Ketika pusat perbelanjaan dibuka, satu per satu pengunjung berdatangan. Tidak terlihat berdesakan ketika pengunjung datang, dan langsung tersebar ke berbagai gerai dalam mal. Demikian juga yang ke bioskop, ke gedung konser, atau ke stadion olahraga saat menonton pertandingan bola. Ketika penonton masuk ke dalam gedung, tak terlihat berdesakan, karena kedatangannya tidak bersamaan. Kita saksikan ketika pemutaran film di bioskop selesai, ketika konser selesai, ketika pertandingan bola di dalam stadion selesai, akan terlihat betapa berdesakannya para pengunjung yang akan ke luar gedung atau stadion.
Mal di Jl Merdeka, Kota bandung, sebelum covid, pengunjung hariannya mencapai 60.000 orang. Namun, pada saat covid, terjadi penurunan ekstrim, sampai antara 3.000 sampai 5.000 orang. Penonton di Stadion Gelora Bandung Lautan Api, Kota Bandung, sekitar 40.000 orang. Inilah contoh, begitu banyaknya orang yang sengaja datang ke gedung dan stadion olahraga.
Apa yang akan dilakukan bila saat berada di dalam mal, di dalam stadion, di dalam gedung konser, terjadi gempa bumi? Inilah yang harus menjadi perhatian semua kalangan, seluruh warga kota, otoritas Negara, dan kalangan bisnis yang mengelola gedung komersil tersebut.
Misalnya, ketika sedang berada di dalam mal terjadi gempa bumi yang cukup besar, hal yang paling ditakutkan adalah terjadinya kepanikan. Oleh Karena itu, usahakan tetap kalem, tenang, dan aman. Ketika kepanikan terjadi, misalnya ada orang tiba-tiba berlari dari kerumunan, maka kebanyakan orang dalam kerumunan itu akan ikut berlari ke arah orang itu berlari. Sesungguhnya tindakan ini dapat mengakibatkan kecelakaan dan menimbulkan kepanikan baru. Bila gempa bumi terjadi, aliran listrik biasanya mati, sehingga suasana menjadi redup, atau gelap, dan pengunjung akan refleks untuk berlari menuju pintu darurat secara bersamaan, yang sering tempatnya tersembunyi dan tidak diketahui arahnya. Merunduk saat bergerak, dan bila tidak dapat melihat ke depan karena gelap, ikuti dinding untuk menuju ke ruang yang diinstruksikan oleh bagian keamanan dan keselamatan.
Usahakan jangan membaca atau mendengarkan berita-berita yang tidak jelas sumbernya, atau berita palsu, yang menakutkan dan semakin meresahkan. Karena memang, berita palsu dibuat untuk tujuan itu. Jangan membaca informasi selain dari lembaga resmi yang sudah terpercaya selama ini.
Ketika gempabumi kuat terjadi pada saat sedang berada di dalam mal, maka hukum nomor satu adalah melindungi diri. Ketika berada di lantai yang tinggi dalam gedung itu, guncangan gempabumi nya akan terasa kuat dibandingkan dengan lantai yang berada di tengah dan lantai bawah gedung. Tetaplah tenang, dan setelah guncangan mereda, berkumpullah di area publik, seperti di sekitar âruang tungguâ lift.
Utamakan untuk melindungi diri sendiri dan keluarga dari bangunan runtuh, benda jatuh, dan puing-puing yang berjatuhan saat berada di dalam mal. Amati sekeliling dan waspada, karena seluruh barang yang ada di dalam mal itu akan berbenturan dan berjatuhan. Bila guncangan gempabumi sudah mereda, segeralah berpindah ke tempat yang terlindung dari benda jatuh dan barang-barang berat lainnya yang kemungkinan akan roboh, sambil tetap melindungi tengkuk dan kepala dengan memanfaatkan benda-benda kuat yang ada, seperti keranjang belanja. Kemudian, pindahlah ke tempat yang lebih aman, seperti taman. Namun, bila tidak ada ruang terbuka, berlindunglah di dalam bangunan beton bertulang yang relatif baru, kokoh, dan tahan gempabumi. Dengarkan instruksi resmi dari bagian keselamatan dan keamanan gedung.
Dalam latihan mitigasi gempabumi di sekolah-sekolah atau di ruang publik, sering dijelaskan, jangan sekali-kali turun menggunakan lift ketika gempa bumi terjadi. Namun tidak dilatihkan, bagaimana jika terjadi gempa bumi saat berada di dalam lift. Atau, dalam keadaan biasa, tiba-tiba lift macet. Hal ini pun penting untuk diketahui. Tindakan pertama, bila terjadi guncangan, segera berjongkok, lindungi tengkuk dan kepala, dan berpegangan. Tidak perlu menggedor-gedor pintu lift dengan harapan dapat segera ke luar, karena tindakan itu hanya akan menghabiskan tenaga dan menambah kecemasan. Di dinding lift dekat pintu masuk, terdapat panel dengan tombol berangka, yang menunjukkan lantai gedung. Bila terjebak di dalam lift, pijitlah semua angka â lantai tersebut. Bila kemudian pintu lift terbuka di lantai mana pun, segeralah ke luar dengan waspada dan hati-hati. Namun, bila masih terjebak dalam lift, sambil menunggu pertolongan, pijitlah gambar bel dalam panel itu, dan bicaralah melalui interkom untuk meminta bantuan. Bila sudah tersambung, petugas keamanan dan keselamatan akan menjawab melalui interkom, dan memberikan instruksi yang harus dilakukan dan ditaati.
Bila sudah berada di tempat aman dan selamat, namun masih dalam situasi yang diliputi kecemasan, tentu semua orang ingin didahulukan. Ingin diprioritaskan. Ketika keadaan inilah, berikan kesempatan terbaik kepada petugas keamanan dan keselamatan yang sudah sama-sama dalam keadaan kritis, sambil bertugas untuk menyelamatkan orang lain melakukan tugasnya dengan baik. Misalnya memberikan informasi nama, alamat, dan nomor kontak serta nomor kontak keluarga yang dapat dihubungi. Berdasarkan data alamat, mereka yang berhasil dievakuasi akan dikelompokkan sesuai kedekatan alamat rumah.
Baca Juga: Berlatih Gerakan Mitigasi Gempa seperti Berlatih Penca
Untuk menghindari kecemasan yang berkepanjangan, diperlukan kepastian keselamatan anggota keluarganya dan tetangganya. Agar semua informasi itu pesannya sampai kepada semua orang, maka setiap pengumuman, tulislah dalam karton, agar mereka yang memiliki gangguan pendengaran mendapatkan informasi yang benar.
Ikutlah berbagi peran walaupun sedang menjadi bagian yang perlu ditolong, misalnya, bila masih mampu untuk menulis, misalnya ikut menjadi yang mencatatkan nama-nama, alamat, dan nomor kontak yang berada di lingkungannya. Bahkan bila ada keluarga yang akan menjemput, bawalah makanan untuk yang lainnya, karena yang cemas pun perlu makan. Banyak hal yang dapat dilakukan untuk saling membantu dan saling menguatkan.
Kehormatan bagi kita untuk mengambil peran melakukan mitigasi, sebelum keadaan kritis itu menimpa, karena mengandung nilai kemanusiaan yang tinggi. Semoga Selamatlah Alam Semesta! (*)
