Pada Kamis (11/9/2025) Presiden RI Prabowo Subianto melakukan kunjungan perdana ke Sekolah Rakyat Margaguna, Jakarta. Apa yang menarik? Pesan sederhana, namun sarat makna bagi anak-anak bangsa.
"Belajar yang baik, hormati guru, cintai ayah dan ibu, rajin sembahyang, selalu sopan dengan teman, olahraga selalu, cintai Tanah Air, semangat terus, selalu gembira!" tulis Prabowo.
Pesan ini bukan hanya relevan bagi anak-anak sekolah, melainkan juga bagi seluruh entitas pendidikan dan birokrasi.
Di balik kalimat-kalimat tersebut, terkandung nilai intregritas, rasa hormat, dan cinta tanah air. Nilai dasar bela negara yang harus hidup dalam diri setiap warga, termasuk Aparatur Sipil Negara (ASN).
Sebuah Tanggung Jawab Besar
Bung Hatta pernah berkata "Kecerdasan bisa diasah, kecakapan bisa dilatih, tapi kejujuran sering hilang dan sulit kembali". Di sinilah moral dan integritas menjadi pondasi peradaban. Pertanyaannya, Bagaimana Kota Bandung menjaga tanggung jawab besar itu?
Setiap ruang belajar di Kota Bandung, dari sekolah dan kampus, komunitas kreatif, hingga ruang publik, harus menjadikan moral sebagai pondasi sosial, energi kolektif, dan identitas peradaban kota.
Nilai ini hanya akan nyata bila diwujudkan dengan sikap saling menghormati sesama, cinta tanah air dengan menjaga lingkungan, dan menghadirkan kebahagiaan melalui pelayanan publik yang cepat, nyaman, dan terpercaya.
Bagi ASN Bandung, ruang belajar bukan hanya pada kelas pelatihan, melainkan juga loket pelayanan, ruang rapat, hingga aplikasi digital yang berinteraksi langsung dengan warga.
Sama halnya dengan pesan Prabowo agar anak-anak sekolah rakyat belajar di fasilitas yang layak, ASN pun harus melayani rakyat dengan standar sarana dan prasarana yang setara, bermutu, dan berdampak nyata.
Agar nilai moral benar-benar hidup, dibutuhkan infrastruktur layanan yang terstandar. Kantor pelayanan yang ramah, sistem digital inklusif, akses informasi terbuka, hingga platform e-learning yang membekali ASN dengan kompetensi teknis sekaligus moral pelayanan birokrasi.
Selain sarana prasarana, yang lebih penting adalah learning journey ASN. Peta perjalanan belajar sistematis yang harus mengitegrasikan moral dan integritas dalam penguatan kompetensi. Dengan begitu, rasa hormat, empati, dan semangat melayani bukan hanya dari kebijakan, tetapi dari pengalaman nyata ASN melayani warga Bandung.

Dengan learning journey yang tepat, pembelajaran dibentuk secara bertahap untuk mampu menghadirkan kebahagiaan bagi rakyat, sesuai pesan Presiden Prabowo.
Learning journey tidak akan berjalan efektif tanpa learning officer. Mereka adalah arsitek dan fasilitator perubahan, perancang kurikulum, fasilitator, sekaligus teladan nilai. Di Bandung learning officer harus memastikan setiap ASN bukan hanya mahir secara teknis, tetapi juga berintegritas, penuh hormat, dan mencintai warganya.
Kolaborasi antara Pemerintah Kota Bandung dan learning officer akan memastikan pembelajaran ASN selaras dengan kebutuhan warga sekaligus visi besar negara.
Pesan Prabowo kepada anak-anak sekolah rakyat sesungguhnya adalah pesan bagi bangsa. Membangun Indonesia dimulai dengan cinta, hormat, dan kebahagiaan. Dalam konteks Kota Bandung, pesan itu harus dihidupkan oleh ASN melalui pelayanan publik yang adil, setara, dan berintegritas.
Jika anak-anak diajak untuk menghormati orang tua dan guru, maka ASN Bandung pun harus menghormati warganya dengan pelayanan profesional, transparan, dan penuh empati. Di situlah peran ASN Kota Bandung, menghidupkan pesan Prabowo tentang cinta, hormat, dan harapan untuk mewujudkan Indonesia Emas melalui spirit ASN yang melayani.
Pertanyaannya, bagaimana kesiapan ASN Kota Bandung menghidupkan cinta, hormat, dan harapan dalam setiap pelayanan publik? Dan siapa learning officer yang akan menjadi penuntun perjalanan moral dan integritas pelayanan publik? (*)