Merawat Tradisi, Memuliakan Manusia Saat Idul Adha

Ibn Ghifarie
Ditulis oleh Ibn Ghifarie diterbitkan Jumat 06 Jun 2025, 18:44 WIB
Warga saat akan memotong hewan kurban jenis sapi dan domba di Halaman Masjid Lautze 2, Jalan Tamblong, Kota Bandung, Senin 17 Juni 2024. (Sumber: Ayobandung.com/Irfan Al-Faritsi) | Foto: Ayobandung.com/Irfan Al-Faritsi))

Warga saat akan memotong hewan kurban jenis sapi dan domba di Halaman Masjid Lautze 2, Jalan Tamblong, Kota Bandung, Senin 17 Juni 2024. (Sumber: Ayobandung.com/Irfan Al-Faritsi) | Foto: Ayobandung.com/Irfan Al-Faritsi))

Setiap tradisi, kepercayaan, dan agama mengajarkan pentingnya pengorbanan sebagai bentuk rasa syukur atas nikmat yang diterima. Ikhtiar ini diyakini sebagai upaya untuk menolak bala, menghindari bahaya, dan menjauhkan diri dari angkara murka.

Sejatinya, peringatan Idul Adha (Rayagung) yang jatuh pada 10 Zulhijjah dan tahun ini bertepatan dengan tanggal 6 Juni 2025, tidak semata-mata dimaknai sebagai pelaksanaan perintah Allah SWT untuk menyembelih hewan kurban (sapi, unta, kambing, kerbau, domba). Lebih dari itu, hari raya kurban adalah momentum yang tepat untuk menyembelih sifat-sifat kebinatangan dalam diri, seperti kerakusan, egoisme, ketamakan, dan hawa nafsu.

Tentunya pengorbanan ini harus didasari oleh keimanan yang kokoh, keikhlasan, semangat berbagi yang menumbuhkan solidaritas sosial dan mengedepankan nilai-nilai kemanusiaan. Pasalnya melalui ibadah kurban ini, manusia diingatkan tentang jalan menuju kebahagiaan membutuhkan pengorbanan, yang bukan dengan mengorbankan sesama manusia, melainkan dengan menaklukkan ego diri, memperkuat kepedulian sosial dan menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan.

Baca Juga: Hidup dalam Gelembung Digital

Jejak Rayagung

Untuk wilayah Priangan, biasanya pada tanggal sembilan Rayagung, baik di lingkungan mesjid maupun di kampung-kampung, banyak yang sudah menyediakan domba kurban yang sengaja untuk disembelih pada waktu sehabis khutbah lebaran Rayagung yang sering disebut kurban. 

Dalam bahasa Arab Lebaran Idul Kurban ini sering dinamakan Lebaran Idul Adha (hari raya kurban), merupakan hari yang paling baik untuk beramal. Pada zaman dulu, harga hewan kurban masih murah dan orang-orang mempunyai keyakinan agama bahwa siapa yang mengadakan kurban, hewan yang dikurbankannya itu bakal dinaiki kelak di akhirat. Banyak yang memberi kurban untuk dirinya sendiri, untuk ayah dan ibunya. 

Seekor domba untuk satu orang, seekor kerbau (sapi) untuk tujuh orang. Pada waktu itu, setiap mesjid, mendapat kiriman dari orang-orang mampu di Priangan lewat Kecamatan. Daging kurban dibagikan kepada ahli mesjid, orang kampung, dan tempat-tempat lainnya. Bagian untuk satu orang biasanya disebut gaganting, demikian pula di Kecamatan.

Pada zaman sekarang, karena mahalnya hewan kurban, hanya sedikit orang yang mampu berkurban. Akan tetapi, hal ini tidak membuat hari-hari kurban itu sepi. Setiap tahun pasti ada orang yang berkurban.

Pada tanggal sembilan Rayagung, dibunyikan lagi tabuh untuk memberitahukan bahwa nanti malam tanggal sepuluh Rayagung ada takbir bersama-sama di mesjid. Kemudian, keesokan harinya, pagi-pagi, diadakan salat sunat Lebaran Idul Adha. Setelah sampai pada waktunya, kira-kira pukul 6.30, semua orang yang datang terus salat sunat, berjamaah, kemudian khotib membacakan khutbahnya di mimbar. Setelah selesai khutbah, semua berdiri lalu bersalaman, bersamaan dengan bunyi tabuh penutup.

