Berlatih Gerakan Mitigasi Gempa seperti Berlatih Penca

T Bachtiar
Ditulis oleh T Bachtiar diterbitkan Rabu 19 Nov 2025, 19:31 WIB
Hirarki prinsip berlatih penca Aki Muhidin berdasar pada tuturan (Abah) Iwan Abdurahman. (Sumber: (Abah) Iwan Abdurahman/Grafis: T Bachtiar)

Hirarki prinsip berlatih penca Aki Muhidin berdasar pada tuturan (Abah) Iwan Abdurahman. (Sumber: (Abah) Iwan Abdurahman/Grafis: T Bachtiar)

Karena upaya mitigasi menyangkut nyawa manusia, maka upaya ini mempunyai nilai kemanusiaan yang sangat tinggi. Inilah yang menyebabkan melakukan upaya mitigasi sesungguhnya merupakan perwujudan nyata dari rasa kasih-sayang kepada sesama manusia.

Planet Bumi diciptakan Tuhan dengan segala keteraturan dan dinamikanya. Di tengah-tengah bola Bumi ada inti bumi yang panasnya mencapai 6.000 derajat C. Karena super panas itulah, menyebabkan terjadinya dorongan yang sangat kuat untuk melepaskan energinya. Inilah yang menjadi awal dari kerak bumi yang tebalnya bervariasi sampai 70 km di beberapa tempat, menjadi terpecah-pecah, menjadi lempeng-lempeng raksasa yang terus bergerak. Ada lempeng bumi yang bergerak saling menjauh, menyebabkan yang sekarang bernama Benua Amerika terpisah jauh dari Benua Afrika.

Di antara kedua benua itu terbentuk Samudra Atlantik, yang di dasarnya membentuk Pematang Tengah Atlantik, menjadi tempat untuk magma naik ke permukaan membentuk kerak samudra yang baru. Sedangkan kerak bumi yang saling mendekat, kemudian terjadi saling menekan, lempeng samudra menunjam ke dalam lempeng benua. Itulah yang terjadi di kedalaman dasar Samudra Hindia di barat dan di selatan Kepulauan Indonesia. 

Zona penunjaman itulah yang menjadi kawasan yang sangat labil, memberikan jalan bagi magma, batuan cair pijar yang panasnya mencapai 1.200 derajat C, menerebos kerak bumi, yang melahirkan gunung-gunungapi, yang teruntai membentuk pulau-pulau. Di zona ini pun menjadi sumber gempabumi.

Mekanisme panas dari inti bumi inilah yang telah melahirkan rona bumi ini menjadi sangat megah. Ada gunung-gunung yang menjulang, ada lembah yang dalam, ada patahan yang memanjang, dan beragam bentuk pantai, ada teluk dan tanjung, sesuai dengan batuan yang membentuknya. Rona bumi itu semakin disempurnakan pesonanya oleh panas siang hari dan dingin pada malam hari, curahan air meteorik yang menyuburkan tanaman, menghasilkan oksigen pada siang hari, kesejukan, dan sumber sandang, pangan, dan papan bagi manusia yang kemudian berdatangan di kawasan yang menakjubkan itu.

Sejak penciptaannya, bumi terus bergerak sesuai irama semesta yang berjalan untuk keseimbangannya. Energi panas dari dalam inti bumi yang terus menekan kuat kerak bumi tiada henti, menyebabkan letusan-letusan gunungapi yang menebarkan abu kesuburan, dan energinya yang tertahan kemudian lepas, membentuk patahan dan menimbulkan gempabumi yang mengguncang, meninggalkan torehan-torehan bumi yang memanjang.

Ada kawasan yang relatif turun, ada yang relatif naik, dan ada yang terdorong secara mendatar. Terbentuklah tebing-tebing yang menjulang, tanah tinggi yang memanjang, danau-danau yang besar, dan letusan-letusan gunungapi. Itulah kemegahan alam yang selama berpuluh-puluh tahun, beratus-ratus tahun dapat dinikmati oleh manusia yang melihatnya, yang datang dan menetap di sana.

Inilah yang saat ini disebut bencana alam, karena dinamika bumi yang berjalan untuk menjaga keseimbangannya, telah dikelilingi oleh manusia yang datang kemudian. Karena ada manusia di kawasan yang “laten bencana” itulah, gagasan mitigasi ini lahir, untuk saling mengingatkan, untuk saling berbagi pengetahuan, berbagi pengalaman, bagaimana cara berlatih, semuanya bermuara pada yang saling membantu dalam upaya kemanusiaan.

