan ini telah mengalami tiga kali limpahan air yang cukup besar dari Sungai Cikambuy. Air sungai meluap, memasuki beberapa rumah yang berada di sepanjang tepian sungai. Peristiwa paling terasa terjadi pada tanggal 1 dan 3 Desember, ketika jalan di wilayah RT 02 dan RT 03 tergenang air. Aliran yang biasanya terkendali, tiba-tiba berubah menjadi arus yang tidak lagi mengenal batas.

Padahal, secara kasat mata, kedalaman Sungai Cikambuy tergolong cukup dalam. Namun curah hujan yang sangat tinggi di wilayah hulu, ditambah dengan pendangkalan akibat sedimentasi, membuat kapasitas sungai menurun drastis. Tanah dan lumpur yang terbawa arus mengendap di dasar sungai, menyempitkan alur, hingga akhirnya air mencari jalannya sendiri ke darat—ke halaman, ke jalan, bahkan ke ruang-ruang keluarga.

Pertambahan jumlah penduduk, baik karena kelahiran maupun arus perpindahan dari luar Kecamatan Cangkuang, turut membawa konsekuensi besar terhadap kebutuhan lahan pemukiman dan pertanian. Pembukaan lahan di wilayah selatan yang berbukit-bukit diduga menjadi salah satu penyebab berkurangnya daya serap tanah terhadap air hujan. Hutan dan pepohonan yang seharusnya menjadi penyangga, perlahan berganti dengan bangunan, kebun, dan tanah terbuka. Akibatnya, hujan deras yang turun tidak lagi terserap optimal, melainkan langsung mengalir ke sungai dalam volume yang jauh lebih besar.

Seorang warga setempat mengenang masa lalu dengan nada prihatin.

“Dulu meskipun hujan lebat, air sungai tidak pernah sekotor ini,” ujarnya sambil menunjuk aliran air yang berwarna cokelat pekat. Warna itu menjadi penanda jelas bahwa lapisan tanah permukaan dan tanah di pinggiran sungai kini mudah tergerus, karena tidak lagi ditahan oleh akar-akar tanaman yang dahulu kokoh menahan erosi.

Sungai di Parahyangan Kencana tak mampu menahan volume air hingga menyebabkan banjir. (Sumber: Warga Parahyangan Kencana | Foto: Agus Wahyu/RT 02)
Sungai di Parahyangan Kencana tak mampu menahan volume air hingga menyebabkan banjir. (Sumber: Warga Parahyangan Kencana | Foto: Agus Wahyu/RT 02)

Setiap musim hujan tiba dengan curah yang tinggi dan durasi panjang, pertemuan beberapa sungai yang melewati Desa Cangkuang dan Desa Bandasari—yakni Sungai Cisangkuy, Cijalupang, dan Cikambuy—seolah menjadi jam alarm bagi warga sekitar. Banjir hampir bisa dipastikan datang. Dampaknya bukan hanya dirasakan di Perumahan Parahyangan Kencana, tetapi juga di Kampung Citaliktik, Kampung Bojong Sayang, bahkan hingga gerbang Polresta Bandung dan ruas Jalan Soreang–Banjaran yang kerap terendam air. Akses jalan terputus, dan warga terpaksa memutar ke jalur yang lebih tinggi seperti melalui Cibako atau Gading Tutuka 2.

Di tengah keterbatasan, warga tidak tinggal diam. Upaya-upaya sederhana namun penuh semangat dilakukan sebagai bentuk ikhtiar bersama. Aliran sungai dibersihkan dari rumput liar yang tumbuh di atas tumpukan sedimen. Tepian sungai diperkuat dengan karung berisi tanah dan dipagari potongan bambu agar lebih kokoh menahan arus. Kegiatan ini dilakukan secara gotong royong oleh warga RT 02 yang dikomandoi oleh Pak RT Agus Wahyu pada pekan lalu. Sebuah pemandangan yang menghangatkan hati di tengah ancaman bencana.

Namun, sekuat apa pun usaha manusia, alam memiliki dayanya sendiri. Hujan yang turun tanpa henti selama dua minggu terakhir tetap membuat Sungai Cikambuy meluap, menggenangi jalan dan rumah-rumah penduduk. Meski demikian, tidak ada usaha yang sia-sia. Sekurang-kurangnya, manusia telah berikhtiar, telah menjaga sebisanya, dan sisanya diserahkan kepada Sang Pemilik Alam Semesta.

Semoga peristiwa demi peristiwa ini menjadi pelajaran berharga bagi kita semua. Bahwa alam tidak untuk ditaklukkan, melainkan dijaga dan dihormati. Bahwa pembangunan harus berjalan seiring dengan kearifan. Dan bahwa dari setiap bencana, manusia dipanggil untuk menjadi lebih arif, lebih bijaksana, dan lebih bertanggung jawab terhadap bumi yang menjadi rumah bersama—hari ini dan di masa yang akan datang. (*)

Artikel Rekomendasi Untuk Anda

Disclaimer

Tulisan ini merupakan artikel opini yang sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Pandangan yang disampaikan dalam artikel ini tidak mewakili pandangan atau kebijakan organisasi dan redaksi AyoBandung.id.

kurniawan abuwijdan
Network Marketer dan Peternak Pemula
Nilai artikel ini
Klik bintang untuk menilai

Berita Terkait

News Update

Ayo Biz 13 Des 2025, 14:22 WIB

Di Balik Gemerlap Belanja Akhir Tahun, Seberapa Siap Mall Bandung Hadapi Bencana?