Saat Idul Adha itu tidak ada keramaian apa-apa, apalagi kalau tidak ada penyembelihan kurban. Akan tetapi semuanya itu tidak mungkin karena penyembelihan kurban merupakan salah satu syariat dari agama Islam. Apabila semuanya itu tidak dilaksanakan, itu berarti kita dikatakan tidak menghargai agama.

Golongan menak di kota Bandung pun mengetahui bahwa pada hari itu ada Lebaran, ada Kurban. Menurut cerita, kelak kerbau itu akan menjadi tunggangan di akhirat. Cerita ini sudah tidak asing lagi di kalangan masyarakat.

Bagi orang yang percaya dan senang bersedekah, karena tidak mampu berkurban, pada hari itu ia sering mengadakan selamatan. Begitu juga karena nama walilat yang biasa diramaikan pada tanggal sembilan Rayagung, di pasar, ramai orang berbelanja untuk menyiapkan makanan besar maupun kecil. Makanan itu biasanya dikirimkan ke rumah lebai dan kepada orang tua walaupun sedikit.

Bulan Zulhijah ini merupakan bulan yang baik, lain dari bulan-bulan yang lain. Bulan-bulan ini biasa dipergunakan orang untuk merayakan hari pernikahan agar mendapat kesenangan dan kesejahteraan. Malah kata orang mesjid, lebaran ini lebih dari fitrah, banyak orang yang mendadak nikah karena sering bakal ada keridan. (Hasan Mustapa, 2022:201-202)

Hikayat Kurban

Pedagang menjajakan hewan kurban di Kelurahan Turangga, Kecamatan Lengkong, Kota Bandung. (Sumber: Ayobandung.id | Foto: Kavin Faza)
Pedagang menjajakan hewan kurban di Kelurahan Turangga, Kecamatan Lengkong, Kota Bandung. (Sumber: Ayobandung.id | Foto: Kavin Faza)

Berkurban sangat dianjurkan untuk dikerjakan, selain merupakan ibadah, juga penegasan untuk mengorbankan apa yang paling kita cintai dalam hidup dan memuliakan manusia. Kurban manusia diganti kurban hewan, yang dagingnya dibagikan kepada orang-orang.

Bulan Zulhijah adalah bulan mulia. Selain karena ada ibadan haji yang merupakan rukun Islam kelima, juga ada ibadah kurban yang disebut Idul Adha (Idul Kurban) pada tanggal 10 yang merupakan hari raya selain Idul Fitri.

Bagi kita yang punya kelebihan harta sangat dianjurkan untuk berkurban, baik itu dengan kambing maupun sapi. Kurban pada hakikatnya adalah wujud pendekatan diri kepada Allah sekaligus mendorong orang untuk peduli dengan sesama.

Sesuai dengan namanya, “Adha” yang berarti menyembelih hewan, (kurban) yang berarti mendekatkan diri kepada Allah, ia sangat dianjurkan dalam Islam bagi yang mampu melakukannya. Nabi pernah mengatakan, siapa saja yang memperoleh kelapangan untuk berkurban, dan dia tidak mau berkurban, maka janganlah hadir di lapangan kami (untuk ikut shalat Id).

Dalam Al-Qur'an, Allah menyatakan, "Maka dirikanlah shalat karena Tuhanmu; dan berkurbanlah." (QS. Al-Kautsar [108]: 2)

Ibnu Taimiyyah dalam kitabnya, Majmu' Fatwa, menafsirkan dua ayat ini: Allah memerintahkan Nabi untuk mengumpulkan  dua ibadah yang agung, yaitu shalat dan menyembelih sikap taqarub (pendekatan diri kepada Allah), tawadhu, merasa butuh kepada Allah, husnuzan, keyakinan yang kuat dan ketenangan hati kepada Allah, janji, perintah, dan keutamaan-Nya.

