Merawat Tradisi, Memuliakan Manusia Saat Idul Adha

IBN  GHIFARIE
Ditulis oleh IBN GHIFARIE diterbitkan Jumat 06 Jun 2025, 18:44 WIB
Warga saat akan memotong hewan kurban jenis sapi dan domba di Halaman Masjid Lautze 2, Jalan Tamblong, Kota Bandung, Senin 17 Juni 2024. (Sumber: Ayobandung.com/Irfan Al-Faritsi) | Foto: Ayobandung.com/Irfan Al-Faritsi))

Warga saat akan memotong hewan kurban jenis sapi dan domba di Halaman Masjid Lautze 2, Jalan Tamblong, Kota Bandung, Senin 17 Juni 2024. (Sumber: Ayobandung.com/Irfan Al-Faritsi) | Foto: Ayobandung.com/Irfan Al-Faritsi))

Setiap tradisi, kepercayaan, dan agama mengajarkan pentingnya pengorbanan sebagai bentuk rasa syukur atas nikmat yang diterima. Ikhtiar ini diyakini sebagai upaya untuk menolak bala, menghindari bahaya, dan menjauhkan diri dari angkara murka.

Sejatinya, peringatan Idul Adha (Rayagung) yang jatuh pada 10 Zulhijjah dan tahun ini bertepatan dengan tanggal 6 Juni 2025, tidak semata-mata dimaknai sebagai pelaksanaan perintah Allah SWT untuk menyembelih hewan kurban (sapi, unta, kambing, kerbau, domba). Lebih dari itu, hari raya kurban adalah momentum yang tepat untuk menyembelih sifat-sifat kebinatangan dalam diri, seperti kerakusan, egoisme, ketamakan, dan hawa nafsu.

Tentunya pengorbanan ini harus didasari oleh keimanan yang kokoh, keikhlasan, semangat berbagi yang menumbuhkan solidaritas sosial dan mengedepankan nilai-nilai kemanusiaan. Pasalnya melalui ibadah kurban ini, manusia diingatkan tentang jalan menuju kebahagiaan membutuhkan pengorbanan, yang bukan dengan mengorbankan sesama manusia, melainkan dengan menaklukkan ego diri, memperkuat kepedulian sosial dan menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan.

Baca Juga: Hidup dalam Gelembung Digital

Jejak Rayagung

Untuk wilayah Priangan, biasanya pada tanggal sembilan Rayagung, baik di lingkungan mesjid maupun di kampung-kampung, banyak yang sudah menyediakan domba kurban yang sengaja untuk disembelih pada waktu sehabis khutbah lebaran Rayagung yang sering disebut kurban. 

Dalam bahasa Arab Lebaran Idul Kurban ini sering dinamakan Lebaran Idul Adha (hari raya kurban), merupakan hari yang paling baik untuk beramal. Pada zaman dulu, harga hewan kurban masih murah dan orang-orang mempunyai keyakinan agama bahwa siapa yang mengadakan kurban, hewan yang dikurbankannya itu bakal dinaiki kelak di akhirat. Banyak yang memberi kurban untuk dirinya sendiri, untuk ayah dan ibunya. 

Seekor domba untuk satu orang, seekor kerbau (sapi) untuk tujuh orang. Pada waktu itu, setiap mesjid, mendapat kiriman dari orang-orang mampu di Priangan lewat Kecamatan. Daging kurban dibagikan kepada ahli mesjid, orang kampung, dan tempat-tempat lainnya. Bagian untuk satu orang biasanya disebut gaganting, demikian pula di Kecamatan.

Pada zaman sekarang, karena mahalnya hewan kurban, hanya sedikit orang yang mampu berkurban. Akan tetapi, hal ini tidak membuat hari-hari kurban itu sepi. Setiap tahun pasti ada orang yang berkurban.

