Sampah Plastik di Bandung: Ancaman Sunyi yang Kita Ciptakan Setiap Hari

Fikri  Syahrul Mubarok
Ditulis oleh Fikri Syahrul Mubarok diterbitkan Senin 08 Des 2025, 12:37 WIB
Tumpukan sampah di sekitar Pasar Cicadas, Kota Bandung. (Sumber: ayobandung.id | Foto: Irfan Al Faritsi)

Tumpukan sampah di sekitar Pasar Cicadas, Kota Bandung. (Sumber: ayobandung.id | Foto: Irfan Al Faritsi)

Sore itu seorang ibu pulang dari pasar. Di tangannya, lima kantong plastik berisi sayur, telur, dan daging segar. Sesampainya di rumah, anaknya membuka keripik, lalu membuang bungkusnya ke selokan tanpa berpikir panjang.

Di gang sebelah, anak-anak menikmati es batu dalam plastik bening yang langsung tergeletak di pinggir jalan. Semua berlangsung begitu biasa, seolah menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari. Padahal, data Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) menunjukkan bahwa Indonesia menghasilkan lebih dari 60 juta ton sampah setiap tahun, dan hampir seperlimanya adalah plastik.

Jika selembar plastik kecil saja bisa bertahan ratusan tahun di bumi, pernahkah kita bertanya dalam hati ke mana semua plastik yang kita buang itu pergi? Pertanyaan ini jarang muncul karena efeknya tidak terasa hari ini tetapi diam-diam sedang mengganggu tanah, air, dan tubuh manusia.

Plastik dibuat dari bahan berbasis minyak bumi dan gas alam. Ia dirancang kuat, lentur, dan tidak mudah rusak karakteristik yang membuatnya disukai industri. Namun justru karena sifat “tahan lama” itulah, plastik menjadi mimpi buruk bagi alam.

Ia tidak bisa terurai oleh mikroorganisme seperti daun atau makanan sisa; plastik hanya hancur menjadi serpihan kecil yang disebut mikroplastik. Penelitian yang dilakukan L. Rochman pada tahun 2016 menemukan bahwa partikel mikroplastik dapat masuk ke tubuh manusia melalui ikan laut, garam dapur, dan air minum.

Ilustrasi. Tumpukan sampah. (Sumber: Ayobandung.id)
Ilustrasi. Tumpukan sampah. (Sumber: Ayobandung.id)

Artinya, plastik yang kita buang hari ini berpotensi kembali masuk ke tubuh kita dalam bentuk yang tak terlihat, membawa risiko kesehatan yang belum sepenuhnya kita pahami.

Dari sisi sosial dan lingkungan, plastik adalah cermin dari gaya hidup modern yang tidak memikirkan konsekuensi jangka panjang. Teori Ecological Modernization menjelaskan bahwa perubahan teknologi dan ekonomi tanpa keseimbangan lingkungan menciptakan masalah baru yang lebih kompleks.

Konsumsi plastik di Indonesia meningkat seiring kemudahan belanja, makanan cepat saji, dan barang murah yang dikemas menarik. Laporan World Bank (2021) menunjukkan bahwa negara-negara berkembang mengalami lonjakan sampah plastik akibat urbanisasi dan budaya praktis yang makin mengakar. Di kota, plastik menumpuk di TPA yang sudah hampir penuh. Di desa, plastik sering dibakar karena ketiadaan fasilitas pengolahan sampah menghasilkan asap beracun yang perlahan masuk ke paru-paru kita.

Yang membuat persoalan ini semakin rumit adalah cara kita memandang sampah. Kita terbiasa berpikir bahwa sampah adalah urusan pemerintah, truk pengangkut, atau petugas kebersihan. Sikap “asal buang” menjadi normal. Inilah yang disebut sebagai tragedy of the commons: ketika ruang publik dimanfaatkan secara bebas, namun tanggung jawabnya dihindari. “

Tidak apa-apa, hanya satu plastik,” begitu kata banyak orang.