Berkurban merupakan napaktilas dari apa yang dilakukan oleh Nabi Ibrahim dan putranya, Nabi Ismail.

Dengan kata lain, ibadah ini merupakan bentuk pelestarian dari tradisi (sunah) mulia dua sosok nabi dan rasul Allah. 

Zaid bin Arqam berkata, para sahabat bertanya kepada Nabi, “Wahai Rasulullah, hewan kurban apa ini?" 

Beliau menjawab, “Ini adalah sunah bapak kalian, Ibrahim.” Mereka bertanya lagi, “Lalu pada hewan tersebut, kami dapat apa, wahai Rasulullah?” 

Beliau menjawab, "Pada setiap bulu ada satu kebaikan."

Mereka bertanya lagi, "Bagaimana dengan shuf (bulu domba)?" 

Beliau menjawab, "Pada setiap bulunya ada satu kebaikan."

Al-Qur'an menceritakan bagaimana awal mula ibadah kurban ini dilakukan oleh Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail. Alkisah, pada suatu malam Ibrahim bermimpi disuruh Allah untuk menyembelih Ismail. Merasa itu adalah wahyu Allah, Ibrahim pun siap melaksanakannya. Namun, ia terlebih dulu menceritakan mimpinya kepada Ismail dan bermusyawarah dengannya. 

Dengan penuh ketulusan, keikhlasan, dan kesabaran, Ismail pun siap disembelih jika itu memang perintah Allah. Ismail tidak membantah (memprotes) justru siap untuk melaksanakan perintah-Nya. Mereka pun pergi ke Mina, dan saat belati Ibrahim hendak menggores leher, Allah mengganti Ismail dengan seekor domba.

Al-Qur'an menuturkan, "Maka ketika anak itu sampai (pada umur) sanggup berusaha bersamanya, (Ibrahim) berkata, “Wahai anakku! Sesungguhnya aku bermimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka pikirkanlah bagaimana pendapatmu!" Dia (Ismail) menjawab, “Wahai ayahku! Lakukanlah apa yang diperintahkan (Allah) kepadamu; Insya Allah engkau akan mendapatiku termasuk orang yang sabar." Maka ketika keduanya telah berserah diri dan dia (Ibrahim) membaringkan anaknya atas pelipis(nya), (untuk melaksanakan perintah Allah). 

Lalu Kami panggil dia, "Wahai Ibrahim! sungguh, engkau telah membenarkan mimpi itu." Sungguh, demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik. Sesungguhnya ini benar-benar suatu ujian yang nyata. Dan Kami tebus anak itu dengan seekor sembelihan yang besar. (QS. Ash-Shaffat [37]: 102-107)

Lebih dari sekadar ibadah wujud pendekatan diri kepada Allah (dimensi ritual), berkurban mengandung semangat kepekaan dan kepedulian sosial (dimensi sosial), rasa kemanusiaan. 

Dengan berkurban, dagingnya bukan semata untuk diri orang yang berkurban, tetapi dibagi-bagikan kepada masyarakat sekitar, terutama orang-orang miskin. Hal ini seperti disebutkan dalam hadis, Ali bin Abi Thalib  menuturkan,

"Rasulullah memerintahkan kepadaku untuk mengurusi hewan kurbannya, membagi-bagikan dagingnya, kulit dan pakaiannya, kepada orang-orang miskin, dan aku tidak diperbolehkan memberi sesuatu apa pun dari hewan kurban (sebagai upah) kepada penyembelihnya." (HR. Al-Bukhari dan Muslim)

Pesan penting berkurban dari sisi dimensi sosial adalah memberi. Memberi daging kurban yang berarti juga memberi kebahagiaan dan kegembiraan kepada orang lain. Stephen Post dan Jill Neimark dalam bukunya, Why Good Things Happen to Good People (2011), mengatakan bahwa memberi bisa melahirkan dampak positif secara psikis dan fisik bagi si pemberi. Dengan memberi, katanya, kita menyingkirkan emosi-emosi negatif yang bergejolak, seperti rasa marah, dengki dan iri hati, yang tentunya turut menjadi penyebab penyakit-penyakit psikis maupun fisik yang ditimbulkan oleh stres.

