Dari Mimbar Kecil di Tasikmalaya sampai ke TVRI Bandung

Shakira Putri Anisa
Ditulis oleh Shakira Putri Anisa diterbitkan Selasa 28 Okt 2025, 13:59 WIB
Dakwah di program TVRI Bandung "Cahaya Qolbu" (Foto: Tim TVRI Bandung)

Dakwah di program TVRI Bandung "Cahaya Qolbu" (Foto: Tim TVRI Bandung)

Dari mimbar kecil di Tasikmalaya hingga layar televisi nasional, Ustaz Atus Ludin Mubarok, S.Ag., M.Sy. menebar cahaya dakwah yang menenangkan. Ia bukan sekadar pendakwah, tapi pengingat lembut di tengah riuhnya dunia digital.

Ustaz Atus Ludin Mubarok lahir di Tasikmalaya 19 Agustus pada tahun 1972 di tengah keluarganya yang kental dengan nilai-nilai religius. Sejak kecil, ia sudah terbiasa melihat ayahnya berdiri di depan jemaah, menyampaikan pesan kebaikan dengan tutur lembut. Dari situlah benih kecintaannya pada dakwah mulai tumbuh.

Suatu kali, saat masih duduk di bangku kelas enam SD, ia memberanikan diri naik mimbar untuk pertama kalinya. Ia mengenang momen itu sebagai awal langkah hidupnya di jalan dakwah.

“ Dunia dakwah itu sudah diperkenalkan oleh bapak saya sejak usia delapan tahun,” ujarnya.

Selepas belajar di Pondok Pesantren Darussalam, ia melanjutkan pendidikan di Fakultas Syariah IAIN Bandung (kini UIN Sunan Gunung Djati). Meski ia masuk di Fakultas Syariah tapi ia tetap menjadikan dakwahnya sebagai ruh dan hobi dalam dirinya.

Namun hidup tak selalu lurus. Setelah lulus, ia sempat meninggalkan dunia dakwah dan memilih bekerja di perusahaan swasta. Dalam waktu singkat, ia meniti karier hingga mendapatkan gaji yang biasanya sebulan bisa sampai berpuluh juta. Kesuksesan finansial sempat memalingkannya dari mimbar, tetapi tidak dari hatinya. Ia merasa ada ruang batin yang kosong keheningan yang tak bisa diisi oleh gaji besar.

“Rizki datang cepat, keluar cepat,” ujarnya kemudian. “Saya sadar Allah sedang mengingatkan.”

Kebangkrutan perusahaan tempatnya bekerja menjadi titik balik. Ia kembali ke masjid, ke jemaah, dan ke jalan dakwah yang telah membesarkannya sejak kecil.

Memasuki era digital, ia menyadari perubahan pola komunikasi umat. Ia tidak ingin dakwah terkungkung di ruang fisik. Dari sinilah ia mulai menapaki mimbar baru media sosial.

Melalui Facebook, instagram, VideoSnap dan TikTok, ia mengubah pesan-pesan pendek menjadi dakwah yang ringan tapi mengena. Ia tidak mengejar popularitas, ia ingin pesan kebaikan tetap bersuara di tengah arus hiburan.

“Kalau ada sepuluh postingan hura-hura, minimal satu harus dakwah,” katanya suatu kali.

Kini akun TikTok-nya diikuti lebih dari lima puluh ribu orang. Ia tidak menulis naskah panjang, melainkan menanamkan kesadaran lewat video satu menit yang sederhana. Ia percaya, satu pesan yang tulus bisa menembus hati lebih dalam daripada seribu kata yang keras.

Ketika ada acara Diklat ada seorang rekannya menawarinya menggantikan jadwal ceramah di program Cahaya Qolbu TVRI Bandung. Tanpa banyak pikir, ia menyanggupi. Penampilan perdananya yang tenang dan komunikatif langsung menarik perhatian tim produksi. Sejak saat itu, ia menjadi pengisi tetap program tersebut.

Baginya, kesempatan itu bukan kebetulan. Ia menganggapnya sebagai bentuk panggilan dari Allah agar terus menyebarkan cahaya dakwah di ruang publik.