Namun jutaan “satu plastik” berubah menjadi banjir di selokan, bau busuk di sungai, dan tumpukan hitam di pesisir pantai. Kita baru tersadar ketika dampaknya menghampiri rumah air got meluap, anak-anak sakit kulit, ikan yang dibeli di pasar terasa amis dan mencurigakan.

Meski begitu, harapan selalu ada ketika manusia bergerak bersama. Banyak warga membentuk bank sampah, menukar plastik dengan uang atau produk kebutuhan rumah tangga. Beberapa masjid menginisiasi program “Masjid Hijau,” mengumpulkan sampah plastik setelah acara keagamaan lalu menjualnya untuk kegiatan sosial. Tindakan kecil seperti membawa tas kain sendiri, memakai botol minum isi ulang, atau memilah sampah di rumah mungkin terlihat sederhana. Namun ketika dilakukan banyak orang secara konsisten, dampaknya bisa jauh lebih besar dari yang kita bayangkan.

Baca Juga: Trotoar di Bandung Semrawut: Dari Jalur Aman Menjadi Arena Berebut Ruang

Sampah plastik bukan hanya soal benda bekas yang tidak terpakai ia merefleksikan siapa kita sebagai masyarakat. Kita terbiasa dengan kenyamanan cepat, tetapi lupa bahwa bumi tidak memiliki kemampuan yang sama untuk membersihkan diri. Jika kita terus bersikap acuh, generasi yang akan datang mungkin tumbuh di lingkungan yang airnya tercemar, sungainya mati, dan lautnya penuh partikel plastik.

Coba bayangkan dua puluh tahun lagi: apakah anak-anak masih bisa berenang di sungai tanpa rasa takut? Apakah ikan laut masih bisa dikonsumsi tanpa rasa khawatir? Atau apakah kita akan hidup di kota-kota yang tampak bersih, namun beracun secara diam-diam?

Perubahan tidak dimulai dari kebijakan megah atau kampanye besar. Perubahan dimulai dari pilihan kecil di dapur, di pasar, di warung, bahkan di kantong belanja kita. Pertanyaan yang tinggal kita jawab adalah apakah kita benar-benar ingin menunggu bumi menyerah, sebelum berhenti berkata “ini cuma satu plastik”? (*)

Disclaimer

Tulisan ini merupakan artikel opini yang sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Pandangan yang disampaikan dalam artikel ini tidak mewakili pandangan atau kebijakan organisasi dan redaksi AyoBandung.id.

Fikri  Syahrul Mubarok
mahasiswa juruesan Komunikasin Penyiaran Islam semester 5, sorang jurnalis muda dan seorang penulis
Nilai artikel ini
Klik bintang untuk menilai

Berita Terkait

News Update

Ayo Netizen 10 Des 2025, 21:09 WIB

Minat Baca Warga Bandung Masih Rendah meski Fasilitas Mencukupi, Catatan untuk Wali Kota

Menyoroti masalah rendahnya minat baca di Bandung meski fasilitas memadai.
Sebuah Street Library tampak lengang dengan buku-buku yang mulai berdebu di samping Gedung Merdeka, Jalan Asia-Afrika, Bandung, Jumat (05/12/2025). (Sumber: Dokumentasi Penulis | Foto: Adellia Ramadhani)
Ayo Netizen 10 Des 2025, 20:16 WIB

Bubur Mang Amir, Bubur Ayam Termurah se-Dunia Seporsi Cuma Rp5.000

Pengakuan Mang Amir, ia sudah berjualan bubur ayama selama 25 tahun.
Pengakuan Mang Amir, penjual bubur seporsi Rp5.000, ia sudah berjualan bubur ayama selama 25 tahun. (Sumber: Dokumentasi Penulis)
Ayo Netizen 10 Des 2025, 20:02 WIB

Bandung untuk Mobil Pribadi atau Bandung untuk Warga?

