Diskominfo Jabar Diam, DPRD Minta Maaf: Aktifkan Pemulihan Bukan Penghapusan

Muhammad Sufyan Abdurrahman
Ditulis oleh Muhammad Sufyan Abdurrahman diterbitkan Rabu 06 Agu 2025, 08:28 WIB
Rahmat Hidayat Djati (Sumber: Humas DPRD Jabar)

Rahmat Hidayat Djati (Sumber: Humas DPRD Jabar)

Awal Agustus ini, DPRD Jawa Barat melalui Ketua Komisi I Rahmat Hidayat Djati, dalam forum resmi meminta maaf ke aktivis pemilu, Neni Nurhayati, atas peristiwa doxing dan serangan digital yang terjadi setelah ia menyuarakan kritik anggaran publikasi Pemerintah Provinsi Jabar.

Permintaan maaf itu, menariknya, mengatasnamakan Diskominfo (Dinas Komunikasi dan Informatika) Jabar yang pertama menguggah foto Neni dalam unggahannya yang akhirnya memicu perisakan digital tersebut.

Dalam pernyataannya, Rahmat mengungkapkan penyesalan atas kasus yang menyeret nama institusi pemerintahan. Ia menegaskan bahwa kritik adalah bagian sah dari demokrasi, dan tidak boleh dibalas dengan kekerasan digital atau penyebaran data pribadi secara sepihak.

Namun sayangnya, hingga kini Diskominfo Jabar belum mengeluarkan permintaan maaf. Yang mereka lakukan hanya satu hal: menghapus unggahan yang memicu persekusi digital.

Penghapusan itu sendiri sebenarnya sudah merupakan bentuk pengakuan bahwa ada kekeliruan. Tapi menolak meminta maaf, (mungkin) hanya karena takut dianggap lemah atau kalah, adalah kekeliruan yang lebih besar.

Di dalam tradisi publik modern, permintaan maaf bukanlah bentuk kehinaan institusi. Justru sebaliknya, ia menunjukkan keluhuran akal sehat dan kepekaan terhadap warga masyarakat.

Sebab dalam relasi antara negara dan rakyat, terutama ketika muncul ketegangan akibat kritik, respons paling wajar bukanlah pembungkaman, melainkan klarifikasi yang sehat dan penghargaan atas keberanian warga bersuara.

Apalagi konteks yang diangkat oleh Neni adalah soal transparansi anggaran, sebuah isu yang seharusnya disambut pembukaan data dan dialog terbuka, bukan malah diserang balik. Ketika warga diperlakukan seolah musuh negara hanya karena mempertanyakan kebijakan, maka relasi antara pemerintah dan rakyat sudah pasti retak sehingga muncul somasi dari Neni.

Di titik ini, yang diperlukan bukan sekadar penghapusan unggahan, melainkan upaya pemulihan relasi. Dan itu dimulai dari permintaan maaf. Bukan untuk merendahkan martabat institusi, melainkan untuk membangun kembali saluran komunikasi yang sehat. Diskominfo Jabar masih punya waktu untuk menunjukkan bahwa mereka tidak anti-kritik dan tidak alergi suara publik.

Langkah pemulihan ini juga penting untuk masa depan hubungan yang lebih ideal antara institusi negara dan warga yang peduli. Kritik seperti yang disampaikan Neni bukan bentuk kebencian. Justru ia adalah bentuk kepedulian terhadap pengelolaan negara. Seharusnya kritik dimaknai sebagai bagian dari partisipasi aktif warga, bukan sebagai ancaman.

Ke depan, Diskominfo dan institusi serupa perlu membangun relasi dialogis dengan publik. Itu bisa dimulai dengan menyusun standar etika komunikasi publik digital yang menjamin tidak ada lagi unggahan institusi pemerintah yang mengarah stigmatisasi individu.

Selain itu, membangun ruang dengar seperti forum aspirasi atau kanal tanggapan terbuka bisa menjadi jembatan partisipasi yang lebih sehat ketimbang bermain narasi di media sosial secara sepihak.

Di tengah keprihatinan terhadap kualitas demokrasi digital kita hari ini, kasus Neni adalah pengingat bahwa negara tidak boleh kehilangan empati.

Ketika seorang warga menyampaikan suara dan justru diserang, maka yang dipertaruhkan bukan hanya hak pribadi, tapi martabat seluruh sistem pemerintahan. Jika institusi pemerintah bisa dengan tulus berkata, "Maaf, kami keliru," maka di situlah kepercayaan mulai tumbuh kembali.