“Semua sudah digariskan, sebagaimana dalam surat At-Takwir 29: وَمَا تَشَاۤءُوْنَ اِلَّآ اَنْ يَّشَاۤءَ اللّٰهُ رَبُّ الْعٰلَمِيْنَ dan artinya adalah Dan Kamu tidak dapat menghendaki (menempuh jalan itu) , kecuali apabila dikehendaki Allah, Tuhan semesta alam, " ujarnya.

Dari layar televisi, ia membawa nilai dakwah yang lembut dan menenangkan, jauh dari retorika yang menghakimi. Bagi Ustaz Atus, inti dakwah bukanlah kefasihan berbicara, melainkan ketulusan hati. Ia menolak gaya dakwah yang menimbulkan ketakutan atau kebencian.

“Kalau Nabi saja tidak mengkafirkan musuhnya, kenapa kita mudah menghakimi sesama?” ujarnya dalam satu wawancara.

Ia memilih jalur Rahmah kasih sayang yang membimbing, bukan menghukum. Dalam setiap ceramahnya, ia sering memulai dengan kisah ringan atau humor sederhana. Kadang, inspirasinya datang dari hal-hal tak terduga, seperti tulisan di belakang truk atau video pendek di TikTok. Ia yakin, pesan moral bisa datang dari mana saja selama hati siap menerimanya.

Bagi generasi muda, ia menekankan pentingnya literasi, keterbukaan, dan keikhlasan. Menurutnya, da’i zaman sekarang tidak cukup hanya pandai berbicara mereka harus terus belajar dan menulis agar pesan dakwah tetap relevan.

“Jangan malas membaca, menulis dan mendengar orang lain ceramah, ilmu Allah luas, tidak ada di satu orang saja,” katanya.

Ia juga berpesan agar para pendakwah muda tidak silau pada popularitas media. Dakwah sejati, katanya, bukan tentang siapa yang paling banyak penonton, tetapi siapa yang paling ikhlas dalam menyampaikan.

Dari mimbar kecil di Tasikmalaya hingga layar TVRI Bandung, perjalanan Ustaz Atus Ludin Mubarok adalah kisah tentang keteguhan dan ketulusan. Ia membuktikan bahwa dakwah tak selalu harus keras, cukup lembut tapi sampai ke hati. Ia menutup pembicaraan dengan nasihat yang lembut:

“Dakwah itu bukan tentang siapa yang terkenal, tapi siapa yang tulus.”

Lalu ia tersenyum, mengutip sabda Rasulullah ﷺ:

“Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia lainnya.” (*)

Artikel Rekomendasi Untuk Anda

Disclaimer

Tulisan ini merupakan artikel opini yang sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Pandangan yang disampaikan dalam artikel ini tidak mewakili pandangan atau kebijakan organisasi dan redaksi AyoBandung.id.

Shakira Putri Anisa
Seorang mahasiswa Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati Bandung Fakultas Dakwah dan Komunikasi Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam angkatan 2023
Nilai artikel ini
Klik bintang untuk menilai

Berita Terkait

News Update

Ayo Netizen 28 Okt 2025, 20:54 WIB

Menengok Penderitaan dalam Kacamata Agama-Agama

Benarkah agama-agama mengajarkan bahwa penderitaan adalah kesalahan pribadi atau bukti lemahnya iman?
Ilustrasi orang dengan gangguan kesehatan mental. (Sumber: Pexels/Nothing Ahead)
Ayo Jelajah 28 Okt 2025, 18:13 WIB

Sejarah Panjang ITB, Kampus Insinyur Impian Kolonial Tanah Tropis

Technische Hoogeschool te Bandoeng berdiri tahun 1920 sebagai sekolah teknik pertama di Hindia Belanda, cikal bakal ITB dan lahirnya insinyur pribumi seperti Sukarno.
Peresmian Technische Hoogeschool te Bandung (THS) 3 Juli 1920. (Foto: KITLV)
Ayo Biz 28 Okt 2025, 17:52 WIB