Pada tanggal sembilan Rayagung, dibunyikan lagi tabuh untuk memberitahukan bahwa nanti malam tanggal sepuluh Rayagung ada takbir bersama-sama di mesjid. Kemudian, keesokan harinya, pagi-pagi, diadakan salat sunat Lebaran Idul Adha. Setelah sampai pada waktunya, kira-kira pukul 6.30, semua orang yang datang terus salat sunat, berjamaah, kemudian khotib membacakan khutbahnya di mimbar. Setelah selesai khutbah, semua berdiri lalu bersalaman, bersamaan dengan bunyi tabuh penutup.

Saat Idul Adha itu tidak ada keramaian apa-apa, apalagi kalau tidak ada penyembelihan kurban. Akan tetapi semuanya itu tidak mungkin karena penyembelihan kurban merupakan salah satu syariat dari agama Islam. Apabila semuanya itu tidak dilaksanakan, itu berarti kita dikatakan tidak menghargai agama.

Golongan menak di kota Bandung pun mengetahui bahwa pada hari itu ada Lebaran, ada Kurban. Menurut cerita, kelak kerbau itu akan menjadi tunggangan di akhirat. Cerita ini sudah tidak asing lagi di kalangan masyarakat.

Bagi orang yang percaya dan senang bersedekah, karena tidak mampu berkurban, pada hari itu ia sering mengadakan selamatan. Begitu juga karena nama walilat yang biasa diramaikan pada tanggal sembilan Rayagung, di pasar, ramai orang berbelanja untuk menyiapkan makanan besar maupun kecil. Makanan itu biasanya dikirimkan ke rumah lebai dan kepada orang tua walaupun sedikit.

Bulan Zulhijah ini merupakan bulan yang baik, lain dari bulan-bulan yang lain. Bulan-bulan ini biasa dipergunakan orang untuk merayakan hari pernikahan agar mendapat kesenangan dan kesejahteraan. Malah kata orang mesjid, lebaran ini lebih dari fitrah, banyak orang yang mendadak nikah karena sering bakal ada keridan. (Hasan Mustapa, 2022:201-202)

Hikayat Kurban

Pedagang menjajakan hewan kurban di Kelurahan Turangga, Kecamatan Lengkong, Kota Bandung. (Sumber: Ayobandung.id | Foto: Kavin Faza)
Pedagang menjajakan hewan kurban di Kelurahan Turangga, Kecamatan Lengkong, Kota Bandung. (Sumber: Ayobandung.id | Foto: Kavin Faza)

Berkurban sangat dianjurkan untuk dikerjakan, selain merupakan ibadah, juga penegasan untuk mengorbankan apa yang paling kita cintai dalam hidup dan memuliakan manusia. Kurban manusia diganti kurban hewan, yang dagingnya dibagikan kepada orang-orang.

Bulan Zulhijah adalah bulan mulia. Selain karena ada ibadan haji yang merupakan rukun Islam kelima, juga ada ibadah kurban yang disebut Idul Adha (Idul Kurban) pada tanggal 10 yang merupakan hari raya selain Idul Fitri.

Bagi kita yang punya kelebihan harta sangat dianjurkan untuk berkurban, baik itu dengan kambing maupun sapi. Kurban pada hakikatnya adalah wujud pendekatan diri kepada Allah sekaligus mendorong orang untuk peduli dengan sesama.

Sesuai dengan namanya, “Adha” yang berarti menyembelih hewan, (kurban) yang berarti mendekatkan diri kepada Allah, ia sangat dianjurkan dalam Islam bagi yang mampu melakukannya. Nabi pernah mengatakan, siapa saja yang memperoleh kelapangan untuk berkurban, dan dia tidak mau berkurban, maka janganlah hadir di lapangan kami (untuk ikut shalat Id).

Dalam Al-Qur'an, Allah menyatakan, "Maka dirikanlah shalat karena Tuhanmu; dan berkurbanlah." (QS. Al-Kautsar [108]: 2)

Ibnu Taimiyyah dalam kitabnya, Majmu' Fatwa, menafsirkan dua ayat ini: Allah memerintahkan Nabi untuk mengumpulkan  dua ibadah yang agung, yaitu shalat dan menyembelih sikap taqarub (pendekatan diri kepada Allah), tawadhu, merasa butuh kepada Allah, husnuzan, keyakinan yang kuat dan ketenangan hati kepada Allah, janji, perintah, dan keutamaan-Nya.

