Ibadah Kurban, antara Kesungguhan dan Batas Kemampuan

Ayatullah Karim
Ditulis oleh Ayatullah Karim diterbitkan Rabu 04 Jun 2025, 09:07 WIB
Sapi dan kambing yang akan dikurbankan (Sumber: ayobandung.id)

Sapi dan kambing yang akan dikurbankan (Sumber: ayobandung.id)

Tok! Sidang Isbat pemerintah melalui Kementerian Agama telah menetapkan Hari Idul Adha 1446 Hijriah jatuh pada hari Jum’at, 6 Juni 2025.

Setiap menjelang hari spesial itu tiba, di media sosial banyak di-share gambar, video atau tulisan perihal semangat berkurban. Seperti pagi itu, status whatsup seorang kawan menampilkan gambar kaos bagian belakang bertuliskan ujaran bernada sindiran, “Kurban: Banyak yang tidak mau, padahal mampu. Poligami: Banyak yang mau, padahal tidak mampu.”

Di lain waktu, salah satu anggota whatsup grup warga komplek membagikan tulisan seorang motivator sekaligus pendakwah. Isi tulisan itu ingin memotivasi orang-orang agar serius memampukan diri untuk berkurban.

Kurban itu bukan soal ada uang atau tidak, tulis sang motivator, tapi upaya memaksa diri. Dengan kata lain, berkurban itu harus dipaksakan. Menurutnya, itulah hakikat berkurban. Tidak berkurban karena alasan nggak ada duit disebutnya cuma akal-akalan dan sama seperti membohongi Allah.

Dari narasinya, sang motivator seperti ingin ‘menghajar’ orang-orang yang tidak berkurban dan bersembunyi di balik dalih tidak mampu. Menuding ketidakseriusan mereka sebagai biang ketidakmampuan.

Tapi benarkah banyak orang yang tidak berkurban itu sebenarnya mampu? Dan apakah benar ibadah itu harus dipaksakan?

Idul Adha memang sebuah kesempatan bagus untuk menunjukkan ketaatan. Kesungguhan menjalankan ibadah kurban tentu sangat dianjurkan, tapi pahamilah pula bahwa dalam Islam perintah ibadah itu telah dikemas secara apik dan indah dalam bingkai kesederhanaan.

Apa itu kesederhanaan dalam ibadah?

Ialah moderat, proporsional dan seimbang, tidak berlebihan, tidak pula menerabas batas kemampuan.

Sebagaimana ibadah lainnya, kurban memiliki aturannya sendiri, artinya ada batas-batasnya. Dari sini bisa dipahami bahwa agama sendiri tidak menghendaki jika ibadahnya dilakukan secara berlebihan, hanya karena perasaan atau semangat yang kebablasan.

Sehebat-hebatnya ibadah kurban, ia hanya diwajibkan atas yang mampu. Itu pun menurut Imam Hanafi saja. Sementara tiga Imam madzhab lainnya yakni Imam Malik, Syafi’i dan Hambali, bersepakat hukumnya sangat dianjurkan (sunnah muakkadah), tidak sampai wajib.

Berkaca pada sejarah, ada fakta bagaimana praktik ibadah secara berlebihan malah dipandang sebagai tindakan tak terpuji. Sikap memaksakan diri dianggap tidak perlu dan bukan hal yang diinginkan agama.

Sebut saja tiga sahabat pada masa Nabi Saw. yang ingin melakukan banyak ibadah. Sahabat pertama ingin shalat sepanjang malam tanpa tidur. Sahabat kedua ingin berpuasa setahun penuh tanpa berbuka. Dan yang ketiga bertekad menjauhi perempuan dan tidak akan menikah.

Cara beribadah yang sekilas tampak heroik dan seolah menunjukkan semangat kesungguhan ini ternyata tidak diapresiasi Nabi. Alih-alih memuji, Nabi malah mengingkari, seraya mengajarkan bagaimana seharusnya ibadah itu dijalani.

Sebagai Nabi dan orang paling bertakwa, ibadah beliau ternyata tetap proporsional; berpuasa tapi juga berbuka, shalat malam tapi juga tidur, beribadah tapi juga menikahi wanita.  Dan yang tidak kalah penting, Nabi menegaskan bahwa bersikap moderat adalah bagian dari ajarannya, termasuk dalam ibadah. Jangan sampai semangat beramal justru memberatkan diri dan malah menyelisihi ajaran Nabi.

Baca Juga: Mirip Bentuk Tanda Baca Apostrof dan Petik Tunggal, Gunanya Ternyata Beda

Gambaran lainnya ada pada seorang sahabat bernama Abu Darda. Istrinya jadi malas bersolek karena menganggap suaminya itu tak lagi menyukainya. Abu Darda dinilainya terlalu sibuk beribadah. Abu Darda memang dikenal sangat rajin berpuasa dan shalat sepanjang malam.

