Sabtu, 27 September 2025, Paguron GPM Putra Layang Pusaka mengikuti acara pasanggiri yang diadakan secara kolaborasi oleh Pemkab Bandung, Karang Taruna Desa Rancamulya, Pemerintah Desa Rancamulya, Bandung Lebih Bedas dan DPC PPSI Kec. Pameungpeuk. Acara tersebut diselenggarakan di salah satu gedung kesenian yang berada di Desa Rancamulya.
Pasinggiri Pencak Silat diselenggarakan sebagai ajang atau festival untuk melestarikan budaya pencak silat, mengembangkan bakat dan keterampilan seniman silat serta menumbuhkan rasa cinta terhadap budaya leluhur dan mengasah nilai-nilai sportivitas melalui kompetisi.
Acara ini dihadiri oleh beberapa paguron besar di Kabupaten/Kota Bandung diantaranya, Paguron PPSI Galih Pakuan, PPSI Kasiat Pusaka, Mekar Kencana dan Putra Layang Pusaka. Semua paguron mengirimkan murid terbaiknya untuk menunjukkan keterampilan silat di hadapan para juri.
Di antara semua peserta yang didominasi oleh laki-laki, saya melihat ada satu perempuan remaja yang menarik perhatian saya atas penampilan tunggalnya. Saya selalu kagum dengan mereka (perempuan) yang mampu mendobrak stigma di masyarakat tentang keterbatasan ruang gerak perempuan melalui kontribusinya di lingkungan yang dianggap tidak lazim untuk keberadaan perempuan.
Namanya Rivia Sofiana, remaja keturunan Sunda ini berusia 15 tahun. Saat saya wawancara, Rivia mengaku sudah ikut berlatih silat di Paguron Putra Layang Pusaka sejak 2019--tepat saat usianya masih 9 tahun.
Saat ditanyai perihal motivasinya untuk bergabung dengan dunia silat, saya semakin kagum dibuatnya--bagaimana kesadarannya sebagai perempuan muda untuk menjaga diri melalui seni bela diri di tengah perempuan memang rentan mendapat perilaku pelecehan atau pemerkosaan.
Motivasinya adalah saya ingin belajar bela diri untuk menjaga diri saya sebagai perempuan, melatih fisik dan mental untuk kebermanfaatan di kemudian hari serta membangun rasa percaya diri.
Sebagai anak muda, Rivia ingin terlibat langsung untuk mengharumkan Paguron Putra Layang Pusaka dengan menampilkan kemampuan terbaiknya saat unjuk diri di setiap pentas seni yang diadakan di Kabupaten/Kota Bandung. Perempuan Sunda ini juga turut senang saat bisa berkontribusi untuk melestarikan seni budaya Sunda khususnya pencak silat.
Meski di acara Kejuaraan Pasanggiri Pencak Silat Se-Bandung Raya, Rivia tidak berkesempatan menjadi juara tapi ia cukup bangga karena sudah menampilkan yang terbaik sesuai kemampuannya. Bahkan Rivia turut senang dan memberi dukungan penuh kepada rekannya yang mendapat juara kategori Rampak Sekar.
Seperti anggota silat yang lainnya, Rivia juga mendapat banyak manfaat dari kegiatan tersebut salah satunya mendapat privilage sekolah gratis saat tahun ini mendaftarkan dirinya ke jenjang SMK.
Setelah acara berakhir Rivia turut senang bisa mengikuti acara Pasanggiri yang diadakan di Desa Rancamulya tersebut. Terlebih sebagai gen z yang selalu mendapat stigma buruk di masyarakat-- Rivia mampu hadir membawa perubahan sekaligus menjadi bukti nyata bahwa gen z tidak seburuk yang orang-orang pikirkan.
Jujur senang banget bisa turut terlibat dalam acara Pasanggiri karena saya sebagai perempuan juga gen z bisa turut berkontribusi dalam melestarikan seni budaya dan mendapat banyak manfaat lewat jalur prestasi untuk pendidikan saya.