Berkurban merupakan napaktilas dari apa yang dilakukan oleh Nabi Ibrahim dan putranya, Nabi Ismail.

Dengan kata lain, ibadah ini merupakan bentuk pelestarian dari tradisi (sunah) mulia dua sosok nabi dan rasul Allah. 

Zaid bin Arqam berkata, para sahabat bertanya kepada Nabi, “Wahai Rasulullah, hewan kurban apa ini?" 

Beliau menjawab, “Ini adalah sunah bapak kalian, Ibrahim.” Mereka bertanya lagi, “Lalu pada hewan tersebut, kami dapat apa, wahai Rasulullah?” 

Beliau menjawab, "Pada setiap bulu ada satu kebaikan."

Mereka bertanya lagi, "Bagaimana dengan shuf (bulu domba)?" 

Beliau menjawab, "Pada setiap bulunya ada satu kebaikan."

Al-Qur'an menceritakan bagaimana awal mula ibadah kurban ini dilakukan oleh Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail. Alkisah, pada suatu malam Ibrahim bermimpi disuruh Allah untuk menyembelih Ismail. Merasa itu adalah wahyu Allah, Ibrahim pun siap melaksanakannya. Namun, ia terlebih dulu menceritakan mimpinya kepada Ismail dan bermusyawarah dengannya. 

Dengan penuh ketulusan, keikhlasan, dan kesabaran, Ismail pun siap disembelih jika itu memang perintah Allah. Ismail tidak membantah (memprotes) justru siap untuk melaksanakan perintah-Nya. Mereka pun pergi ke Mina, dan saat belati Ibrahim hendak menggores leher, Allah mengganti Ismail dengan seekor domba.

Al-Qur'an menuturkan, "Maka ketika anak itu sampai (pada umur) sanggup berusaha bersamanya, (Ibrahim) berkata, “Wahai anakku! Sesungguhnya aku bermimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka pikirkanlah bagaimana pendapatmu!" Dia (Ismail) menjawab, “Wahai ayahku! Lakukanlah apa yang diperintahkan (Allah) kepadamu; Insya Allah engkau akan mendapatiku termasuk orang yang sabar." Maka ketika keduanya telah berserah diri dan dia (Ibrahim) membaringkan anaknya atas pelipis(nya), (untuk melaksanakan perintah Allah). 

Lalu Kami panggil dia, "Wahai Ibrahim! sungguh, engkau telah membenarkan mimpi itu." Sungguh, demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik. Sesungguhnya ini benar-benar suatu ujian yang nyata. Dan Kami tebus anak itu dengan seekor sembelihan yang besar. (QS. Ash-Shaffat [37]: 102-107)

Lebih dari sekadar ibadah wujud pendekatan diri kepada Allah (dimensi ritual), berkurban mengandung semangat kepekaan dan kepedulian sosial (dimensi sosial), rasa kemanusiaan. 

Dengan berkurban, dagingnya bukan semata untuk diri orang yang berkurban, tetapi dibagi-bagikan kepada masyarakat sekitar, terutama orang-orang miskin. Hal ini seperti disebutkan dalam hadis, Ali bin Abi Thalib  menuturkan,

"Rasulullah memerintahkan kepadaku untuk mengurusi hewan kurbannya, membagi-bagikan dagingnya, kulit dan pakaiannya, kepada orang-orang miskin, dan aku tidak diperbolehkan memberi sesuatu apa pun dari hewan kurban (sebagai upah) kepada penyembelihnya." (HR. Al-Bukhari dan Muslim)

Pesan penting berkurban dari sisi dimensi sosial adalah memberi. Memberi daging kurban yang berarti juga memberi kebahagiaan dan kegembiraan kepada orang lain. Stephen Post dan Jill Neimark dalam bukunya, Why Good Things Happen to Good People (2011), mengatakan bahwa memberi bisa melahirkan dampak positif secara psikis dan fisik bagi si pemberi. Dengan memberi, katanya, kita menyingkirkan emosi-emosi negatif yang bergejolak, seperti rasa marah, dengki dan iri hati, yang tentunya turut menjadi penyebab penyakit-penyakit psikis maupun fisik yang ditimbulkan oleh stres.