Lembaga Perlindungan

Neni Nurhayati dalam postingan Diskominfo Jabar. (Sumber: Instagram/Diskominfo Jabar)
Neni Nurhayati dalam postingan Diskominfo Jabar. (Sumber: Instagram/Diskominfo Jabar)

Kita mengapresiasi tindak yang dilakukan Komisi I DPRD Jabar serata menunggu kebesaran jiwa Diskominfo Jabar. 

Namun lebih dalam dari itu, kondisi ini kian menyiratkan betapa mendesaknya urgennya kehadiran Lembaga Perlindungan Data Pribadi (LPDP) yang independen dan berwenang penuh, sebagaimana diamanatkan Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2022 tentang Perlindungan Data Pribadi.

Dalam undang-undang tersebut dijelaskan, lembaga ini bertugas menangani aduan, menyelidiki pelanggaran, dan memberikan sanksi administratif kepada pengendali data, termasuk instansi negara.

Namun hingga Agustus 2025 ini, lembaga tersebut belum juga terbentuk. Menteri Komunikasi dan Informatika Digital Meutya Hafid menyebut masih menunggu peraturan presiden terkait struktur dan anggaran.

Ini alasan yang tak lagi bisa diterima karena UU tersebut sudah berjalan penuh sejak Oktober 2024. Tapi selama proses menunggu itu, kasus demi kasus serangan digital terus terjadi—tanpa ada jalur pengaduan yang efektif, tanpa perlindungan yang nyata.

Neni adalah potret kekosongan kelembagaan negara dalam melindungi warganya. Tanpa LPDP, regulasi hanya tinggal teks hukum di atas kertas. Aparat hukum pun terkesan lamban menindak pelaku meskipun sudah ada dasar hukum dari UU PDP maupun UU ITE.

Negara mesti sadar bahwa ini bukan sekadar kasus personal. Ini tentang demokrasi yang terancam dan terluka.

Ketika warga yang kritis diserang, disudutkan, bahkan diancam nyawanya, sementara pelaku berlindung di balik institusi, maka yang terguncang bukan hanya keadilan individual, tetapi fondasi negara hukum.

Akhir kata, negara harus hadir dalam bentuk lembaga konkret. Sudah waktunya Presiden mempercepat pembentukan LPDP agar publik tahu, bahwa hak digital mereka dijaga bukan hanya oleh moral, tapi juga oleh hukum.

Di sisi lain, mari kita jaga agar kritik tak dibalas persekusi, agar suara warga tak dibungkam karena sentimen, dan agar negara tidak terlalu sibuk menyusun narasi pembenaran sampai lupa bahwa rakyat sejatinya adalah mitra, bukan ancaman. (*)

 

Disclaimer

Tulisan ini merupakan artikel opini yang sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Pandangan yang disampaikan dalam artikel ini tidak mewakili pandangan atau kebijakan organisasi dan redaksi AyoBandung.id.

Muhammad Sufyan Abdurrahman
Peminat komunikasi publik & digital religion (Comm&Researcher di CDICS). Berkhidmat di Digital PR Telkom University serta MUI/IPHI/Pemuda ICMI Jawa Barat
Nilai artikel ini
Klik bintang untuk menilai

Berita Terkait

News Update

Ayo Netizen 21 Nov 2025, 17:02 WIB

Mewujudkan Kota Bandung yang Ramah bagi Wisata Pedestrian

Trotoar-trotoar yang seharusnya diperuntukkan bagi pedestrian beralih fungsi menjadi tempat parkir kendaraan, khususnya roda dua.
Pengerjaan revitalisasi trotoar di sepanjang Jalan Lombok Kota Bandung pada Jumat, 26 September 2025. (Sumber: ayobandung.id | Foto: Ikbal Tawakal)
Ayo Netizen 21 Nov 2025, 16:43 WIB

Sanghyang Kenit: Surga Wisata Alam Bandung Barat, Tawarkan Banyak Wahana dalam Satu Destinasi

Salah satu destinasi yang semakin populer adalah Sanghyang Kenit, sebuah kawasan wisata alam yang terletak di Cisameng, Kecamatan Cipatat.
tebing batu unik di Sanghyang Kenit yang dialiri arus sungai deras, menciptakan pemandangan alam yang khas dan menarik perhatian pengunjung (Sumber: Dokumentasi Pribadi | Foto: Nada Ratu Nazzala)
Ayo Netizen 21 Nov 2025, 16:13 WIB

Bukan Sekadar Gaya Hidup, Work From Cafe jadi Penunjang Produktivitas Kalangan Muda

Work from Café (WFC) menawarkan suasana baru untuk mengatasi kejenuhan dalam bekerja.
Salah satu mahasiswa sedang mengerjakan tugas di salah satu Café di Kota Bandung (30/10/2025) (Foto: Syifa Givani)
Ayo Netizen 21 Nov 2025, 16:04 WIB

