Upayakan Sekerasnya

Dias Ashari
Ditulis oleh Dias Ashari diterbitkan Jumat 03 Okt 2025, 18:29 WIB
Ketika dunia tidak ramah dengan Perempuan. Maka tidak ada jalan lain selain kamu harus mengupayakan sekerasnya, mengubah nasib melalui pendidikan dan karier. (Sumber: Dokumentasi Penulis | Foto: Dias Ashari)

Ketika dunia tidak ramah dengan Perempuan. Maka tidak ada jalan lain selain kamu harus mengupayakan sekerasnya, mengubah nasib melalui pendidikan dan karier. (Sumber: Dokumentasi Penulis | Foto: Dias Ashari)

Upayakan Sekerasnya, sebuah judul lagu dari Imron Hassan yang menginspirasi saya untuk membuat tulisan ini. Mendengarkan setiap liriknya mengingatkan pada perjalanan saya menempuh pendidikan.

Bagaimana upaya yang penuh halang-rintang itu saya hadapi dengan upaya sekerasanya-semaksimal yang saya bisa. Tentang keyakinan saya untuk merubah nasib diri saya sebagai perempuan juga sebagai anak yang terlahir dari keluarga sederhana lewat sebuah pendidikan.

Dan saat semua terasa berat
Saat terjebak tangis dan isak
Sanggupkah kau mengingat ?

Masih ada sejuta cinta
Yang bahkan tak pernah kau sangka
Masih ada sejuta doa
Baik, dan kan menjelma nyata

Saya selalu mengamini sebuah keyakinan dalam agama yang saya pegang melalui Firman Allah SWT yang berbunyi:

Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan diri mereka sendiri. Qs. Ar-Rad ayat 11.

Saya terlahir dari kedua orang tua yang sederhana dan membuat saya harus tinggal bersama kaka pertama menjelang SMP. Bagi remaja seusia saya--ini bukan hal yang mudah karena saya harus bisa "Membawa diri" terlebih kaka saya sudah memiliki keluarga kecil ketika saya dititipkan.

Saat itu saya bersekolah di daerah Cibolerang Bandung, dari tempat tinggal kaka, saya harus naik 3 kali angkot yang berbeda menuju sekolah. Segalanya terbatas mulai dari uang jajan dan waktu bermain bersama teman-teman. Namun saya harus menguatkan diri dan menjalani takdir dengan terus belajar makna ikhlas dan sabar.

Tentu bukan hal yang mudah karena saat itu sesekali saya pernah mengutuk Tuhan. Pertanyaan seperti "Kenapa Tuhan kau memberikan ujian ini padaku? Kenapa semuanya selalu terasa sulit? Kenapa harus aku Tuhan?". Kata terlarang ini sering muncul ketika rasa lelah datang menerjang.

Suatu hari saat jam istirahat tiba, saya selalu pergi ke mushola untuk melaksanakan shalat duha. Bukan karena saya sholehah tapi karena saya tidak mau ikut teman-teman yang bergerombol untuk jajan, lalu makan bersama--sementara saya hanya diam membisu melihat mereka makan.

Di pelataran masjid saya selalu memperhatikan teman saya dari jauh saat tertawa sambil memilih jajanan yang mereka inginkan. Sementara saya berusaha menahan keinginan otak--sambil sesekali membayangkan bisa membeli baso ikan yang aromanya tercium hingga pelataran masjid.

Lucunya baso ikan punya keterikatan emosi yang kuat bagi saya-- menjadi sebuah memori yang selalu mengingatkan saya untuk tidak pernah melupakan masa paling sulit dalam hidup. Sebagai adik yang ikut menumpang hidup--saya tidak pernah mau merepotkan mereka-- untuk diizinkan bernaung di bawah hujan dan teriknya matahari, diberi ongkos untuk pergi ke sekolah juga diberi makan 2x sehari--sudah menjadi bentuk syukur yang luar biasa bagi saya.