Salman Al-Farisi pun mengingatkannya, “Sesungguhnya Tuhanmu memiliki hak atasmu, dirimu memiliki hak atasmu, keluargamu memiliki hak atasmu, maka tunaikanlah setiap hak tersebut pada tempatnya!” Setelah mengetahui hal itu, Nabi Saw. kemudian bersabda, “Salman benar!”

Kedua hadis yang diriwayatkan Imam Bukhari ini menjelaskan kepada kita sikap Nabi yang justru tidak menghendaki ibadah yang berlebihan yang malah mendatangkan mudarat dan mengabaikan kewajiban lain yang seharusnya ditunaikan.

Kata Ulama

Pedagang menjajakan hewan kurban di Kelurahan Turangga, Kecamatan Lengkong, Kota Bandung. (Sumber: Ayobandung.id | Foto: Kavin Faza)
Pedagang menjajakan hewan kurban di Kelurahan Turangga, Kecamatan Lengkong, Kota Bandung. (Sumber: Ayobandung.id | Foto: Kavin Faza)

Imam Ibnu Hajar Al-Asqolani menegaskan bahwa ajaran untuk tidak ibadah berlebihan bukan tidak ingin menghebatkan ibadah, tapi agar tidak menimbukan rasa berat yang akibatnya ibadah itu kemudian ditinggalkan.

Sementara Imam Nawawi dalam kitab Riyadhus Shalihin menyusun satu bab khusus berjudul Al-Iqtishad fi al-Ibadah, yakni sederhana dalam beribadah. Menurutnya, ibadah sesuai kemampuan akan menjadikan ibadah itu dilakukan dengan mudah dan nyaman. Sebab Allah tidak membebani hamba-Nya di luar kemampuan mereka.

Perhatikan pula pesan penting dalam Surat Al-Hajj ayat 37: “Tidak akan sampai kepada Allah daging (hewan) itu dan tidak pula darahnya, tetapi yang akan sampai kepada-Nya adalah takwa dari kalian.” Takwa itu kata Nabi adanya di dalam hati.

Jadi biarlah hati yang bicara. Jika ada yang sebenarnya mampu tapi abai, biarlah dia yang menangggung akibatnya. Namun percayalah, tidak semuanya begitu.

Tidak adil ‘mencurigai’ orang-orang yang tidak berkurban sebagai tidak bersungguh-sungguh memampukan diri. Tidak bijak menghakimi mereka yang tak mampu sebagai mengakali dan membohongi Allah.

Tulisan ini tentu bukanlah upaya demotivasi ibadah kurban, tapi sebuah kesadaran untuk mengembalikan ajaran agama pada timbangannya yang proporsional, tidak mengabaikan tidak pula memaksakan. Memberikan perspektif yang berimbang agar syari’at ini tidak tercerabut dari asasnya yang seringkali dilupakan, menginginkan kemudahan tak menghendaki kesukaran. Bukankah keseimbangan dan kesederhanaan itulah yang menjadikan agama ini indah dan ramah.

Baca Juga: Pembangunan untuk Siapa? Antara Kota Maju dan Desa yang Tertinggal

Bagi mereka yang teramat sangat ingin berkurban tapi tak jua punya kemampuan, semoga tulusnya gemeretak hati bisa mewakili ketaatan yang tak tersanggupi. Berusaha dan berdoalah semoga tahun depan ada rezeki.

Agama ini memahami bahwa selalunya akan ada batas-batas kemampuan yang tak sanggup dilampaui, meskipun sangat ingin. Berterimakasihlah kepada Sang Nabi yang telah memaklumi bahwa tidak semua umatnya mampu berkurban. Maka inilah sabdanya yang menjadi bukti cintanya untuk mereka yang tak mampu.

“Bismillah, wallahu akbar, inilah kurban dariku        

dan dari umatku yang tidak berkurban.”

(HR. Ahmad dan Abu Daud) 

Disclaimer

Tulisan ini merupakan artikel opini yang sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Pandangan yang disampaikan dalam artikel ini tidak mewakili pandangan atau kebijakan organisasi dan redaksi AyoBandung.id.