Sambil mengutip penelitian Paul Wink, Post dan Neimark mengemukakan bahwa memberi dibangun oleh tiga sifat penting: kecenderungan untuk memberi, empati, dan kompetensi, terutama kompetensi sosial. Ketiga sifat ini bergema ke dalam berbagai bidang kehidupan, membawa kesuksesan dalam pekerjaan, persahabatan, dan cinta, yang diharapkan dapat menghasilkan kebahagiaan dan kesehatan. Dalam ungkapan Neal Krause, satu orang tidak dapat memberikan bantuan yang efektif bagi orang lain tanpa dengan perasaan simpati dan welas asih. 

Dengan berkurban dan memberikan dagingnya kepada orang lain, kita sesungguhnya tengah membangun kepribadian kita menjadi lebih berkualitas juga menciptakan kondisi dan relasi sosial yang penuh dengan rasa simpati dan welas asih. Melalui berkurban, kita membangun dan memperkuat kepekaan dan kepedulian sosial kita, terutama terhadap orang-orang yang tidak mampu (lemah, fakir, miskin) secara ekonomi. Kita memberi mereka tidak hanya daging kurban, tetapi juga kebahagiaan dan kegembiraan. Kebahagiaan dan kegembiraan yang tidak hanya dirasakan saat Hari Raya Idul Adha (Kurban), tetapi berlanjut ke hari-hari berikutnya. (Ibnu Muhajir, 2020:301-305).

Baca Juga: Geger Bandung 1934, Pembunuhan Berdarah di Rumah Asep Berlian

Teladan yang Menginspirasi 

Ingat dari keteguhan iman dan loyalitas Ibrahim terhadap perintah Allah merupakan teladan yang perlu kita contoh dalam kehidupan sehari-hari. Jika pada masa dulu Ismail menjadi simbol kurban untuk menguji keimanan Ibrahim. Kini yang menjadi “Ismail-Ismail” tidak hanya dalam wujud hewan kurban, tetapi bisa segenap milik kita, bahkan diri kita bisa menjadi simbol kurban untuk menunjukkan keteguhan iman dan ketakwaan kita kepada Allah Swt.

Semangat kurban inilah yang barangkali mutlak sekaligus relevan dikedepankan dalam konteks kehidupan kebangsaan kita dewasa ini, saat bangsa mengalami krisis multidimensi yang tak kunjung reda.

Selain itu sebagian saudara-saudara kita ada yang sedang menghadapi musibah banjir, tanah longsor dan wabah penyakit yang diakibatkan oleh bencana alam yang melanda mereka. Relevansi dan signifikansi lain dari Idul Kurban berkait erat pesan moral kemanusiaan dan solidaritas sosial. 

Digantinya Ismail yang sedianya akan dikurbankan oleh Ibrahim dengan seekor hewan sembelihan yang besar, sesungguhnya mengindikasikan betapa Allah menghormati manusia dan menjaga nilai-nilai kemanusiaan.

Karena itu Allah tidak memperkenankan dan sangat melarang manusia mengorbankan manusia yang lain. Allah tidak haus darah dan tak butuh keratan daging dari jasad yang dikurbankan. Pada prinsipnya, syariat berkurban dengan menyembelih hewan yang telah memenuhi kualifikasi dan kriteria tertentu, bukan diperuntukkan Tuhan, yang akan sampai dan diterima Allah hanyalah niat ikhlas dan ketakwaan kita. Sebagaimana firman Allah: Bahwa bukan daging-daging dan darah hewan qurban itu yang diterima Allah, tetapi yang diterima Allah itu ialah takwa yang ada dalam ibadah kurban (al Hajj: 37).

Sedangkan daging kurban diberikan dan bagikan pada manusia, terutama fakir miskin, kaum tertindas, teraniaya, sebagai simbol kepedulian social yang berdimensi sangat luas itu tergantung kepada tingkat ketakwaan dan keberagamaan kita.