Dalam tulisan ini akan dibahas satu “butir nasi” latihan mitigasi dari “satu bakul nasi” mitigasi yang sangat banyak kait-mengaitnya. Pendekatan mitigasinya mengadopsi cara berlatih penca Cikalong (Cianjur). Cara latihan penca ini diceritakan oleh murid Aki Muhidin (guru penca di Cikalong), yaitu (Abah) Iwan Abdurahman, anggota WANADRI, yang juga telah menggubah sekitar 50 lirik dan lagu.

Berlatih gerakan penca itu harus terus-menerus dilakukan, oleh siapa pun, baik oleh murid maupun oleh guru, sesuai dengan kapasitasnya masing-masing, agar gerakan jurusnya tetap berumah dalam jiwa, dalam raga, dan dalam rasa.

Bagaimana berlatih gerakan satu, atau satu jurus satu, yang merupakan satu kesatuan gerakan: merunduk – berjongkok - melindungi tengkuk dan kepala - berpegangan kuat. Gerakan satu atau jurus satu ini dahulu dilatihkan, dapat dimulai dari sekolah-sekolah, pesantren, terus berjenjang sampai luas ke berbagai kalangan, seperti ke karyawan di kantor-kantor, di pabrik-pabrik, di pasar-pasar, di rumah, dll. 

Pada tahap awal, bila mengacu pada hirarki latihan penca Aki Muhidin (seperti dituturkan oleh (Abah) Iwah Abdurahman, gerakan satu merunduk – berjongkok - melindungi tengkuk dan kepala - berpegangan kuat itu agar semua pelajar nyaho, mengetahui tentang gerakan satu. Karena nyaho can tangtu ngarti, tahu belum tentu mengerti, maka harus teruslah berlatih sampai pelajar itu mengerti mengapa perlu terus berlatih berulang-ulang gerakan satu atau jurus satu ini. Misalnya setiap tiga hari sekali latihan gerakan satu dilaksanakan ketika bel istirahat dibunyikan, dan pada saat bel pulang dibunyikan.

Tujuan berlatih ngarti, agar para pelajar menjadi bisa, menjadi mampu untuk melakukan gerakan satu dengan cepat dan tepat. Karena berlatih terus berulang, maka para pelajar itu akan tuman, akan mahir dalam melakukan gerkan satu dengan cepat dan tepat. Bila terus berlatih, maka gerakan satu: merunduk-berjongkok-lindungi tengkuk dan kepala-berpegangan kuat, akan matuh, akan menetap, akan berumah di dalam jiwa, di dalam raga, dan di dalam rasa. Inilah puncak pencapaian berlatih, sehingga ketika ada stimulus guncangan gempabumi, maka akan direspon dengan cepat-tepat-seketika.

(Abah) Iwah Abdurahman menuturkan, bahwa berlatih gerak penca seperti yang dianjurkan oleh Aki Muhidin, harus tuksel, harus terus-menerus. Begitu pun berlatih gerakan satu dalam mitigasi, agar gerakan satu ini terus matuh, terus menetap. Bila tidak dilakukan, maka respon cepat-tepat-seketika akan turun kadarnya.

Cara berlatih mitigasi gaya penca seperti ini, dapat juga diterapkan bagi para pemegang kebijakan, dengan membuat pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan tupoksinya. Dengan pertanyaan-pertanyaan itu akan diketahui, apakah tingkatannya baru berada pada tahap nyaho (tahu), atau sudah ngarti (mengerti), sudah bisa (mampu), sudah tuman (mahir), atau sudah ngajadi, matuh (menetap)? Kalau yang ditanya menjawab, “dokumen kontingensi sudah ada, hasil para pakar di Perguruan Tinggi”, kita akan mengetahui, posisinya berada dalam tahap mana. (*)

Nilai artikel ini
Klik bintang untuk menilai

Berita Terkait

News Update

Ayo Netizen 21 Nov 2025, 16:13 WIB

Bukan Sekadar Gaya Hidup, Work From Cafe jadi Penunjang Produktivitas Kalangan Muda

Work from Café (WFC) menawarkan suasana baru untuk mengatasi kejenuhan dalam bekerja.
Salah satu mahasiswa sedang mengerjakan tugas di salah satu Café di Kota Bandung (30/10/2025) (Foto: Syifa Givani)
Ayo Netizen 21 Nov 2025, 16:04 WIB

Kisah Jajanan Sore 'Anget Sari' yang Dekat dengan Mahasiswa

Kisah Anget Sari, lapak gorengan di Sukapura yang dikenal karena mendoan hangat, bahan segar, dan pelayanan ramah.
Suasana hangat di lapak Anget Sari saat pemilik menyajikan gorengan untuk pelanggan, di Kampung Sukapura, Kecamatan Dayeuhkolot, Bandung, Selasa (28/10/2025) (Sumber: Nailah Qurratul Aini | Foto: Nailah Qurratul Aini)
Ayo Netizen 21 Nov 2025, 15:41 WIB