Sambil mengutip penelitian Paul Wink, Post dan Neimark mengemukakan bahwa memberi dibangun oleh tiga sifat penting: kecenderungan untuk memberi, empati, dan kompetensi, terutama kompetensi sosial. Ketiga sifat ini bergema ke dalam berbagai bidang kehidupan, membawa kesuksesan dalam pekerjaan, persahabatan, dan cinta, yang diharapkan dapat menghasilkan kebahagiaan dan kesehatan. Dalam ungkapan Neal Krause, satu orang tidak dapat memberikan bantuan yang efektif bagi orang lain tanpa dengan perasaan simpati dan welas asih. 

Dengan berkurban dan memberikan dagingnya kepada orang lain, kita sesungguhnya tengah membangun kepribadian kita menjadi lebih berkualitas juga menciptakan kondisi dan relasi sosial yang penuh dengan rasa simpati dan welas asih. Melalui berkurban, kita membangun dan memperkuat kepekaan dan kepedulian sosial kita, terutama terhadap orang-orang yang tidak mampu (lemah, fakir, miskin) secara ekonomi. Kita memberi mereka tidak hanya daging kurban, tetapi juga kebahagiaan dan kegembiraan. Kebahagiaan dan kegembiraan yang tidak hanya dirasakan saat Hari Raya Idul Adha (Kurban), tetapi berlanjut ke hari-hari berikutnya. (Ibnu Muhajir, 2020:301-305).

Baca Juga: Geger Bandung 1934, Pembunuhan Berdarah di Rumah Asep Berlian

Teladan yang Menginspirasi 

Ingat dari keteguhan iman dan loyalitas Ibrahim terhadap perintah Allah merupakan teladan yang perlu kita contoh dalam kehidupan sehari-hari. Jika pada masa dulu Ismail menjadi simbol kurban untuk menguji keimanan Ibrahim. Kini yang menjadi “Ismail-Ismail” tidak hanya dalam wujud hewan kurban, tetapi bisa segenap milik kita, bahkan diri kita bisa menjadi simbol kurban untuk menunjukkan keteguhan iman dan ketakwaan kita kepada Allah Swt.

Semangat kurban inilah yang barangkali mutlak sekaligus relevan dikedepankan dalam konteks kehidupan kebangsaan kita dewasa ini, saat bangsa mengalami krisis multidimensi yang tak kunjung reda.

Selain itu sebagian saudara-saudara kita ada yang sedang menghadapi musibah banjir, tanah longsor dan wabah penyakit yang diakibatkan oleh bencana alam yang melanda mereka. Relevansi dan signifikansi lain dari Idul Kurban berkait erat pesan moral kemanusiaan dan solidaritas sosial. 

Digantinya Ismail yang sedianya akan dikurbankan oleh Ibrahim dengan seekor hewan sembelihan yang besar, sesungguhnya mengindikasikan betapa Allah menghormati manusia dan menjaga nilai-nilai kemanusiaan.

Karena itu Allah tidak memperkenankan dan sangat melarang manusia mengorbankan manusia yang lain. Allah tidak haus darah dan tak butuh keratan daging dari jasad yang dikurbankan. Pada prinsipnya, syariat berkurban dengan menyembelih hewan yang telah memenuhi kualifikasi dan kriteria tertentu, bukan diperuntukkan Tuhan, yang akan sampai dan diterima Allah hanyalah niat ikhlas dan ketakwaan kita. Sebagaimana firman Allah: Bahwa bukan daging-daging dan darah hewan qurban itu yang diterima Allah, tetapi yang diterima Allah itu ialah takwa yang ada dalam ibadah kurban (al Hajj: 37).

Sedangkan daging kurban diberikan dan bagikan pada manusia, terutama fakir miskin, kaum tertindas, teraniaya, sebagai simbol kepedulian social yang berdimensi sangat luas itu tergantung kepada tingkat ketakwaan dan keberagamaan kita.

Manifestasi iman dan takwa tidak hanya dalam keyakinan dan meningkatnya penghayatan tetapi yang penting adalah wujud amaliah yang nyata dalam kehidupan bersama. Kepedulian terhadap sesama adalah agenda yang selalu harus dipupuk oleh umat Islam dalam rangka menjalankan dan mempererat tali ukhuwah islamiyah, ukhuwah wathoniah dan ukhuwah insaniah. 