Suatu hari saya membutuhkan uang untuk keperluan foto copy tapi saya enggan merepotkan. Di tengah macetnya Rancamanyar--di dalam angkot tercipta sebuah ide untuk melakukan jalan kaki dari rumah menuju sekolah. Total perjalanan saya menuju sekolah adalah 10 km dengan jarak tempuh 2 jam 1 menit. Jalan kaki yang saya lakukan bertahap mulai dari 2 km dan terus meningkat setiap harinya hingga 10 km.

Awalnya jalan kaki hanya sekedar alternatif saya mengumpulkan pundi uang untuk keperluan sekolah. Namun pada akhirnya menjadi kebiasaan karena dengan berjalan kaki saya bisa jajan baso ikan di jam istirahat, saya bisa membayar keperluan perintilan sekolah tanpa harus meminta dan bisa menyisihkan sedikit uang untuk ditabung.

Meski senang tentu saya harus menahan banyak kesakitan, mulai dari sepatu yang solnya menipis akibat perjalanan jauh--kaki yang lecet karena sepatu berlubang dan air hujan yang masuk mengenai sayatan-sayatan kecil luka itu. Perih? tentu, bahkan saya pernah menangis di bawah hujan deras--meratapi nasib yang cukup berat bagi saya.

Setelah SMK ternyata kegiatan jalan kaki masih terus menjadi aktivitas harian. Kali ini membawa beban yang lebih berat karena saya harus berjualan makanan untuk menambah biaya sekolah-- di tengah ekonomi keluarga kaka saya sedang tidak stabil. Sebagai anak farmasi tangan kanan membawa tumpukan buku farmakope, iso, fornas dan sejumlah alat praktikum. Sementara tangan kiri membawa sejumlah makanan yang harus dijual.

Menjelang lulus SMK--saya mengutarakan kepada kaka beserta orang tua untuk ingin melanjutkan pendidikan ke jenjang perkuliahan. Saya selalu punya keyakinan bahwa pendidikan tidak hanya merubah mindset tapi juga memperbaiki kondisi kehidupan.

Di luar dugaan--tidak ada satu pun yang mendukung saya melanjutkan pendidikan-- alasannya karena terhalangnya kondisi ekonomi. Keluarga menyarankan saya untuk bekerja terlebih dahulu dan mengumpulkan sejumlah uang untuk biaya kuliah.

Saya sempat menolak dan mengurung diri-- sampai akhirnya saya berdamai dengan kondisi dan mencoba mencari pekerjaan. Dua tahun lamanya uang hasil bekerja tidak terkumpul dengan baik karena biaya farmasi bagi saya sangat mahal. Hingga 2 tahun setelah bekerja saya memilih berkuliah di jurusan lain yaitu KPI.

Bukan hal yang mudah bagi saya untuk beradaptasi dari lingkungan yang didominasi oleh sains lalu berubah menjadi lingkungan akademik yang dekat dengan ilmu sosial. Sempat ada drama dan berpikir salah jurusan. Tapi perkuliahan ini membawa saya untuk berkenalan dengan seorang dosen yang membawa kepada mimpi saya untuk kuliah di jurusan farmasi.

Singkat cerita saya menjalani kuliah di dua jurusan secara bersamaan sambil bekerja juga. Memang sangat sulit mengatur waktu dan banyak problem yang saya temui. Mulai dari keluarnya saya dari jurusan farmasi karena sempat ada masalah dengan pengaturan jam kuliah dan jadwal kerja.

Pihak kampus sangat adil karena tidak mau memberikan hak istimewa kepada mahasiswa hanya karena saya kuliah sambil bekerja. Sementara di tempat kerja pun tidak berjalan lancar karena jarak yang ditempuh kampus menuju tempat kerja perlu waktu 2 jam. Sementara saya masih menggunakan transportasi umum dan seringkali terjebak macet.