UMKM Tahura Bandung Tumbuh Bersama di Tengah Perubahan Kawasan Wisata

Mengkisahkan tentang seorang pedagang pentol kuah yang ikut tumbuh bersama dengan berkembangnya kawasan wisata alam Tahura
Seorang pedagang sedang menjaga warungnya di Kawasan wisata tahura, (25/10/25) (Foto: M. Hafidz Al Hakim)
Ayo Netizen 21 Nov 2025, 15:21 WIB

Fenomena Turisme Bandung: Pesona Edukatif dan Konservatif di Lembang Park & Zoo

Lembang Park & Zoo menghadirkan wisata edukatif dan konservatif di Bandung.
Siap berpetualang di Lembang Park & Zoo! Dari kampung satwa sampai istana reptil, semua seru buat dikunjungi bareng keluarga (Sumber: Dokumentasi Pribadi | Foto: Adil Rafsanjani)
Ayo Netizen 21 Nov 2025, 15:10 WIB

Pengalaman Rasa yang Tidak Sesuai dengan Ekspektasi

Hunting kuliner memang tidak selalu berbuah dengan rasa yang lezat, beberapa di antaranya rasa yang tidak sesuai dengan review dan harga yang sangat fantastis.
Hunting kuliner memang tidak selalu berbuah dengan rasa yang lezat, beberapa di antaranya rasa yang tidak sesuai dengan review dan harga yang sangat fantastis (Sumber: Dokumentasi Penulis | Foto: Dias Ashari)
Ayo Netizen 21 Nov 2025, 14:49 WIB

Scroll Boleh, Meniru Jangan, Waspada Memetic Violence!

Saatnya cerdas dan bijak bermedsos, karena satu unggahan kita hari ini bisa membawa pengaruh besar bagi seseorang di luar sana.
Ilustrasi asyiknya bermedia sosial. (Sumber: pixabay.com | Foto: Istimewa)
Ayo Netizen 21 Nov 2025, 13:02 WIB

Hangatnya Perpaduan Kopi dan Roti dari Kedai Tri Tangtu

Roti Macan dimulai dari ruang yang jauh lebih kecil dan jauh lebih sunyi, yaitu kedai kopi.
Kedai kecil itu menciptakan suasana hangat dari aroma Roti Macan pada hari Selasa (04/11/2025). (Sumber: Dokumentasi Penulis | Foto: Wafda Rindhiany)
Ayo Jelajah 21 Nov 2025, 11:17 WIB

Sejarah Soreang dari Tapak Pengelana hingga jadi Pusat Pemerintahan Kabupaten Bandung

Sejarah Soreang dari tempat persinggahan para pengelana hingga menjelma pusat pemerintahan modern Kabupaten Bandung.
Menara Sabilulunga, salah satu ikon baru Soreang. (Sumber: Wikimedia)
Ayo Jelajah 21 Nov 2025, 11:16 WIB

Sejarah Black Death, Wabah Kematian Perusak Tatanan Eropa Lama

Sejarah wabah Black Death yang menghancurkan Eropa pada awal abad ke-14, menewaskan sepertiga penduduk, dan memicu lahirnya tatanan baru.
Lukisan The Triumph of Death dari Pieter Bruegel (1562) yang terinspirasi dari Black Death. (Sumber: Wikipedia)
Ayo Netizen 21 Nov 2025, 10:17 WIB

History Cake Bermula dari Kos Kecil hingga Jadi Bagian 'Sejarah Manis' di Bandung

History Cake dimulai dari kos kecil pada 2016 dan berkembang lewat Instagram.
Tampilan area display dan kasir History Cake yang menampilkan beragam Korean cake dan dessert estetik di Jalan Cibadak, Kecamatan Bojongloa Kaler, Kota Bandung. (30/10/2025) (Sumber: Naila Husna Ramadhani)
Ayo Netizen 21 Nov 2025, 09:29 WIB

Dari Tiktok ke Trotoar, ‘Iseng’ Ngumpulin Orang Sekota untuk Lari Bareng

Artikel ini menjelaskan sebuah komunitas lari yang tumbuh hanya iseng dari Tiktok.
Pelari berkumpul untuk melakukan persiapan di Jl. Cilaki No.61, Cihapit, Kecamatan Bandung Wetan, Kota Bandung, pada Sabtu pagi 15 November 2025 sebelum memulai sesi lari bersama. (Sumber: Rafid Afrizal Pamungkas | Foto: Rafid Afrizal Pamungkas)
Ayo Netizen 21 Nov 2025, 08:06 WIB

Giri Purwa Seni Hadirkan Kecapi Suling sebagai Pelestarian Kesenian Tradisional Sunda