Manifestasi iman dan takwa tidak hanya dalam keyakinan dan meningkatnya penghayatan tetapi yang penting adalah wujud amaliah yang nyata dalam kehidupan bersama. Kepedulian terhadap sesama adalah agenda yang selalu harus dipupuk oleh umat Islam dalam rangka menjalankan dan mempererat tali ukhuwah islamiyah, ukhuwah wathoniah dan ukhuwah insaniah. 

Sebagaimana kita sadari bahwa Islam hadir kedunia ini sebagai ajaran yang rahmatan lil'alamiin, sebagai penebar dan pembawa kesejahteraan dunia dan akherat. Oleh kerena itu marilah keagungan dan keunggulan ajaran Islam kita buktikan dalam kehidupan sehari-hari hingga merasakan ketenteraman dan kedamaian terwujud di tengah kehidupan ini. 

Kurban menurut istilah suatu tindak perbuatan menghampirkan diri (taqarabu) kepada Allah Swt dengan jalan menyembelih hewan. Menyembelih kurban adalah ibadah yang akan dipetik keuntungannya dalam dimensi kehidupan di akherat kelak. Laksana satu ladang yang digarap dan ditanami dengan pohon yang berbuah, seperti padi, jeruk, rambutan dll, dimana akan berlaku hukum alami: siapa menanam, dia akan mengetam (memetik). 

Dalam istilah kita sekarang, berkurban adalah satu investasi (simpanan), deposito, hanya bedanya uang deposito dapat dimanfaatkan pada hari tua, sedangkan jasa ibadah kurban akan dihayati dalam dimensi kehidupan di akherat kelak.

Marilah kita memohon kepada Allah Swt semoga para jamaah haji yang sedang menunaikan ibadah di tanah suci dapat kembali dengan haji mabrur diterima amal ibadahnya, semakin bermanfaat bagi masyarakat dan kepada kita sekalian yang belum mempunyai kesempatan menunaikan rukun Islam kelima agar dilapangkan jalan menuju panggilan-Nya, dibukakan pintu rezeki yang seluas-luasnya, sehingga pembangunan bangsa ini berjalan lancar kemakmuran ekonomi terwujud, kesemarakan pengamalan ajaran Islam berjalan secara merata di kalangan kaum muslimin, amin. (Muhammad Julijanto, 2015:293-295).

Dengan demikian, Iduladha (Rayagung) bukan sekadar melaksanakan perintah menyembelih hewan kurban (sapi, kambing, domba, kerbau, unta) tetapi harus menjadi momentum yang tepat untuk meneladani keluarga Nabi Ibrahim dengan menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan. Inilah saat yang tepat (agung) untuk menyembelih sifat-sifat kebinatangan (kerakusan, egoisme, ketamakan, hawa nafsu) yang ada dalam diri kita. (*)

IBN  GHIFARIE
Tentang IBN GHIFARIE
Pegiat kajian agama dan media di Institute for Religion and Future Analysis (IRFANI) Bandung.

Berita Terkait

News Update

Ayo Biz 07 Jun 2025, 16:49 WIB

Meretas Imaji Lama: Brownies Peuyeum sebagai Jembatan Tradisi dan Modernitas

Menangkap esensi perjalanan Gadiza Browyeum yang membawa peuyeum bendul dari citra "kampung" ke ranah yang lebih luas dan modern.
Produk Gadiza Browyeum, inovasi kuliner dari peuyeum bendul yang berpadu dengan kelembutan cokelat dalam bentuk brownies peuyeum. (Sumber: Instagram @gadizacakeandcookies)
Beranda 07 Jun 2025, 13:20 WIB

Melawan Dingin, Cerita Pedagang Kopi Starling yang Bertahan di Tengah Kota yang Tak Pernah Tidur

Persoalan pertama adalah rasa dingin. Pagi di Bandung memang sejuk, namun beda cerita pada malam hari: dingin.
Kurnia memulai usahanya sebagai pedagang kopi keliling sejak tahun 2020. (Sumber: ayobandung.id | Foto: Lukman Hidayat)
Ayo Biz 07 Jun 2025, 13:06 WIB