Kota yang terlalu banyak bergantung pada kendaraan adalah kota yang rentan.
Warga bersepeda di kawasan Alun-alun Bandung. (Sumber: Arsip pribadi | Foto: Djoko Subinarto)
Ayo Biz 10 Des 2025, 20:02 WIB

Ketika Pekerja Kehilangan Rasa Aman: PHK Menguak Luka Sosial yang Jarang Terlihat

Fenomena pemutusan hubungan kerja atau PHK semakin menjadi sorotan publik karena dampaknya yang luas terhadap kehidupan pekerja, pencari kerja, dan dinamika hubungan industrial.
Fenomena pemutusan hubungan kerja atau PHK semakin menjadi sorotan publik karena dampaknya yang luas terhadap kehidupan pekerja, pencari kerja, dan dinamika hubungan industrial. (Sumber: Freepik)
Ayo Netizen 10 Des 2025, 19:51 WIB

Karya Anak Muda Bandung yang Hadirkan Identitas dalam Brand Fashion Berjiwa Bebas

Brand lokal ini membawa semangat bebas dan berani, mewakili suara anak muda Bandung lewat desain streetwear yang penuh karakter.
Tim urbodycount menata koleksi kaos edisi terbaru di atas mobil sebagai bagian dari proses pemotretan produk di Buahbatu Square Jl.Apel 1 NO.18, Bandung, Jawa Barat, Selasa (4/11/2025) (Sumber: Rahma Dewi | Foto: Rahma Dewi)
Ayo Netizen 10 Des 2025, 18:19 WIB

Soerat Imadjiner oentoek Maurenbrecher

Sebuah inspirasi unutk Wali Kota Bandung dan wakilnya, demi kemajuan Bandung.
Suasana Jalan Asia Afrika (Groote Postweg) Kota Bandung zaman kolonial Belanda. (Sumber: Tropenmuseum)
Ayo Netizen 10 Des 2025, 17:34 WIB

Sibuk Romantisasi Tak Kunjung Revitalisasi, Angkot Kota Bandung 'Setengah Buntung'

Kritik dan Saran terhadap Wali Kota Bandung terkait revitalisasi angkot Bandung.
Angkot Kota Bandung yang mulai sepi peminat di Dipatiukur, (7/12/2025). (Foto: Andrea Keira)
Ayo Jelajah 10 Des 2025, 17:03 WIB

Hikayat Terminal Cicaheum, Gerbang Perantau Bandung yang jadi Sarang Preman Pensiun

Sejarah Terminal Cicaheum sebagai pintu perantau Bandung. Terminal ini hidup abadi lewat budaya populer Preman Pensiun saat fungsi aslinya perlahan menyusut.
Suasana Terminal Cicaheum, Kota Bandung. (Sumber: Ayobandung | Foto: Irfan Al Faritsi)
Ayo Netizen 10 Des 2025, 16:26 WIB

Untuk Siapa Sebenarnya Sidewalk Diperuntukkan?

Keberadaan trotoar yang layak dan aman dapat mendorong masyarakat untuk lebih banyak berjalan kaki serta mengurangi kemacetan dan polusi.
Trotoar di Jalan Braga yang dipenuhi PKL. (Foto: Author)
Ayo Netizen 10 Des 2025, 14:30 WIB

Sarana Bus Trans Metro Jabar Terus Meningkat, Halte Terbengkalai Tak Diperhatikan Wali Kota Bandung?

Di balik itu Metro Jabar Trans banyak disukai warga, beberapa halte malah dibiarkan terbengkalai.
Prasarana halte di daerah Mohamad Toha yang terlihat banyak coretan dan kerusakan tak terurus menyebabkan ketidaknyamanan bagi penumpang, pada 30 November 2025. (Sumber: Dokumentasi Penulis | Foto: Nufairi Shabrina)
Ayo Netizen 10 Des 2025, 14:13 WIB

Penumpukan Sampah di Ujung Berung Sudah Tidak Terkendali, Warga Mulai Kewalahan

Artikel ini membahas tentang kondisi kebersihan yang ada di Kota Bandung terutama di Ujung Berung.
Penumpukan sampah terlihat berserakan di di Jalan Cilengkrang, Kawasan Ujung Berung, pada Senin, 1 Desember 2025 pukul 07.30 WIB. (Foto: Sumber Muhamad Paisal). (Sumber: Dokumentasi Penulis | Foto: Muhamad Paisal)
Ayo Netizen 10 Des 2025, 12:37 WIB