Sampai pada akhirnya saya selesai menamatkan kuliah di jurusan KPI sambil tetap bekerja dan mencari kampus lain yang menyediakan jurusan farmasi dengan waktu yang bisa fleksibel untuk karyawan. Masih dari perantara dosen yang sama--saya ditunjukkan beliau untuk mendaftar di kampus lain dengan jurusan farmasi. Meski kampus ini penuh dengan drama --alhamdulillah saya bisa menyelesaikan perkuliahan itu dengan baik.

Selama kuliah juga saya sempat berjalan kaki dari kosan menuju kampus karena uang gaji sudah habis untuk membayar kos, memberi uang kepada orang tua dan biaya makan sehari-hari. Saya pernah berjalan kaki dari Cibereum menuju Jendral Sudirman--Pasar Ciroyom--Alun-Alun Bandung--Dalem Kaum--Pangarang--Lengkong Besar--Cikawao--Buah Batu--Ahmad Dahlan hingga Palasari.

Perjalanan yang tidak hanya membuat kaki terasa sakit tapi sebuah harga yang harus dibayar untuk rasa lelah dan keterlambatan masuk jam kuliah. Bahkan saya pernah tidak boleh mengikuti perkuliahan karena telat 3 menit. Kemudian saya pulang lagi sambil berjalan kaki dan menangis sepanjang jalan-- beruntungnya saya menggunakan masker jadi tidak begitu menjadi pusat perhatian orang-orang di jalan.

Rasa lelah terus bertambah ketika saya harus bekerja di bidang pelayanan jasa. Seberapa pun saya lelah dengan masalah hidup saya-- saya harus tetap profesional ketika bertemu dengan para pasien, terlebih mereka sedang dalam kondisi sakit. Keramahan menjadi kunci telak dalam pelayanan. Pergolakan batin terjadi ketika wajah harus menunjukkan bahagia dan ramah tapi kondisi hati sedang tidak baik-baik saja.

Pendidikan yang saya yakini bisa mengubah kehidupan menjadi lebih baik, nyata adanya-- terjadi dalam hidup saya. Bagaimana saya bisa keluar dari jerat kemiskinan struktural yang menjadi masalah terbesar di negara ini. Melalui pendidikan saya selalu membawa dan menggenggam mimpi-mimpi saya untuk punya perusahaan yang bisa menyerap banyak pekerja. Melalui mimpi-mimpi yang selalu saya ulang dalam doa--perlahan berwujud nyata.

Perjuangan ini tentu tidak lepas dari doa orang tua, keluarga, sahabat dan profesi mulia lainnya seperti guru, dosen, supir angkot serta orang-orang baik yang saya temui dalam perjalanan mencapai semua mimpi dan harapan untuk kehidupan yang lebih baik.

Fenomena overworked alias bekerja melebihi jam kerja normal kian marak, terutama di kalangan milenial dan Gen Z yang mendominasi industri kreatif dan digital. (Sumber: Freepik)
Fenomena overworked alias bekerja melebihi jam kerja normal kian marak, terutama di kalangan milenial dan Gen Z yang mendominasi industri kreatif dan digital. (Sumber: Freepik)

Pendidikan memang tidak selalu membawa pada nasib yang sama untuk setiap orang. Tapi saya selalu meyakini selama kita mau mengupayakan sekerasnya perjuangan ini-- yakin dan percaya kita akan memetik manisnya di kemudian hari. Maka seburuk apapun sistem pendidikannya, seterjal apapun jalan melewatinya kita selalu bisa menemukan cahaya terang dari sebuah ilmu yang pernah kita pelajari.

Kuncinya tekad yang kuat, doa serta harapan dari orang sekitar dan jangan pernah bandingkan prosesmu dengan orang lain. Karena manusia hidup pada jalurnya masing-masing, tidak ada yang terlalu cepat atau terlalu lambat--semua berjalan sesuai dengan porsi dan waktu yang tepat.

Yakinlah bahwa ilmu adalah teman setia untuk perempuan, perempuan yang ingin menciptakan perubahan, meski bermula dari hal kecil tapi saya sebagai perempuan punya kepercayaan bahwa niat yang mulia pasti akan menemukan jalannya.