Langkah Kecil, Dampak Besar: Gaya Hidup Sehat Menjadi Gerakan Sosial di Bandung

Gaya hidup sehat di Bandung tidak hanya dipicu oleh kesadaran individu, tetapi juga oleh ekosistem kota yang mendukung.
Gaya hidup sehat di Bandung tidak hanya dipicu oleh kesadaran individu, tetapi juga oleh ekosistem kota yang mendukung. (Sumber: Ist)
Ayo Netizen 28 Okt 2025, 17:13 WIB

Mahasiswa Boleh Sibuk, tetapi Jangan Lupa Bahagia

Di balik jadwal padat, tugas menumpuk, dan tuntutan produktivitas, banyak mahasiswa yang diam-diam berjuang melawan stres dan kelelahan mental.
Ilustrasi mahasiswa di Indonesia. (Sumber: Pexels/Dio Hasbi Saniskoro)
Ayo Biz 28 Okt 2025, 16:06 WIB

Rebo Nyunda di Cikapundung, Menjaga Napas Budaya Sunda di Tengah Deru Modernisasi

Rebo Nyunda bukan sekadar pertunjukan, program ini adalah gerakan akar rumput yang lahir dari keresahan akan lunturnya identitas budaya Sunda.
Cikapundung Riverspot, yang biasanya dipadati wisatawan dan pejalan kaki, menjelma menjadi panggung terbuka bagi warisan leluhur yakni Rebo Nyunda. (Sumber: Ayobandung.id | Foto: Eneng Reni Nuraisyah Jamil)
Ayo Jelajah 28 Okt 2025, 16:05 WIB

Hikayat Cipaganti Group, Raksasa Transportasi Bandung yang Tumbang Diguncang Skandal

Dari garasi kecil di Jalan Cipaganti, lahir raksasa transportasi yang pernah kuasai Jawa Barat. Tapi skandal finansial membuatnya tumbang tragis.
Travel Cipaganti
Ayo Biz 28 Okt 2025, 14:41 WIB

Meluncur di Meja Makan: Sushi Konveyor dan Dinamika Kuliner Bandung

Jika dulu makanan Jepang identik dengan restoran eksklusif dan sajian formal, kini hadir cara baru yang lebih dinamis dan interaktif yakni sushi konveyor.
Jika dulu makanan Jepang identik dengan restoran eksklusif dan sajian formal, kini hadir cara baru yang lebih dinamis dan interaktif yakni sushi konveyor. (Sumber: Ayobandung.id | Foto: Eneng Reni Nuraisyah Jamil)
Ayo Netizen 28 Okt 2025, 13:59 WIB

Dari Mimbar Kecil di Tasikmalaya sampai ke TVRI Bandung

Di era digital yang serba cepat, Ustaz Atus hadir sebagai sosok pendakwah yang mampu menyentuh hati lewat layar.
Dakwah di program TVRI Bandung "Cahaya Qolbu" (Foto: Tim TVRI Bandung)
Ayo Netizen 28 Okt 2025, 12:25 WIB

Perkawinan (Cinta) Beda Agama: Mangu, Peri Cintaku, Realitas Sosial, SEMA 2/2023, dan Bhinneka Tunggal Ika

Di lagu-lagu itu, cinta beda agama hampir selalu digambarkan seperti relasi yang seru tapi mustahil, so far selalu romantis tapi terlarang.
Ilustrasi pasangan menikah. (Sumber: Pexels/Danu Hidayatur Rahman)
Ayo Netizen 28 Okt 2025, 11:24 WIB

Maskulinitas dan Isu Pelecehan Seksual terhadap Laki-Laki

Ada yang luput dari perhatian yaitu pelecehan seksual terhadap laki-laki.
Isu pelecehan seksual umumnya terjadi kepada perempuan. Namun ada satu hal yang luput dari perhatian serta pengakuan masyarakat bahwa laki-laki pun berpotensi mengalami pelecehan seksual. (Sumber: Freepik)
Ayo Netizen 28 Okt 2025, 10:16 WIB

'The Way Home' dan Keberanian Melawan Penyesalan

Sebuah drama keluarga Tiongkok tentang penyesalan, tradisi, dan keberanian untuk pulang.
Poster film "The Way Home". (Sumber: IMDB)
Ayo Netizen 28 Okt 2025, 09:04 WIB