Lonjakan pengunjung di akhir tahun membuat mall menjadi ruang publik yang paling rentan, baik terhadap kebakaran, kepadatan, maupun risiko teknis lainnya.
Lonjakan pengunjung di akhir tahun membuat mall menjadi ruang publik yang paling rentan, baik terhadap kebakaran, kepadatan, maupun risiko teknis lainnya. (Sumber: Ayobandung.id | Foto: Eneng Reni Nuraisyah Jamil)
Ayo Netizen 12 Des 2025, 21:18 WIB

Menjaga Martabat Kebudayaan di Tengah Krisis Moral

Kebudayaan Bandung harus kembali menjadi ruang etika publik--bukan pelengkap seremonial kekuasaan.
Kegiatan rampak gitar akustik Revolution Is..di Taman Cikapayang
Ayo Netizen 12 Des 2025, 19:31 WIB

Krisis Tempat Parkir di Kota Bandung Memicu Maraknya Parkir Liar

Krisis parkir Kota Bandung makin parah, banyak kendaraan parkir liar hingga sebabkan macet.
Rambu dilarang parkir jelas terpampang, tapi kendaraan masih berhenti seenaknya. Parkir liar bukan hanya melanggar aturan, tapi merampas hak pengguna jalan, Rabu (3/12/25) Alun-Alun Bandung. (Sumber: Dokumentasi Penulis | Foto: Ishanna Nagi)
Ayo Netizen 12 Des 2025, 19:20 WIB

Gelaran Pasar Kreatif Jawa Barat dan Tantangan Layanan Publik Kota Bandung

Pasar Kreatif Jawa Barat menjadi pengingat bahwa Bandung memiliki potensi luar biasa, namun masih membutuhkan peningkatan kualitas layanan publik.
Sejumlah pengunjung memadati area Pasar Kreatif Jawa Barat di Jalan Pahlawan No.70 Kota Bandung, Rabu (03/12/2025). (Foto: Rangga Dwi Rizky)
Ayo Jelajah 12 Des 2025, 19:08 WIB

Hikayat Paseh Bandung, Jejak Priangan Lama yang Diam-diam Punya Sejarah Panjang

Sejarah Paseh sejak masa kolonial, desa-desa tua, catatan wisata kolonial, hingga transformasinya menjadi kawasan industri tekstil.
Desa Drawati di Kecamatan Paseh. (Sumber: YouTube Desa Drawati)
Ayo Netizen 12 Des 2025, 18:57 WIB

Kota untuk Siapa: Gemerlap Bandung dan Sunyi Warga Tanpa Rumah

Bandung sibuk mempercantik wajah kota, tapi lupa menata nasib warganya yang tidur di trotoar.
Seorang tunawisma menyusuri lorong Pasar pada malam hari (29/10/25) dengan memanggul karung besar di Jln. ABC, Braga, Sumur Bandung, Kota Bandung. (Foto: Rajwaa Munggarana)
Ayo Netizen 12 Des 2025, 17:53 WIB

Hubungan Diam-Diam antara Matematika dan Menulis

Penjelasan akan matematika dan penulisan memiliki hubungan yang menarik.
Matematika pun memerlukan penulisan sebagai jawaban formal di perkuliahan. (Sumber: Dok. Penulis | Foto: Caroline Jessie Winata)
Ayo Netizen 12 Des 2025, 16:44 WIB

Banjir Orderan Cucian Tarif Murah, Omzet Tembus Jutaan Sehari

Laundrypedia di Kampung Sukabirus, Kabupaten Bandung, tumbuh cepat dengan layanan antar-jemput tepat waktu dan omzet harian lebih dari Rp3 juta.
Laundrypedia hadir diperumahan padat menjadi andalan mahasiswa, di kampung Sukabirus, Kabupaten Bandung, Kamis 06 November 2025. (Sumber: Fadya Rahma Syifa | Foto: Fadya Rahma Syifa)
Ayo Netizen 12 Des 2025, 16:29 WIB

Kedai Kekinian yang Menjadi Tempat Favorit Anak Sekolah dan Mahasiswa Telkom University

MirukiWay, UMKM kuliner Bandung sejak 2019, tumbuh lewat inovasi dan kedekatan dengan konsumen muda.
Suasana depan toko MirukiWay di Jl. Sukapura No.14 Desa Sukapura, Kecamatan Dayeuhkolot, Kabupaten Bandung, Selasa, (28/10/2025). (Sumber: Dokumentasi Penulis | Foto: Nasywa Hanifah Alya' Al-Muchlisin)
Ayo Netizen 12 Des 2025, 15:53 WIB

Bandung Kehilangan Arah Kepemimpinan yang Progresif

Bandung kehilangan kepemimpinan yang progresif yang dapat mengarahkan dan secara bersama-sama menyelesaikan permasalahan yang kompleks.
Wali Kota Bandung, Muhammad Farhan, meninjau lokasi banjir di kawasan Rancanumpang. (Sumber: Humas Pemkot Bandung)
Ayo Netizen 12 Des 2025, 15:31 WIB

Tren Olahraga Padel Memicu Pembangunan Cepat Tanpa Menperhitungkan Aspek Keselamatan Jangka Panjang?