Membangun Identitas, Menguasai Pasar: Kisah Prabu Indonesia di Dunia Sepatu Kulit

Sepasang sepatu kulit bisa memberi kesan elegan, profesional, berwibawa dan Lisa Yumi, pendiri Prabu Indonesia, memahami betul nilai dari produk lokal.
Sepatu kulit yang diproduksi oleh brand lokal, Prabu Indonesia. (Sumber: Prabu Indonesia)
Ayo Jelajah 07 Jun 2025, 11:24 WIB

Hikayat Kota Kecil yang Hilang di Gunung Puntang

Gunung Puntang menyimpan sejarah Stasiun Radio Malabar, simbol komunikasi Hindia Belanda yang kini tinggal reruntuhan sunyi.
Reruntuhan Stasiun Radio Malabar di Gunung Puntang. (Sumber: Ayobandung)
Ayo Netizen 06 Jun 2025, 18:44 WIB

Merawat Tradisi, Memuliakan Manusia Saat Idul Adha

Setiap tradisi, kepercayaan, dan agama mengajarkan pentingnya pengorbanan sebagai bentuk rasa syukur atas nikmat yang diterima.
Warga saat akan memotong hewan kurban jenis sapi dan domba di Halaman Masjid Lautze 2, Jalan Tamblong, Kota Bandung, Senin 17 Juni 2024. (Sumber: Ayobandung.com/Irfan Al-Faritsi) | Foto: Ayobandung.com/Irfan Al-Faritsi))
Ayo Jelajah 06 Jun 2025, 13:58 WIB

Geger Bandung 1934, Pembunuhan Berdarah di Rumah Asep Berlian

Pembunuhan keji terhadap lima orang di rumah Asep Berlian gegerkan Bandung pada 1934. Motifnya: cinta, cemburu, atau harta?
Mintarsih, Komariah, dan Maliah merupakan tiga dari lima korban dalam tragedi pembunuhan brutal di kediaman Asep Berlian. (Sumber: Sin Po, 9 Februari 1935)
Ayo Netizen 06 Jun 2025, 11:32 WIB

Hidup dalam Gelembung Digital

Filter Bubble membuat kita melihat dunia hanya dari sudut yang kita sukai saja.
Filter Bubble membuat kita melihat dunia hanya dari sudut yang kita sukai saja. (Sumber: cottonbro studio)
Ayo Netizen 06 Jun 2025, 05:38 WIB

Hari Raya Idul Adha Bertepatan Hari Jumat, Tetap Wajibkah Shalat Jumat?

Perkara ini adalah masalah fikhiyah.
Bagaimana bila Idul Adha jatuh tepat pada hari Jum’at? (Sumber: Pexels/Pir Sümeyra)
Ayo Biz 05 Jun 2025, 16:03 WIB

Ember Sampah yang Mengubah Nasib: Kisah Ema Suranta dan Bank Sampah Bukit Berlian

Bukit Berlian mungkin terdengar mewah, tapi aktivitas komunitas ini jauh dari kesan glamor. Anggotanya, yang mayoritas kaum ibu, berurusan dengan sesuatu yang sering dianggap menjijikkan.
Ema Suranta, pendiri komunitas Bukit Berlian (Sumber: PT Permodalan Nasional Madani (PNM))
Ayo Biz 05 Jun 2025, 16:02 WIB

Nyi Empol, Manisan Terung Ungu Warisan Ibu Pilihan Oleh-oleh Garut

Lewat Nyi Empol, Lina Marliana pertahankan manisan terong khas Garut dengan inovasi agar tak kalah saing di pasar oleh-oleh.
Manisan terung ungu Nyi Empol. (Sumber: Instagram @warung_bulienz)
Ayo Netizen 05 Jun 2025, 12:39 WIB