Masa Depan Bandung Antara Julukan Kota Kreatif dan Problematika Urban

Kota Bandung telah lama dikenal sebagai kota kreatif atau dengan julukan Prestisius (Unesco City of Design).
Bandung bukan hanya kota dengan udara sejuk tapi juga ruang hidup yang terus berdenyut dengan  semangat pluralisme dan kreativitas. (Sumber: Dokumentasi Penulis | Foto: Titania Zalsyabila Hidayatullah)
Beranda 10 Des 2025, 12:37 WIB

Belasan Jurnalis Dalami Fungsi AI untuk Mendukung Kerja Redaksi

Inisiatif ini ditujukan untuk memperkuat kemampuan jurnalis Indonesia, khususnya dalam verifikasi digital lanjutan, investigasi, serta pemanfaatan berbagai teknologi AI generatif.
Training of Trainers (ToT) "AI for Journalists".
di Hotel Mercure Cikini, Jakarta.
Ayo Netizen 10 Des 2025, 12:22 WIB

Cager, Bager, Bener: Filosofi Sopir Online Bandung di Jalanan Kota

Mengutamakan profesionalisme serta nilai-nilai saling menghormati agar perjalanan tetap nyaman dan aman setiap hari.
Seorang driver online tengah tersenyum ramah menunggu penumpangnya di tengah keramaian jalanan, menerapkan nilai cageur, bager, bener dalam layanan transportasi – Bandung, Sabtu (01/11/2025) (Foto: Bunga Kemuning A.D)
Ayo Netizen 10 Des 2025, 10:29 WIB

Batagor dan Baso Cuankie Serayu, Kuliner Sederhana yang Selalu Ramai di Cihapit

Batagor dan Cuankie Serayu masih mempertahankan daya tariknya hingga kini.
Suasana Antre Batagor dan Baso Cuankie Serayu (Sumber: Dokumentasi Pribadi | Foto: Miya Siti Nurimah)
Beranda 10 Des 2025, 09:42 WIB

Jomlo Menggugat: Saat Urusan Personal Berubah Jadi Persoalan Sosial

Di berbagai fase hidupnya, perempuan tetap saja berhadapan dengan ekspektasi sosial yang meminta mereka mengikuti nilai-nilai yang sudah lama tertanam.
Ilustrasi (Sumber: Pixabay | Foto: congerdesign)
Ayo Netizen 10 Des 2025, 08:44 WIB

Akhir Pekan di Bandung Bukan Wisata, tetapi Ujian Kesabaran di Tengah Arus Padat

Kota Bandung kini dikenal sebagai kota yang kaya akan destinasi wisata. Namun, kemacetan yang parah menjadi masalah di setiap akhir pekan
Kota Bandung kini dikenal sebagai kota yang kaya akan destinasi wisata. Namun, kemacetan yang parah menjadi masalah di setiap akhir pekan. (Dok. Penulis)
Ayo Netizen 10 Des 2025, 07:41 WIB

Knalpot Bising: Dari Keluhan Masyarakat hingga Harapan Kota Tenang

Knalpot bising masih mengganggu warga Bandung. Razia yang tidak konsisten membuat pelanggar mudah lolos.
Suara bising nan kencang memantul di jalanan hingga membuat kita tak terasa tenang. (Dokumentasi Penulis)
Ayo Netizen 09 Des 2025, 20:00 WIB

Beban Hidup Mencekik dan Tingginya Pengangguran Bukti Kegagalan Wali Kota Bandung?

Kenaikan biaya hidup dan syarat kerja tidak masuk akal memperparah 100 ribu pengangguran di Bandung.
Tingginya angka pengangguran memaksa warga Bandung beralih menjadi pekerja serabutan. (Sabtu, 06 Desember 2025). (Sumber: Penulis | Foto: Vishia Afiath)
Ayo Netizen 09 Des 2025, 19:53 WIB

Tanggapan Wisatawan tentang Kualitas Fasilitas Bandros di Bandung

Kritik serta saran mengenai fasilitas bandros yang ada di Kota Bandung.
Bandros di Kota Bandung. (Sumber: Dokumentasi Penulis)