Ayatullah Karim
Menulis untuk Berpikir
Nilai artikel ini
Klik bintang untuk menilai

News Update

Ayo Jelajah 08 Sep 2025, 23:14 WIB

Sejarah Pemekaran Cimahi, Kota Tentara yang Lepas dari Bayangan Bandung

Cimahi resmi jadi kotip pada 1975, lalu lepas dari Bandung tahun 2001. Perjalanannya unik, dari kota tentara hingga kota penyangga industri.
Logo Kota Cimahi.
Ayo Netizen 08 Sep 2025, 20:48 WIB

Betapa Menyebalkan Pungutan Liar Wisata di Jawa Barat

Jawa Barat adalah salah satu destinasi yang tak hanya memikat pagi para wisatawan dari luar tapi sumber pemasukan ekonomi bagi masyarakat sekitar.
Situs Bersejarah Stadion Malabar Gunung Puntang (Sumber: Dokumentasi Penulis | Foto: Dias Ashari)
Ayo Netizen 08 Sep 2025, 17:53 WIB

Encuy ‘Preman Pensiun’: Sosok Aktor Pekerja Keras yang Mau Belajar

Encuy (Nandi Juliawan) Preman Pensiun berpulang pada Sabtu, 7 September 2025.
Encuy (Nandi Juliawan)-- berpulang pada Sabtu, 7 September 2025. (Sumber: Instagram/abenk_marco)
Ayo Netizen 08 Sep 2025, 16:14 WIB

'Agama Rakyat' di Kota Bandung, Cuma Kita yang Enggak Ngeh

Membicarakan 'agama rakyat' memang tidak seperti membicarakan 'agama formal'.
Membicarakan 'agama rakyat' memang tidak seperti membicarakan 'agama formal'. (Sumber: Pexels/Ismail saja)
Ayo Netizen 08 Sep 2025, 15:15 WIB

Dampak Kemarau Basah pada Potensi Produksi Pangan

Fenomena kemarau basah akan berpengaruh pada potensi produksi pangan sebagai upaya mencapai program kemandirian atau swasembada pangan di Indonesia
Ilustrasi kemarau di masa panen. (Sumber: Ayobandung.id | Foto: Restu Nugraha)
Ayo Biz 08 Sep 2025, 13:02 WIB

Hanya Buka di Malam Hari, Pelanggan Nasi Kuning Pungkur Ngantre Sampai Subuh

Jika biasanya nasi kuning identik dengan sarapan pagi, lain halnya dengan warung kaki lima yang satu ini. Warung Nasi Kuning Pungkur, yang berlokasi di Jalan Pungkur No. 216, Kota Bandung, justru baru
Nasi Kuning Pungkur (Foto: GMAPS)
Ayo Jelajah 08 Sep 2025, 12:22 WIB

Sejarah Stadion GBLA, Panggung Kontroversi yang Hampir Dinamai Gelora Dada Rosada

Stadion Gelora Bandung Lautan Api lahir dengan ambisi besar untuk menjadi kandang Persib, namun sejak awal pembangunannya sudah penuh polemik, dari kasus korupsi, kerusakan, hingga tragedi suporter.
Stadion Gelora Bandung Lautan Api (GBLA) Gedebage yang diproyeksikan jadi kandang Persib.
Ayo Biz 08 Sep 2025, 12:06 WIB

Kisah Panjang Pampam Craft, Kerajinan Rajut yang Muncul dari Kecintaan Terhadap Seni

Di balik setiap helai benang yang terjalin menjadi boneka, tas, atau gantungan kunci, tersimpan kisah panjang tentang kecintaan pada seni rajut. Itulah yang melahirkan Pampam Craft, usaha rajutan yang
Minishop Pampam Craft dan Owner Pampam Craft, Defrina Miftahurrahma. (Foto: Rizma Riyandi)
Ayo Netizen 08 Sep 2025, 12:03 WIB

Mengintip Koleksi Buku Internasional di Festival Big Bad Wolf (BBW) Bandung Barat

Festival Big Bad Wolf merupakan pameran buku internasional yang diselenggarakan di Bandung mulai dari 28 Agustus 2025- 07 September 2025.
Festival BBW Bandung 2025 di Parahyangan Convention (Sumber: Dokumentasi Penulis | Foto: Dias Ashari)
Beranda 08 Sep 2025, 10:15 WIB

Adaptasi Jadi Kunci Hadapi Krisis Iklim: Mulai Kebijakan Global hingga Gotong Royong Masyarakat Lokal

Adaptasi adalah upaya untuk mempersiapkan dan menyesuaikan diri terhadap dampak perubahan iklim yang sudah terjadi atau yang akan datang.
Siswa SD Darul Hikam Bandung memperingati Hari Bumi 2024 dengan aksi nyata menanam pohon di kawasan Dago Giri. Kegiatan kongkret berperan penting menyerap karbon.
Ayo Netizen 08 Sep 2025, 09:46 WIB

