Walikota Bandung Muhammad Farhan telah menjalani jam kerjanya sepanjang sepuluh bulan. Ada sederet asa yang perlu diwujudkan untuk menjadikan Bandung sesuai dengan kondisi obyektif dan potensinya. Salah satunya adalah mewujudkan Bandung sebagai teknopolis.
Menjadikan Bandung sebagai kota teknopolis dalam kondisi negeri yang disana-sini tampak diwarnai dengan gejala deindustrialisasi oleh sementara pihak dianggap sebagai hal yang bombastis. Karena di negeri ini telah mulai terjadi deindustrialisasi untuk klaster industri tekstil dan produk tekstil (TPT). Menyebabkan industri ini banyak yang tutup dan terjadi PHK massal terhadap pekerjanya.
Inisiatif Bandung Teknopolis sudah ada sejak dekade 80-an. Sudah ada rencana untuk Kota Bandung menjadi seperti Silicon Valley di Amerika Serikat. Sebenarnya di Bandung raya telah memiliki basis produksi untuk menuju teknopolis. Sebagai contoh produk elektronika dan manufacturing lainya. Namun beberapa kluster industri elektronika beberapa diantaranya telah tutup. Padahal kluster tersebut pernah menjadi kebanggaan sebagai kluster industri elektronika nasional subsektor industri perangkat telekomunikasi dan subsektor industri komponen.

Walikota Farhan tidak perlu berkecil hati, ternyata masih ada klaster industri yang padat teknologi tinggi masih eksis dan berkembang dengan baik. Di kawasan industri Gedebage ada entitas industri yang masih memberikan asa Bandung teknopolis. Bahkan perusahaan itu telah menggenggam kepercayaan dari raksasa industri penerbangan di Eropa dan Amerika untuk membuat beberapa komponen pesawat terbang. Itulah Pudak Group, selain membuat komponen pesawat terbang dan komponen alutsiswa, ternyata selama ini melegenda sebagai industri peralatan sekolah dan kantor, alat peraga pendidikan dan laboratorium,handmade glassware dan roasting machine.

Kumpul dan Ngopi Bareng Insinyur
Akhir pekan di kawasan industri Gedebage saya merasa bersyukur karena sejak pagi hingga sore bisa kumpul dan ngopi bareng para Insinyur. Tuan rumahnya adalah Pak Hendro Wangsanegara, beliau pendiri dan pemilik Pudak Group. Yang hadir para insinyur lulusan ITB, ITI, Delft Belanda, Waseda Jepang, OHIO University.
Diawali tepat pukul sembilan pagi dengan perkenalan, diskusi pembuka, lalu field trip di semua fasilitas dan unit produksi Pudak. Membahas tentang mesin-mesin CNC yang kini sedang getol mengerjakan kontrak aircraft part pesanan Airbus dan Boeing, hingga fasilitas produksi lain untuk membuat alat pendidikan, alat laboratorium, alat vokasi hingga produk-produk handmade glassware eksotik dan roasting machine berlabel SUJI.

Setelah makan siang, dilanjut dengan FGD terkait masalah SMK, khususnya SMK go Global yang merupakan program unggulan pemerintahan Presiden Prabowo Subianto. Program ini “dipangku” oleh Menko Pemberdayaan Masyarakat yang dipimpin oleh Muhaimin Iskandar. Bertujuan untuk mengatasi masalah laten lulusan SMK yang saat ini menurut BPS memiliki angka pengangguran yang cukup tinggi.
Akar masalah SMK dibahas menurut kacamata dunia industri dan keinsinyuran. Masing-masing hadirin mengemukakan pengalaman dan pemikiran tentang masalah SMK.
Mulai dari adanya krisis Guru Produktif, masalah kualitas rata-rata lulusan SMK dilihat dari kebutuhan sektor industri, masalah kurangnya peralatan dan workshop dan beberapa alternatif dan solusi yang akan disampaikan kepada pemangku kepentingan.

Saya bersyukur, hari itu berdiskusi dan curah pikir dengan sejawat insinyur yakni Rinaldi Malimin, Ani Dwi Octavia, Agus Hasyim Prawira, Budi Atmoko Widodo, Stanley Wangsanegara, Ganesa Purwanto dan Pak Hendro Wangsanegara.
Mereka semua memiliki pengalaman industri yang komplit, praktek keinsinyuran nya luar biasa, praktik negosiasi yang hebat, profesionalisme dan etika yang dijunjung tinggi serta memiliki ilmu komunikasi yang jempolan. Kalau boleh, semua itu saya berikan nilai A plus.
Budi Atmoko yang pakar Aerodinamika lulusan Teknik Mesin dan Penerbangan ITB menyatakan bahwa sekarang sedang terjadi krisis guru dan peralatan praktek di SMK. Terutama di SMK penerbangan. Perlu segera mencari solusi agar siswa tidak semakin frustrasi.

Kemampuan Engineering Tinggi
Pudak berhasil meraih sertifikasi internasional seperti AS9100 Rev. D, ISO 9001:2015, dan NADCAP, yang menjamin kualitas produknya. PT Pudak juga memiliki fasilitas produksi yang luas, dengan area seluas 3,2 hektare dan bangunan seluas 12.000 m2
Dalam acara field trip itu saya merasa kagum dengan Ani Dwi Octavia yang merupakan ikon lulusan SMK yang sukses. Saat ini berhasil memimpin perusahaan di bidang alat ukur dan instrumentasi. Wanita yang memiliki sebutan Iron Lady itu adalah lulusan Institut Teknologi Indonesia (ITI). Ani sangat intens diskusi terkait teknologi industri yang menjadi profesinya. Pikirannya mengalir deras saat diskusi dan curah pikir di Pudak.
Ani pernah terlibat langsung dalam program nasional energi terbarukan seperti pembangkit listrik tenaga angin (wind power), jadi kalau ada netizen Ayo Bandung yang ingin daerahnya "memanen" angin, silahkan diskusi dengan dia. Wanita yang juga ketua cabor bola volley di Tangsel ini paham sekali mengukur angin dan urusan dengan instrumentasi dan bermacam sensor canggih.

Setelah field trip di seluruh hangar produksi Pudak, Rinaldi Malimin lulusan Waseda University Jepang memberikan pendapat bahwa Pudak sangat memahami prinsip-prinsip dasar produksi dan kemampuan engineeringnya tinggi.
Sebagai pensiunan karyawan PT Dirgantara Indonesia, penulis melihat bahwa kapabilitas produksi Pudak tidak kalah dengan industri yang didirikan oleh BJ.Habibie itu. Kondisi aktual machining shop di Pudak untuk part manufacturing sangat bagus. Sequence operation dari hanggar Cell A hingga Cell terakhir sangat baik sesuai dengan standar global.
Beberapa kali mengunjungi Pudak, penulis melihat ada asa yang mencerahkan bahwa Pudak dan beberapa perusahaan lain di Kota Bandung yang selama ini mampu bersaing secara global merupakan salah satu pilar untuk mewujudkan impian teknopolis. Apalagi Kawasan Gedebage kini telah berkembang pesat dengan infrastruktur kereta cepat Whoosh dan juga kawasan Summarecon yang telah menjadi pusat bisnis, pengembangan Iptek dan startup, semakin meneguhkan Bandung ke arah teknopolis. (*)