Fenomena maraknya pembangunan lapangan padel yang tumbuh dengan cepat di berbagai kota khususnya Bandung.
Olahraga padel muncul sebagai magnet baru yang menjanjikan, bukan hanya bagi penggiat olahraga, tapi juga bagi pelaku bisnis dan investor. (Sumber: The Grand Central Court)
Beranda 12 Des 2025, 13:56 WIB

Tekanan Biological Clock dan Ancaman Sosial bagi Generasi Mendatang

Istilah biological clock ini digunakan untuk menggambarkan tekanan waktu yang dialami individu, berkaitan dengan usia dan kemampuan biologis tubuh.
Perempuan seringkali dituntut untuk mengambil keputusan berdasarkan pada tekanan sosial yang ada di masyarakat. (Sumber: Unsplash | Foto: Alex Jones)
Ayo Netizen 12 Des 2025, 13:39 WIB

Jalan Kota yang Redup, Area Gelap Bandung Dibiarkan sampai Kapan?

Gelapnya beberapa jalan di Kota Bandung kembali menjadi perhatian pengendara yang berkendara di malam hari.
Kurangnya Pencahayaan di Jalan Terusan Buah Batu, Kota Bandung, pada Senin, 1 Desember 2025 (Sumber: Dok. Penulis| Foto: Zaki)
Ayo Netizen 12 Des 2025, 12:56 WIB

Kegiatan Literasi Kok Bisa Jadi Petualangan, Apa yang Terjadi?

Kegiatan literasi berubah menjadi petualangan tak terduga, mulai dari seminar di Perpusda hingga jelajah museum.
Kegiatan literasi berubah menjadi petualangan tak terduga, mulai dari seminar di Perpusda hingga jelajah museum. (Dokumentasi Penulis)
Ayo Netizen 12 Des 2025, 10:28 WIB

Bandung Punya Banyak Panti Asuhan, Mulailah Berbagi dari yang Terdekat

Bandung memiliki banyak panti asuhan yang dapat menjadi ruang berbagi bagi warga.
Bandung memiliki banyak panti asuhan yang dapat menjadi ruang berbagi bagi warga. (Dokumentasi Penulis)
Ayo Netizen 12 Des 2025, 09:20 WIB

Menikmati Bandung Malam Bersama Rib-Eye Meltique di Justus Steakhouse

Seporsi Rib-Eye Meltique di Justus Steakhouse Bandung menghadirkan kehangatan, aroma, dan rasa yang merayakan Bandung.
Ribeye Meltique, salah satu menu favorit di Justus Steakhouse. (Sumber: Dokumentasi Pribadi | Foto: Seli Siti Amaliah Putri)
Ayo Netizen 12 Des 2025, 09:12 WIB

Seboeah Tjinta: Surga Coquette di Bandung

Jelajahi Seboeah Tjinta, kafe hidden gem di Cihapit yang viral karena estetika coquette yang manis, spot instagramable hingga dessert yang comforting.
Suasana Seboeah Tjinta Cafe yang identik dengan gaya coquette yang manis. (Foto: Nabella Putri Sanrissa)
Ayo Jelajah 12 Des 2025, 07:14 WIB

Hikayat Situ Cileunca, Danau Buatan yang Bikin Wisatawan Eropa Terpesona

Kisah Situ Cileunca, danau buatan yang dibangun Belanda pada 1920-an, berperan penting bagi PLTA, dan kini menjadi ikon wisata Pangalengan.
Potret zaman baheula Situ Cileunca, Pangalengan, Kabupaten Bandung. (Sumber: KITLV)
Ayo Netizen 11 Des 2025, 20:00 WIB

Emas dari Bulu Tangkis Beregu Putra Sea Games 2025, Bungkam Kesombongan Malaysia

Alwi Farhan dkk. berhasil membungkam “kesombongan” Tim Malaysia dengan angka 3-0.
Alwi Farhan dkk. berhasil membungkam “kesombongan” Tim Malaysia dengan angka 3-0. (Sumber: Dok. PBSI)
Beranda 11 Des 2025, 18:37 WIB

Media Ditantang Lebih Berpihak pada Rakyat: Tanggapan Aktivis Atas Hasil Riset CMCI Unpad

Di tengah situasi dinamika sosial-politik, ia menilai media memegang peran penting untuk menguatkan suara warga,baik yang berada di ruang besar maupun komunitas kecil yang jarang mendapat sorotan.
Ayang dari Dago Melawan menanggapi hasil riset CMCI Unpad bersama peneliti Detta Rahmawan dan moderator Preciosa Alnashava Janitra. (Sumber: CMCI Unpad)