Ketika dunia tidak ramah dengan Perempuan. Maka tidak ada jalan lain selain kamu harus berpikir realistis untuk mengupayakan sekerasnya, mengubah nasib melalui pendidikan dan karir. Keduanya adalah jalan bagi kamu untuk mulai berdaya dan melakukan perubahan, setidaknya bagi diri kamu sendiri. (*)

Disclaimer

Tulisan ini merupakan artikel opini yang sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Pandangan yang disampaikan dalam artikel ini tidak mewakili pandangan atau kebijakan organisasi dan redaksi AyoBandung.id.

Dias Ashari
Tentang Dias Ashari
Menjadi Penulis, Keliling Dunia dan Hidup Damai Seterusnya...
Nilai artikel ini
Klik bintang untuk menilai

Berita Terkait

News Update

Ayo Netizen 21 Nov 2025, 17:02 WIB

Mewujudkan Kota Bandung yang Ramah bagi Wisata Pedestrian

Trotoar-trotoar yang seharusnya diperuntukkan bagi pedestrian beralih fungsi menjadi tempat parkir kendaraan, khususnya roda dua.
Pengerjaan revitalisasi trotoar di sepanjang Jalan Lombok Kota Bandung pada Jumat, 26 September 2025. (Sumber: ayobandung.id | Foto: Ikbal Tawakal)
Ayo Netizen 21 Nov 2025, 16:43 WIB

Sanghyang Kenit: Surga Wisata Alam Bandung Barat, Tawarkan Banyak Wahana dalam Satu Destinasi

Salah satu destinasi yang semakin populer adalah Sanghyang Kenit, sebuah kawasan wisata alam yang terletak di Cisameng, Kecamatan Cipatat.
tebing batu unik di Sanghyang Kenit yang dialiri arus sungai deras, menciptakan pemandangan alam yang khas dan menarik perhatian pengunjung (Sumber: Dokumentasi Pribadi | Foto: Nada Ratu Nazzala)
Ayo Netizen 21 Nov 2025, 16:13 WIB

Bukan Sekadar Gaya Hidup, Work From Cafe jadi Penunjang Produktivitas Kalangan Muda

Work from Café (WFC) menawarkan suasana baru untuk mengatasi kejenuhan dalam bekerja.
Salah satu mahasiswa sedang mengerjakan tugas di salah satu Café di Kota Bandung (30/10/2025) (Foto: Syifa Givani)
Ayo Netizen 21 Nov 2025, 16:04 WIB

Kisah Jajanan Sore 'Anget Sari' yang Dekat dengan Mahasiswa

Kisah Anget Sari, lapak gorengan di Sukapura yang dikenal karena mendoan hangat, bahan segar, dan pelayanan ramah.
Suasana hangat di lapak Anget Sari saat pemilik menyajikan gorengan untuk pelanggan, di Kampung Sukapura, Kecamatan Dayeuhkolot, Bandung, Selasa (28/10/2025) (Sumber: Nailah Qurratul Aini | Foto: Nailah Qurratul Aini)
Ayo Netizen 21 Nov 2025, 15:41 WIB

UMKM Tahura Bandung Tumbuh Bersama di Tengah Perubahan Kawasan Wisata

Mengkisahkan tentang seorang pedagang pentol kuah yang ikut tumbuh bersama dengan berkembangnya kawasan wisata alam Tahura
Seorang pedagang sedang menjaga warungnya di Kawasan wisata tahura, (25/10/25) (Foto: M. Hafidz Al Hakim)
Ayo Netizen 21 Nov 2025, 15:21 WIB

Fenomena Turisme Bandung: Pesona Edukatif dan Konservatif di Lembang Park & Zoo

Lembang Park & Zoo menghadirkan wisata edukatif dan konservatif di Bandung.
Siap berpetualang di Lembang Park & Zoo! Dari kampung satwa sampai istana reptil, semua seru buat dikunjungi bareng keluarga (Sumber: Dokumentasi Pribadi | Foto: Adil Rafsanjani)
Ayo Netizen 21 Nov 2025, 15:10 WIB