Kisah Jajanan Sore 'Anget Sari' yang Dekat dengan Mahasiswa

Kisah Anget Sari, lapak gorengan di Sukapura yang dikenal karena mendoan hangat, bahan segar, dan pelayanan ramah.
Suasana hangat di lapak Anget Sari saat pemilik menyajikan gorengan untuk pelanggan, di Kampung Sukapura, Kecamatan Dayeuhkolot, Bandung, Selasa (28/10/2025) (Sumber: Nailah Qurratul Aini | Foto: Nailah Qurratul Aini)
Ayo Netizen 21 Nov 2025, 15:41 WIB

UMKM Tahura Bandung Tumbuh Bersama di Tengah Perubahan Kawasan Wisata

Mengkisahkan tentang seorang pedagang pentol kuah yang ikut tumbuh bersama dengan berkembangnya kawasan wisata alam Tahura
Seorang pedagang sedang menjaga warungnya di Kawasan wisata tahura, (25/10/25) (Foto: M. Hafidz Al Hakim)
Ayo Netizen 21 Nov 2025, 15:21 WIB

Fenomena Turisme Bandung: Pesona Edukatif dan Konservatif di Lembang Park & Zoo

Lembang Park & Zoo menghadirkan wisata edukatif dan konservatif di Bandung.
Siap berpetualang di Lembang Park & Zoo! Dari kampung satwa sampai istana reptil, semua seru buat dikunjungi bareng keluarga (Sumber: Dokumentasi Pribadi | Foto: Adil Rafsanjani)
Ayo Netizen 21 Nov 2025, 15:10 WIB

Pengalaman Rasa yang Tidak Sesuai dengan Ekspektasi

Hunting kuliner memang tidak selalu berbuah dengan rasa yang lezat, beberapa di antaranya rasa yang tidak sesuai dengan review dan harga yang sangat fantastis.
Hunting kuliner memang tidak selalu berbuah dengan rasa yang lezat, beberapa di antaranya rasa yang tidak sesuai dengan review dan harga yang sangat fantastis (Sumber: Dokumentasi Penulis | Foto: Dias Ashari)
Ayo Netizen 21 Nov 2025, 14:49 WIB

Scroll Boleh, Meniru Jangan, Waspada Memetic Violence!

Saatnya cerdas dan bijak bermedsos, karena satu unggahan kita hari ini bisa membawa pengaruh besar bagi seseorang di luar sana.
Ilustrasi asyiknya bermedia sosial. (Sumber: pixabay.com | Foto: Istimewa)
Ayo Netizen 21 Nov 2025, 13:02 WIB

Hangatnya Perpaduan Kopi dan Roti dari Kedai Tri Tangtu

Roti Macan dimulai dari ruang yang jauh lebih kecil dan jauh lebih sunyi, yaitu kedai kopi.
Kedai kecil itu menciptakan suasana hangat dari aroma Roti Macan pada hari Selasa (04/11/2025). (Sumber: Dokumentasi Penulis | Foto: Wafda Rindhiany)
Ayo Jelajah 21 Nov 2025, 11:17 WIB

Sejarah Soreang dari Tapak Pengelana hingga jadi Pusat Pemerintahan Kabupaten Bandung

Sejarah Soreang dari tempat persinggahan para pengelana hingga menjelma pusat pemerintahan modern Kabupaten Bandung.
Menara Sabilulunga, salah satu ikon baru Soreang. (Sumber: Wikimedia)
Ayo Jelajah 21 Nov 2025, 11:16 WIB

Sejarah Black Death, Wabah Kematian Perusak Tatanan Eropa Lama

Sejarah wabah Black Death yang menghancurkan Eropa pada awal abad ke-14, menewaskan sepertiga penduduk, dan memicu lahirnya tatanan baru.
Lukisan The Triumph of Death dari Pieter Bruegel (1562) yang terinspirasi dari Black Death. (Sumber: Wikipedia)
Ayo Netizen 21 Nov 2025, 10:17 WIB

History Cake Bermula dari Kos Kecil hingga Jadi Bagian 'Sejarah Manis' di Bandung

History Cake dimulai dari kos kecil pada 2016 dan berkembang lewat Instagram.
Tampilan area display dan kasir History Cake yang menampilkan beragam Korean cake dan dessert estetik di Jalan Cibadak, Kecamatan Bojongloa Kaler, Kota Bandung. (30/10/2025) (Sumber: Naila Husna Ramadhani)
Ayo Netizen 21 Nov 2025, 09:29 WIB

