Membangun kota bukan hanya perkara infrastruktur, tetapi membangun jiwa warganya. Literasi Al-Qur’an adalah fondasi moral untuk Bandung yang lebih damai, moderat dan berkarakter.
Beberapa hari lalu bertempat di ruang tamu utama lantai 1 Kantor Disdukcapil Kota Bandung, Jalan Ambon, Ikatan Cendekiawan Muslim se-Indonesia Organisasi Daerah (ICMI Orda) Kota Bandung mengadakan audiensi strategis bersama Yayasan Demaji Indonesia yang dipimpin pendirinya, Abu Rabbani. Pertemuan ini menjadi momentum penting dalam upaya memperkuat pondasi spiritual masyarakat Kota Bandung menuju visi besar Bandung Agamis sebagaimana tertuang dalam Visi Bandung Utama 2025–2030.
Suasana audiensi berlangsung hangat dan penuh semangat kolaboratif. Abu Rabbani, yang memiliki nama asli Nandi Setiana, mengawali pembahasan dengan menuturkan perjalanan panjangnya dalam dunia pendidikan Al-Qur’an. Ia mulai merintis aktivitas dakwah pada tahun 2000 di kawasan Baitul Maqdis dengan program utamanya, Jagalah Hati. Di sana pula ia berhadapan dengan realita yang mengejutkan: sekitar 72,25% umat Muslim belum dapat membaca Al-Qur’an secara benar, terutama dalam ketidakmampuan menjaga konsistensi mad dan kaidah bacaan yang tepat.
Berangkat dari kegelisahan tersebut, Abu Rabbani kemudian mengembangkan berbagai metode pembelajaran Al-Qur’an yang lebih mudah diakses masyarakat modern. Dimulai dari program Quantum Reading Quran dengan pendekatan “ayun saja”, hingga akhirnya inovasi besar muncul saat pandemi Covid-19 melanda dunia. Dalam situasi lockdown, ia mengembangkan metode bisa baca Al-Qur’an dalam 3 jam bagi pemula, terutama bagi para mualaf yang sama sekali tidak mengenal huruf hijaiyah.
Namun inovasi tersebut tidak berhenti di sana. Dari perjalanan panjang mengajar ribuan peserta, Abu Rabbani menemukan pola pengajaran yang lebih efektif, cepat, dan memoriable. Lahirlah metode DEMAJI (Demam Mengaji), sebuah terobosan yang memungkinkan seseorang menguasai kemampuan membaca Al-Qur’an hanya dalam 90 menit, bahkan rekor tercepat tercatat 45 menit.
Metode DEMAJI mengusung pendekatan visual kreatif yang sangat cocok bagi anak-anak, remaja, hingga orang dewasa. Dengan memvisualisasikan huruf-huruf hijaiyah ke dalam gambar menarik, peserta mendapatkan “MAGIC CLUE” yang memperkuat daya ingat dan mempermudah pelafalan. Pembelajaran juga dirangkai dalam alur cerita “Petualangan Demaji ke Pulau Komodo” sehingga proses belajar menjadi lebih hidup, interaktif, dan menyenangkan.
Konsep ini terbukti ampuh. Ratusan orang baik muallaf maupun masyarakat umum, telah dibebaskan dari buta huruf Al-Qur’an hanya dalam satu kali sesi belajar.
Baca Juga: Pesantren, Wajah Islam Damai
Dalam pertemuan tersebut, Ketua ICMI Orda Kota Bandung, H Tatang Muhtar, S.Sos M.Si, menyampaikan bahwa metode DEMAJI sangat relevan dengan misi Pemerintah Kota Bandung, khususnya misi membentuk karakter warga yang agamis, moderat, dan toleran. ICMI menilai bahwa pemberantasan buta huruf Al-Qur’an bukan sekadar peningkatan literasi spiritual, tetapi juga strategi untuk memperkuat ketahanan moral masyarakat urban.
Audiensi kemudian berakhir pada sebuah kesepakatan kolaboratif: ICMI Orda Kota Bandung akan bekerja sama secara resmi dengan Yayasan Demaji Indonesia untuk menghadirkan program pembelajaran Al-Qur’an yang cepat, mudah, dan inklusif di seluruh wilayah Kota Bandung. Langkah ini diharapkan menjadi pintu masuk bagi terwujudnya Bandung Agamis, sejalan dengan arah kebijakan Bandung Utama 2025–2030.
Ketika kecintaan pada Al-Qur’an ditanamkan dengan cara yang mudah dan menyenangkan, maka lahirlah generasi yang tidak hanya cerdas secara intelektual, tetapi juga kuat secara spiritual. Inilah ikhtiar bersama untuk menghadirkan Bandung yang lebih harmonis, berakhlak, dan penuh cahaya. (*)