Pengalaman Rasa yang Tidak Sesuai dengan Ekspektasi

Hunting kuliner memang tidak selalu berbuah dengan rasa yang lezat, beberapa di antaranya rasa yang tidak sesuai dengan review dan harga yang sangat fantastis.
Hunting kuliner memang tidak selalu berbuah dengan rasa yang lezat, beberapa di antaranya rasa yang tidak sesuai dengan review dan harga yang sangat fantastis (Sumber: Dokumentasi Penulis | Foto: Dias Ashari)
Ayo Netizen 21 Nov 2025, 14:49 WIB

Scroll Boleh, Meniru Jangan, Waspada Memetic Violence!

Saatnya cerdas dan bijak bermedsos, karena satu unggahan kita hari ini bisa membawa pengaruh besar bagi seseorang di luar sana.
Ilustrasi asyiknya bermedia sosial. (Sumber: pixabay.com | Foto: Istimewa)
Ayo Netizen 21 Nov 2025, 13:02 WIB

Hangatnya Perpaduan Kopi dan Roti dari Kedai Tri Tangtu

Roti Macan dimulai dari ruang yang jauh lebih kecil dan jauh lebih sunyi, yaitu kedai kopi.
Kedai kecil itu menciptakan suasana hangat dari aroma Roti Macan pada hari Selasa (04/11/2025). (Sumber: Dokumentasi Penulis | Foto: Wafda Rindhiany)
Ayo Jelajah 21 Nov 2025, 11:17 WIB

Sejarah Soreang dari Tapak Pengelana hingga jadi Pusat Pemerintahan Kabupaten Bandung

Sejarah Soreang dari tempat persinggahan para pengelana hingga menjelma pusat pemerintahan modern Kabupaten Bandung.
Menara Sabilulunga, salah satu ikon baru Soreang. (Sumber: Wikimedia)
Ayo Jelajah 21 Nov 2025, 11:16 WIB

Sejarah Black Death, Wabah Kematian Perusak Tatanan Eropa Lama

Sejarah wabah Black Death yang menghancurkan Eropa pada awal abad ke-14, menewaskan sepertiga penduduk, dan memicu lahirnya tatanan baru.
Lukisan The Triumph of Death dari Pieter Bruegel (1562) yang terinspirasi dari Black Death. (Sumber: Wikipedia)
Ayo Netizen 21 Nov 2025, 10:17 WIB

History Cake Bermula dari Kos Kecil hingga Jadi Bagian 'Sejarah Manis' di Bandung

History Cake dimulai dari kos kecil pada 2016 dan berkembang lewat Instagram.
Tampilan area display dan kasir History Cake yang menampilkan beragam Korean cake dan dessert estetik di Jalan Cibadak, Kecamatan Bojongloa Kaler, Kota Bandung. (30/10/2025) (Sumber: Naila Husna Ramadhani)
Ayo Netizen 21 Nov 2025, 09:29 WIB

Dari Tiktok ke Trotoar, ‘Iseng’ Ngumpulin Orang Sekota untuk Lari Bareng

Artikel ini menjelaskan sebuah komunitas lari yang tumbuh hanya iseng dari Tiktok.
Pelari berkumpul untuk melakukan persiapan di Jl. Cilaki No.61, Cihapit, Kecamatan Bandung Wetan, Kota Bandung, pada Sabtu pagi 15 November 2025 sebelum memulai sesi lari bersama. (Sumber: Rafid Afrizal Pamungkas | Foto: Rafid Afrizal Pamungkas)
Ayo Netizen 21 Nov 2025, 08:06 WIB

Giri Purwa Seni Hadirkan Kecapi Suling sebagai Pelestarian Kesenian Tradisional Sunda