Dari Tiktok ke Trotoar, ‘Iseng’ Ngumpulin Orang Sekota untuk Lari Bareng

Artikel ini menjelaskan sebuah komunitas lari yang tumbuh hanya iseng dari Tiktok.
Pelari berkumpul untuk melakukan persiapan di Jl. Cilaki No.61, Cihapit, Kecamatan Bandung Wetan, Kota Bandung, pada Sabtu pagi 15 November 2025 sebelum memulai sesi lari bersama. (Sumber: Rafid Afrizal Pamungkas | Foto: Rafid Afrizal Pamungkas)
Ayo Netizen 21 Nov 2025, 08:06 WIB

Giri Purwa Seni Hadirkan Kecapi Suling sebagai Pelestarian Kesenian Tradisional Sunda

Giri Purwa Seni di Cigereleng menjaga warisan kecapi suling melalui produksi, pelatihan, dan pertunjukan.
Pengrajin Giri Purwa Seni menampilkan seperangkat alat musik tradisional berwarna keemasan di ruang pamer Giri Purwa Seni, Jl. Soekarno Hatta No. 425, Desa Cigereleng, Astana Anyar, Karasak, pada Senin, 10 November 2025. (Sumber: Dokumentasi Penulis)
Ayo Biz 20 Nov 2025, 21:19 WIB

Desa Wisata Jawa Barat Menumbuhkan Ekonomi Kreatif dengan Komitmen dan Kolaborasi

Desa wisata di Jawa Barat bukan sekadar destinasi yang indah, namun juga ruang ekonomi kreatif yang menuntut ketekunan, komitmen, dan keberanian untuk terus berinovasi.
Upacara Tutup Tahun Kampung Cireundeu, Merawat Tradisi dan Syukur Kepada Ibu Bumi. (Sumber: Ayobandung.id | Foto: Restu Nugraha)
Ayo Netizen 20 Nov 2025, 20:18 WIB

Ngaruat Gunung Manglayang, Tradisi Sakral Menjaga Harmoni Alam dan Manusia

Ngaruat Gunung Manglayang adalah tradisi tahunan untuk menghormati alam.
Warga adat melakukan ritual ruatan di kaki Gunung Manglayang sebagai bentuk ungkapan syukur dan doa keselamatan bagi alam serta masyarakat sekitar.di Gunung Manglayang, Cibiru, Bandung 20 Maret 2025 (Foto: Oscar Yasunari)
Ayo Biz 20 Nov 2025, 18:23 WIB

Desa Wisata, Ekonomi Kreatif yang Bertumbuh dari Akar Desa

Desa wisata, yang dulu dianggap sekadar pelengkap pariwisata, kini menjelma sebagai motor ekonomi kreatif berbasis komunitas.
Wajah baru ekonomi Jawa Barat kini tumbuh dari desa. Desa wisata, yang dulu dianggap sekadar pelengkap pariwisata, kini menjelma sebagai motor ekonomi kreatif berbasis komunitas. (Sumber: Ayobandung.id | Foto: Eneng Reni Nuraisyah Jamil)
Ayo Netizen 20 Nov 2025, 17:21 WIB

Lenggak-lenggok Jaipong di Tengah Riuh Bandung dan Pesona Tradisi

Tari Jaipong tampil memukau di West Java Festival 2025. Gerak enerjik dan musik riuh membuat penonton antusias.
Penampilan tari Jaipong menghiasi panggung West Java Festival 2025 dengan gerakan energik yang memukau penonton, Minggu (9/11/2025). (Sumber: Selly Alifa | Foto: Dokumentasi Pribadi)
Ayo Netizen 20 Nov 2025, 17:07 WIB

Curug Pelangi Punya Keindahan Ikonik seperti di Luar Negeri

Wisata alam Bandung memiliki banyak keunikan, Curug Pelangi punya ikon baru dengan pemandangan pelangi alami.
Pelangi asli terlihat jelas di wisata air terjun Curug Pelangi, Kabupaten Bandung Barat (2/11/25) (Sumber: Dokumentasi Penulis | Foto: Tazkiya Hasna Putri S)
Ayo Netizen 20 Nov 2025, 16:55 WIB

Wayang Golek Sindu Parwata Gaungkan Pelestarian Budaya Sunda di Manjahlega

Pagelaran Wayang Golek Sindu Parwata di Manjahlega gaungkan pelestarian budaya Sunda dan dorong generasi muda untuk mencintai budaya lokal sunda.
Suasana pagelaran Wayang Golek di Kelurahan Manjahlega, Kecamatan Rancasari, Kota Bandung, Jumat (5/9/2025), di halaman Karang Taruna Caturdasa RW 14. (Sumber: Dokumentasi penulis | Foto: Ayu Amanda Gabriela)