Sebagaimana kita sadari bahwa Islam hadir kedunia ini sebagai ajaran yang rahmatan lil'alamiin, sebagai penebar dan pembawa kesejahteraan dunia dan akherat. Oleh kerena itu marilah keagungan dan keunggulan ajaran Islam kita buktikan dalam kehidupan sehari-hari hingga merasakan ketenteraman dan kedamaian terwujud di tengah kehidupan ini. 

Kurban menurut istilah suatu tindak perbuatan menghampirkan diri (taqarabu) kepada Allah Swt dengan jalan menyembelih hewan. Menyembelih kurban adalah ibadah yang akan dipetik keuntungannya dalam dimensi kehidupan di akherat kelak. Laksana satu ladang yang digarap dan ditanami dengan pohon yang berbuah, seperti padi, jeruk, rambutan dll, dimana akan berlaku hukum alami: siapa menanam, dia akan mengetam (memetik). 

Dalam istilah kita sekarang, berkurban adalah satu investasi (simpanan), deposito, hanya bedanya uang deposito dapat dimanfaatkan pada hari tua, sedangkan jasa ibadah kurban akan dihayati dalam dimensi kehidupan di akherat kelak.

Marilah kita memohon kepada Allah Swt semoga para jamaah haji yang sedang menunaikan ibadah di tanah suci dapat kembali dengan haji mabrur diterima amal ibadahnya, semakin bermanfaat bagi masyarakat dan kepada kita sekalian yang belum mempunyai kesempatan menunaikan rukun Islam kelima agar dilapangkan jalan menuju panggilan-Nya, dibukakan pintu rezeki yang seluas-luasnya, sehingga pembangunan bangsa ini berjalan lancar kemakmuran ekonomi terwujud, kesemarakan pengamalan ajaran Islam berjalan secara merata di kalangan kaum muslimin, amin. (Muhammad Julijanto, 2015:293-295).

Dengan demikian, Iduladha (Rayagung) bukan sekadar melaksanakan perintah menyembelih hewan kurban (sapi, kambing, domba, kerbau, unta) tetapi harus menjadi momentum yang tepat untuk meneladani keluarga Nabi Ibrahim dengan menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan. Inilah saat yang tepat (agung) untuk menyembelih sifat-sifat kebinatangan (kerakusan, egoisme, ketamakan, hawa nafsu) yang ada dalam diri kita. (*)

Artikel Rekomendasi Untuk Anda

Disclaimer

Tulisan ini merupakan artikel opini yang sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Pandangan yang disampaikan dalam artikel ini tidak mewakili pandangan atau kebijakan organisasi dan redaksi AyoBandung.id.

Ibn Ghifarie
Tentang Ibn Ghifarie
Pegiat kajian agama dan media di Institute for Religion and Future Analysis (IRFANI) Bandung.
Nilai artikel ini
Klik bintang untuk menilai

Berita Terkait

News Update

Beranda 13 Des 2025, 20:36 WIB

Arif Budianto dari Ayobandung.id Raih Juara 1 Nasional AJP 2025, Bukti Kualitas Jurnalisme Lokal

Arif Budianto, jurnalis dari Ayobandung.id, tampil gemilang dengan meraih Juara 1 Nasional Kategori Tulis Bisnis sekaligus Juara 1 Regional Jawa Bagian Barat dalam AJP 2025.
Arif Budianto, jurnalis dari Ayobandung.id, tampil gemilang dengan meraih Juara 1 Nasional Kategori Tulis Bisnis sekaligus Juara 1 Regional Jawa Bagian Barat dalam AJP 2025. (Sumber: Ayobandung.id)
Ayo Biz 13 Des 2025, 17:34 WIB

Jawa Barat Siapkan Distribusi BBM dan LPG Hadapi Lonjakan Libur Nataru

Mobilitas tinggi, arus mudik, serta destinasi wisata yang ramai menjadi faktor utama meningkatnya konsumsi Bahan Bakar Minyak (BBM) dan Liquefied Petroleum Gas (LPG).
Ilustrasi. Mobilitas tinggi, arus mudik, serta destinasi wisata yang ramai menjadi faktor utama meningkatnya konsumsi Bahan Bakar Minyak (BBM) dan Liquefied Petroleum Gas (LPG). (Sumber: Ayobandung.id | Foto: Eneng Reni Nuraisyah Jamil)
Ayo Biz 13 Des 2025, 14:22 WIB

Di Balik Gemerlap Belanja Akhir Tahun, Seberapa Siap Mall Bandung Hadapi Bencana?