6 Tulisan Orisinal Terbaik Mei 2025, Total Hadiah Rp1,5 Juta untuk Netizen Aktif Berkontribusi

Pengumuman 6 tulisan orisinal terbaik dari netizen yang aktif berkontribusi pada periode Mei 2025.
Dalam tujuan mengapreasiasi kamu yang gemar menulis dengan etika orisinalitas, Ayobandung.id pun memberi total hadiah Rp1,5 juta setiap bulannya. (Sumber: Pexels/Lisa)
Beranda 05 Jun 2025, 10:39 WIB

Polemik Tablet Rp850 Juta untuk DPRD Bandung Barat di Tengah Seruan Efisiensi

DPRD Bandung Barat anggarkan Rp850 juta untuk tablet anggota dewan, ironi di tengah seruan efisiensi dari Presiden.
Ilustrasi tablet. (Sumber: Pexels | Foto: Matheus Bertelli)
Ayo Netizen 05 Jun 2025, 08:42 WIB

Negeri atau Swasta? Potret Ketimpangan Akses dan Kualitas Pendidikan

Benarkah semua sekolah negeri seperti tidak lebih baik dari swasta?
Ilustrasi murid sekolah negeri. (Sumber: Pexels/Yazid N)
Ayo Netizen 04 Jun 2025, 20:22 WIB

Membaca sambil Menikmati Makanan Khas Toko Buku Pelagia

Toko Buku Pelagia merupakan toko yang mengusung konsep kafe dan perpustakaan secara langsung.
Menu makanan Toko Pelagia, Kamis, 29 Mei 2025. (Sumber: Dokumentasi Penulis | Foto: Dias Ashari)
Ayo Biz 04 Jun 2025, 17:39 WIB

Dari Hobi ke Kesuksesan: Ria Nirwana dan Perjalanan Kreatifnya

Ria Nirwana memulai langkahnya tanpa pernah menyangka bahwa hobi kecilnya akan membawanya ke industri kreatif yang berkembang hingga ke luar negeri.
Ria Nirwana memulai langkahnya tanpa pernah menyangka bahwa hobi kecilnya akan membawanya ke industri kreatif yang berkembang hingga ke luar negeri. (Sumber: Instagram @rnirwana)
Ayo Netizen 04 Jun 2025, 17:20 WIB

Laki-Laki, Pancingan, dan Stigma Pengangguran

Jika kamu berada di skena pemancing, mungkin kamu merasakan betapa menyebalkan stigma pengangguran melekat terhadap diri mereka.
Ilustrasi memancing. (Sumber: Ayobandung.id | Foto: Restu Nugraha)
Ayo Biz 04 Jun 2025, 16:03 WIB

Dari Piyama Rumahan ke Panggung Gaya: Kisah Sukses Ckl Looks dan Revolusi Fesyen Santai

Ckl Looks merek lokal yang membawa piyama dari kamar tidur ke panggung gaya, lahir di tengah pasar yang melihat piyama sebagai pakaian semata untuk bersantai di rumah.
Ckl Looks merek lokal yang membawa piyama dari kamar tidur ke panggung gaya. (Sumber: Ckl Looks)
Ayo Netizen 04 Jun 2025, 14:12 WIB

Tips Meningkatkan Kepercayaan Diri Saat Public Speaking

Artikel ini membahas 6 tips praktis mengatasi rasa gugup sehingga dapat meningkatkan kepercayaan diri saat public speaking.
ada lelucon yang menyebut public speaking menduduki tingkat pertama hal yang paling ditakuti oleh orang-orang bahkan melebihi ketakutan akan kematian. (Sumber: Pexels/Rica Naypa)
Ayo Netizen 04 Jun 2025, 11:12 WIB

Ibadah Haji, Momentum Tunduk dan Berserah Diri

Sejatinya Ibadah haji merupakan momentum yang sangat tepat untuk belajar.
Ilustrasi ibadah haji. (Sumber: Pexels/Mido Makasardi)
Ayo Netizen 04 Jun 2025, 09:07 WIB

Ibadah Kurban, antara Kesungguhan dan Batas Kemampuan

Menyambut Idul Adha dengan cinta dan pengorbanan. Sebuah ibadah kurban.
Sapi dan kambing yang akan dikurbankan (Sumber: ayobandung.id)