Giri Purwa Seni di Cigereleng menjaga warisan kecapi suling melalui produksi, pelatihan, dan pertunjukan.
Pengrajin Giri Purwa Seni menampilkan seperangkat alat musik tradisional berwarna keemasan di ruang pamer Giri Purwa Seni, Jl. Soekarno Hatta No. 425, Desa Cigereleng, Astana Anyar, Karasak, pada Senin, 10 November 2025. (Sumber: Dokumentasi Penulis)
Ayo Biz 20 Nov 2025, 21:19 WIB

Desa Wisata Jawa Barat Menumbuhkan Ekonomi Kreatif dengan Komitmen dan Kolaborasi

Desa wisata di Jawa Barat bukan sekadar destinasi yang indah, namun juga ruang ekonomi kreatif yang menuntut ketekunan, komitmen, dan keberanian untuk terus berinovasi.
Upacara Tutup Tahun Kampung Cireundeu, Merawat Tradisi dan Syukur Kepada Ibu Bumi. (Sumber: Ayobandung.id | Foto: Restu Nugraha)
Ayo Netizen 20 Nov 2025, 20:18 WIB

Ngaruat Gunung Manglayang, Tradisi Sakral Menjaga Harmoni Alam dan Manusia

Ngaruat Gunung Manglayang adalah tradisi tahunan untuk menghormati alam.
Warga adat melakukan ritual ruatan di kaki Gunung Manglayang sebagai bentuk ungkapan syukur dan doa keselamatan bagi alam serta masyarakat sekitar.di Gunung Manglayang, Cibiru, Bandung 20 Maret 2025 (Foto: Oscar Yasunari)
Ayo Biz 20 Nov 2025, 18:23 WIB

Desa Wisata, Ekonomi Kreatif yang Bertumbuh dari Akar Desa

Desa wisata, yang dulu dianggap sekadar pelengkap pariwisata, kini menjelma sebagai motor ekonomi kreatif berbasis komunitas.
Wajah baru ekonomi Jawa Barat kini tumbuh dari desa. Desa wisata, yang dulu dianggap sekadar pelengkap pariwisata, kini menjelma sebagai motor ekonomi kreatif berbasis komunitas. (Sumber: Ayobandung.id | Foto: Eneng Reni Nuraisyah Jamil)
Ayo Netizen 20 Nov 2025, 17:21 WIB

Lenggak-lenggok Jaipong di Tengah Riuh Bandung dan Pesona Tradisi

Tari Jaipong tampil memukau di West Java Festival 2025. Gerak enerjik dan musik riuh membuat penonton antusias.
Penampilan tari Jaipong menghiasi panggung West Java Festival 2025 dengan gerakan energik yang memukau penonton, Minggu (9/11/2025). (Sumber: Selly Alifa | Foto: Dokumentasi Pribadi)
Ayo Netizen 20 Nov 2025, 17:07 WIB

Curug Pelangi Punya Keindahan Ikonik seperti di Luar Negeri

Wisata alam Bandung memiliki banyak keunikan, Curug Pelangi punya ikon baru dengan pemandangan pelangi alami.
Pelangi asli terlihat jelas di wisata air terjun Curug Pelangi, Kabupaten Bandung Barat (2/11/25) (Sumber: Dokumentasi Penulis | Foto: Tazkiya Hasna Putri S)
Ayo Netizen 20 Nov 2025, 16:55 WIB

Wayang Golek Sindu Parwata Gaungkan Pelestarian Budaya Sunda di Manjahlega

Pagelaran Wayang Golek Sindu Parwata di Manjahlega gaungkan pelestarian budaya Sunda dan dorong generasi muda untuk mencintai budaya lokal sunda.
Suasana pagelaran Wayang Golek di Kelurahan Manjahlega, Kecamatan Rancasari, Kota Bandung, Jumat (5/9/2025), di halaman Karang Taruna Caturdasa RW 14. (Sumber: Dokumentasi penulis | Foto: Ayu Amanda Gabriela)
Ayo Netizen 20 Nov 2025, 16:30 WIB

Menyoal 'Sora' Sunda di Tengah Sorak Wisatawan

Sora Sunda tidak harus berteriak paling keras untuk tetap hidup dan bertahan. Ia cukup dimulai dari kebiasaan kecil.
Mengenalkan budaya dan nilai kesundaan bisa dilakukan lewat atraksi kaulinan barudak. (Sumber: ayobandung.com | Foto: Kavin Faza)
Ayo Netizen 20 Nov 2025, 16:10 WIB

Kenaikan Gaji ASN, antara Harapan Dompet dan Reformasi Birokrasi

Kenaikan gaji ASN bukan sekadar soal dompet, tapi ujian sejauh mana birokrasi mampu menukar kesejahteraan menjadi kinerja.
Ilustrasi PNS di Bandung Raya. (Sumber: Ayobandung.id | Foto: Irfan Al-Faritsi)