Lonjakan pengunjung di akhir tahun membuat mall menjadi ruang publik yang paling rentan, baik terhadap kebakaran, kepadatan, maupun risiko teknis lainnya.
Lonjakan pengunjung di akhir tahun membuat mall menjadi ruang publik yang paling rentan, baik terhadap kebakaran, kepadatan, maupun risiko teknis lainnya. (Sumber: Ayobandung.id | Foto: Eneng Reni Nuraisyah Jamil)
Ayo Netizen 12 Des 2025, 21:18 WIB

Menjaga Martabat Kebudayaan di Tengah Krisis Moral

Kebudayaan Bandung harus kembali menjadi ruang etika publik--bukan pelengkap seremonial kekuasaan.
Kegiatan rampak gitar akustik Revolution Is..di Taman Cikapayang
Ayo Netizen 12 Des 2025, 19:31 WIB

Krisis Tempat Parkir di Kota Bandung Memicu Maraknya Parkir Liar

Krisis parkir Kota Bandung makin parah, banyak kendaraan parkir liar hingga sebabkan macet.
Rambu dilarang parkir jelas terpampang, tapi kendaraan masih berhenti seenaknya. Parkir liar bukan hanya melanggar aturan, tapi merampas hak pengguna jalan, Rabu (3/12/25) Alun-Alun Bandung. (Sumber: Dokumentasi Penulis | Foto: Ishanna Nagi)
Ayo Netizen 12 Des 2025, 19:20 WIB

Gelaran Pasar Kreatif Jawa Barat dan Tantangan Layanan Publik Kota Bandung

Pasar Kreatif Jawa Barat menjadi pengingat bahwa Bandung memiliki potensi luar biasa, namun masih membutuhkan peningkatan kualitas layanan publik.
Sejumlah pengunjung memadati area Pasar Kreatif Jawa Barat di Jalan Pahlawan No.70 Kota Bandung, Rabu (03/12/2025). (Foto: Rangga Dwi Rizky)
Ayo Jelajah 12 Des 2025, 19:08 WIB

Hikayat Paseh Bandung, Jejak Priangan Lama yang Diam-diam Punya Sejarah Panjang

Sejarah Paseh sejak masa kolonial, desa-desa tua, catatan wisata kolonial, hingga transformasinya menjadi kawasan industri tekstil.
Desa Drawati di Kecamatan Paseh. (Sumber: YouTube Desa Drawati)
Ayo Netizen 12 Des 2025, 18:57 WIB

Kota untuk Siapa: Gemerlap Bandung dan Sunyi Warga Tanpa Rumah

Bandung sibuk mempercantik wajah kota, tapi lupa menata nasib warganya yang tidur di trotoar.
Seorang tunawisma menyusuri lorong Pasar pada malam hari (29/10/25) dengan memanggul karung besar di Jln. ABC, Braga, Sumur Bandung, Kota Bandung. (Foto: Rajwaa Munggarana)
Ayo Netizen 12 Des 2025, 17:53 WIB

Hubungan Diam-Diam antara Matematika dan Menulis

Penjelasan akan matematika dan penulisan memiliki hubungan yang menarik.
Matematika pun memerlukan penulisan sebagai jawaban formal di perkuliahan. (Sumber: Dok. Penulis | Foto: Caroline Jessie Winata)
Ayo Netizen 12 Des 2025, 16:44 WIB