Dialog dengan Cermin: Saat Mesin Mempertanyakan Hakikat Kita

Opini ini menengok kembali derasnya perkembangan kecerdasan buatan yang kini semakin memudarkan sisi kemanusiaan kita.
Ilustrasi teknologi canggih masa kini. (Sumber: Pexels/cottonbro studio)
Ayo Biz 08 Sep 2025, 07:25 WIB

Celana Jeans Ternyata Tidak Dibuat untuk Bergaya

Celana jeans pada dasarnya berfungsi sebagai pakaian bawahan yang nyaman, kuat, dan praktis untuk digunakan sehari-hari.
Foto produk Levi's. (Foto: Levi's)
Ayo Netizen 07 Sep 2025, 19:01 WIB

Bubur Ayam Gang Irit, Roti Cari Rasa Kosambi, dan Kenangan Masa SMA

Berbicara tentang kuliner roti dan bubur ayam legendaris saya selalu teringat saat masa-masa indah SMA dulu, tahun 1986-1988.
Roti Bumbu Cari Rasa di dekat Pasar Kosambi, Kota Bandung. (Sumber: Pemerintah Kota Bandung)
Ayo Biz 07 Sep 2025, 18:20 WIB

Jurig Jadi Cuannya: Cosplay Horor di Ruang Publik, Antara Hiburan dan Peluang Bisnis Kreatif

Di balik kostum dan riasan menyeramkan, ada komunitas kreatif yang menjadikan cosplay sebagai medium ekspresi sekaligus peluang ekonomi.
Di balik kostum dan riasan menyeramkan, ada komunitas kreatif yang menjadikan cosplay sebagai medium ekspresi sekaligus peluang ekonomi. (Sumber: Ayobandung.id | Foto: Eneng Reni Nuraisyah Jamil)
Ayo Biz 07 Sep 2025, 16:48 WIB

Treat a Cup Menyulap Minuman Sehat Jadi Gaya Hidup Baru Anak Muda Bandung

Treat a Cup hadir bukan hanya sebagai tempat ngopi, tapi sebagai brand yang merangkul tren hidup sehat dengan cara yang menyenangkan dan tetap kekinian.
Treat a Cup hadir bukan hanya sebagai tempat ngopi, tapi sebagai brand yang merangkul tren hidup sehat dengan cara yang menyenangkan dan tetap kekinian. (Sumber: Ayobandung.id | Foto: Eneng Reni Nuraisyah Jamil)
Ayo Biz 07 Sep 2025, 14:14 WIB

Bandung dari Lensa Kamera: Sarae Hills dan Fenomena Wisata Instagrammable

Wisata swafoto telah menjadi fenomena sosial yang tak bisa diabaikan. Generasi muda menjadikan estetika visual sebagai bagian penting dari pengalaman berwisata.
Sarae Hills destinasi wisata yang tidak hanya indah, tapi juga Instagrammable. (Sumber: Ayobandung.id | Foto: Eneng Reni Nuraisyah Jamil)
Ayo Netizen 07 Sep 2025, 11:27 WIB

Ci Sanggiri Sungai yang Menggentarkan

Ci Sanggiri, aliran sungai di lembah rangkaian pegunungan selatan yang berarus deras, di aliran sungai yang lebar dan dalam.
Tempuran Ci Hurip (kiri) dengan Ci Sanggiri (kanan). (Sumber: Citra satelit: Google maps)
Ayo Jelajah 07 Sep 2025, 10:41 WIB

Kisah Hidup Perempuan Penyintas HIV di Bandung, Bangkit dari Stigma dan Trauma

Kisah nyata tujuh perempuan penyintas HIV di Bandung memperlihatkan perjuangan melawan stigma sosial dan tantangan ekonomi.
Ilustrasi penyintas HIV. (Sumber: Shutterstock)
Ayo Netizen 07 Sep 2025, 07:35 WIB

Beban Ganda Perempuan dan Isu Fatherless lewat Film 'Andai Ibu Tidak Menikah dengan Ayah'

Andai Ibu Tidak Menikah dengan Ayah merupakan film yang sedang tayang di bioskop yang mengangkat isu keluarga dan peran orangtua di dalam rumah.
Poster Film Andai Ibu Tidak Menikah dengan Ayah (Sumber: Instagram | Rapi Films)
Ayo Netizen 06 Sep 2025, 18:59 WIB

Muludan, Rindu Rosul

Semua maha karya itu menegaskan satu kerinduan, kecintaan pada Rasulullah SAW tak pernah lekang dimakan zaman.
Suasana malam di Masjid Raya Al Jabbar. (Sumber: Ayobandung.com | Foto: Irfan Al-Faritsi)