Secuil tentang Psikologi Agama

Psikologi agama selalu berhasil bikin kangen menyelam ke dunianya lagi.
Anak-anak beragama Islam sedang mengaji di masjid. (Sumber: Pexels/Hera hendrayana)
Ayo Netizen 28 Okt 2025, 06:13 WIB

Seperti Kita, Gie Juga Manusia Biasa

Soe Hok-gie, seorang aktivis keturunan Tionghoa yang hidupnya terasing seiring dirinya semakin berani dalam menyampaikan kritiknya kepada pemerintah.
Poster film GIE (2005). (Sumber: IMDB)
Ayo Biz 27 Okt 2025, 20:13 WIB

Dari Pohon Keramat ke Camilan Kekinian, Nurhaeti Menyulap Daun Kelor Jadi Pangan Bernutrisi

Dikenal sebagai tanaman mistis, Nurhaeti mengolah daun kelor menjadi aneka panganan bernutrisi mulai dari cheese stick, bolu, keripik pisang, hingga cookies.
Nurhaeti, warga Cinunuk, yang sejak 2015 mengolah daun kelor menjadi aneka panganan bernutrisi. (Sumber: Ayobandung.id | Foto: Mildan Abdalloh)
Ayo Biz 27 Okt 2025, 19:36 WIB

Bandung Menuju Transportasi Publik Berkelas: Menelisik Potensi Metro Jabar Trans dan Feeder MJT

Kemacetan yang kian parah, dominasi kendaraan pribadi, serta keterbatasan infrastruktur menjadi momok yang menggerus kualitas hidup warga Bandung.
Kehadiran Metro Jabar Trans (MJT) dan feeder MJT, sebuah inisiatif ambisius yang digadang-gadang mampu merevolusi sistem transportasi publik Bandung Raya. (Sumber: Ayobandung.id | Foto: Kavin Faza)
Ayo Netizen 27 Okt 2025, 18:03 WIB

Memulangkan Bandung pada Purwadaksina Setelah Absen dalam Daftar 'Kota Hijau'

Kawasan yang kehilangan akar ekologisnya. Terjebak citra kolonial dan ilusi kemajuan, ia lupa pada asalnya. Kini saatnya kembali ke martabat sendiri.
Proses pengerukan sedimentasi Sungai Cikapundung oleh petugas menggunakan alat berat di Kota Bandung. (Sumber: Ayobandung.id | Foto: Kavin Faza)
Ayo Biz 27 Okt 2025, 17:40 WIB

Air Isi Ulang Tanpa Sertifikasi, Celah Regulasi yang Mengancam Kesehatan Publik

SLHS seharusnya menjadi bukti bahwa air yang dijual telah melalui proses yang memenuhi standar kebersihan dan sanitasi.
Ilustrasi air minum. (Sumber: Freepik)
Ayo Netizen 27 Okt 2025, 17:04 WIB

Indisipliner, Hukuman, dan Perlawanan: Mengurai Benang Kusut Disiplin Sekolah

Sebuah analisis tentang pergeseran makna kenakalan remaja, solidaritas buta, dan tantangan yang dihadapi guru.
 (Sumber: Gemini AI Generates)
Ayo Jelajah 27 Okt 2025, 16:32 WIB

Sejarah Lapas Sukamiskin Bandung, Penjara Intelektual Pembangkang Hindia Belanda

Lapas Sukamiskin di Bandung dulu dibangun untuk kaum intelektual pembangkang Hindia Belanda. Kini, ia jadi rumah mewah bagi koruptor.
Lapas Sukamiskin.
Ayo Netizen 27 Okt 2025, 16:29 WIB

Problem Deforestasi Mikro Kota Bandung

Deforestasi mikro di Kota Bandung makin sering terjadi. Ujungnya, suhu kota merangkak naik. Malam terasa lebih hangat.
Hutan Kota Babakan Siliwangi, Kota Bandung. (Sumber: Ayobandung.id | Foto: Irfan Al-Faritsi)