Giri Purwa Seni di Cigereleng menjaga warisan kecapi suling melalui produksi, pelatihan, dan pertunjukan.
Pengrajin Giri Purwa Seni menampilkan seperangkat alat musik tradisional berwarna keemasan di ruang pamer Giri Purwa Seni, Jl. Soekarno Hatta No. 425, Desa Cigereleng, Astana Anyar, Karasak, pada Senin, 10 November 2025. (Sumber: Dokumentasi Penulis)
Ayo Biz 20 Nov 2025, 21:19 WIB

Desa Wisata Jawa Barat Menumbuhkan Ekonomi Kreatif dengan Komitmen dan Kolaborasi

Desa wisata di Jawa Barat bukan sekadar destinasi yang indah, namun juga ruang ekonomi kreatif yang menuntut ketekunan, komitmen, dan keberanian untuk terus berinovasi.
Upacara Tutup Tahun Kampung Cireundeu, Merawat Tradisi dan Syukur Kepada Ibu Bumi. (Sumber: Ayobandung.id | Foto: Restu Nugraha)
Ayo Netizen 20 Nov 2025, 20:18 WIB

Ngaruat Gunung Manglayang, Tradisi Sakral Menjaga Harmoni Alam dan Manusia

Ngaruat Gunung Manglayang adalah tradisi tahunan untuk menghormati alam.
Warga adat melakukan ritual ruatan di kaki Gunung Manglayang sebagai bentuk ungkapan syukur dan doa keselamatan bagi alam serta masyarakat sekitar.di Gunung Manglayang, Cibiru, Bandung 20 Maret 2025 (Foto: Oscar Yasunari)
Ayo Biz 20 Nov 2025, 18:23 WIB

Desa Wisata, Ekonomi Kreatif yang Bertumbuh dari Akar Desa

Desa wisata, yang dulu dianggap sekadar pelengkap pariwisata, kini menjelma sebagai motor ekonomi kreatif berbasis komunitas.
Wajah baru ekonomi Jawa Barat kini tumbuh dari desa. Desa wisata, yang dulu dianggap sekadar pelengkap pariwisata, kini menjelma sebagai motor ekonomi kreatif berbasis komunitas. (Sumber: Ayobandung.id | Foto: Eneng Reni Nuraisyah Jamil)
Ayo Netizen 20 Nov 2025, 17:21 WIB

Lenggak-lenggok Jaipong di Tengah Riuh Bandung dan Pesona Tradisi

Tari Jaipong tampil memukau di West Java Festival 2025. Gerak enerjik dan musik riuh membuat penonton antusias.
Penampilan tari Jaipong menghiasi panggung West Java Festival 2025 dengan gerakan energik yang memukau penonton, Minggu (9/11/2025). (Sumber: Selly Alifa | Foto: Dokumentasi Pribadi)
Ayo Netizen 20 Nov 2025, 17:07 WIB

Curug Pelangi Punya Keindahan Ikonik seperti di Luar Negeri

Wisata alam Bandung memiliki banyak keunikan, Curug Pelangi punya ikon baru dengan pemandangan pelangi alami.
Pelangi asli terlihat jelas di wisata air terjun Curug Pelangi, Kabupaten Bandung Barat (2/11/25) (Sumber: Dokumentasi Penulis | Foto: Tazkiya Hasna Putri S)
Ayo Netizen 20 Nov 2025, 16:55 WIB

Wayang Golek Sindu Parwata Gaungkan Pelestarian Budaya Sunda di Manjahlega

Pagelaran Wayang Golek Sindu Parwata di Manjahlega gaungkan pelestarian budaya Sunda dan dorong generasi muda untuk mencintai budaya lokal sunda.
Suasana pagelaran Wayang Golek di Kelurahan Manjahlega, Kecamatan Rancasari, Kota Bandung, Jumat (5/9/2025), di halaman Karang Taruna Caturdasa RW 14. (Sumber: Dokumentasi penulis | Foto: Ayu Amanda Gabriela)