Banjir Orderan Cucian Tarif Murah, Omzet Tembus Jutaan Sehari

Laundrypedia di Kampung Sukabirus, Kabupaten Bandung, tumbuh cepat dengan layanan antar-jemput tepat waktu dan omzet harian lebih dari Rp3 juta.
Laundrypedia hadir diperumahan padat menjadi andalan mahasiswa, di kampung Sukabirus, Kabupaten Bandung, Kamis 06 November 2025. (Sumber: Fadya Rahma Syifa | Foto: Fadya Rahma Syifa)
Ayo Netizen 12 Des 2025, 16:29 WIB

Kedai Kekinian yang Menjadi Tempat Favorit Anak Sekolah dan Mahasiswa Telkom University

MirukiWay, UMKM kuliner Bandung sejak 2019, tumbuh lewat inovasi dan kedekatan dengan konsumen muda.
Suasana depan toko MirukiWay di Jl. Sukapura No.14 Desa Sukapura, Kecamatan Dayeuhkolot, Kabupaten Bandung, Selasa, (28/10/2025). (Sumber: Dokumentasi Penulis | Foto: Nasywa Hanifah Alya' Al-Muchlisin)
Ayo Netizen 12 Des 2025, 15:53 WIB

Bandung Kehilangan Arah Kepemimpinan yang Progresif

Bandung kehilangan kepemimpinan yang progresif yang dapat mengarahkan dan secara bersama-sama menyelesaikan permasalahan yang kompleks.
Wali Kota Bandung, Muhammad Farhan, meninjau lokasi banjir di kawasan Rancanumpang. (Sumber: Humas Pemkot Bandung)
Ayo Netizen 12 Des 2025, 15:31 WIB

Tren Olahraga Padel Memicu Pembangunan Cepat Tanpa Menperhitungkan Aspek Keselamatan Jangka Panjang?

Fenomena maraknya pembangunan lapangan padel yang tumbuh dengan cepat di berbagai kota khususnya Bandung.
Olahraga padel muncul sebagai magnet baru yang menjanjikan, bukan hanya bagi penggiat olahraga, tapi juga bagi pelaku bisnis dan investor. (Sumber: The Grand Central Court)
Beranda 12 Des 2025, 13:56 WIB

Tekanan Biological Clock dan Ancaman Sosial bagi Generasi Mendatang

Istilah biological clock ini digunakan untuk menggambarkan tekanan waktu yang dialami individu, berkaitan dengan usia dan kemampuan biologis tubuh.
Perempuan seringkali dituntut untuk mengambil keputusan berdasarkan pada tekanan sosial yang ada di masyarakat. (Sumber: Unsplash | Foto: Alex Jones)
Ayo Netizen 12 Des 2025, 13:39 WIB

Jalan Kota yang Redup, Area Gelap Bandung Dibiarkan sampai Kapan?

Gelapnya beberapa jalan di Kota Bandung kembali menjadi perhatian pengendara yang berkendara di malam hari.
Kurangnya Pencahayaan di Jalan Terusan Buah Batu, Kota Bandung, pada Senin, 1 Desember 2025 (Sumber: Dok. Penulis| Foto: Zaki)
Ayo Netizen 12 Des 2025, 12:56 WIB

Kegiatan Literasi Kok Bisa Jadi Petualangan, Apa yang Terjadi?

Kegiatan literasi berubah menjadi petualangan tak terduga, mulai dari seminar di Perpusda hingga jelajah museum.
Kegiatan literasi berubah menjadi petualangan tak terduga, mulai dari seminar di Perpusda hingga jelajah museum. (Dokumentasi Penulis)
Ayo Netizen 12 Des 2025, 10:28 WIB

Bandung Punya Banyak Panti Asuhan, Mulailah Berbagi dari yang Terdekat

Bandung memiliki banyak panti asuhan yang dapat menjadi ruang berbagi bagi warga.
Bandung memiliki banyak panti asuhan yang dapat menjadi ruang berbagi bagi warga. (Dokumentasi Penulis)
Ayo Netizen 12 Des 2025, 09:20 WIB

Menikmati Bandung Malam Bersama Rib-Eye Meltique di Justus Steakhouse

Seporsi Rib-Eye Meltique di Justus Steakhouse Bandung menghadirkan kehangatan, aroma, dan rasa yang merayakan Bandung.
Ribeye Meltique, salah satu menu favorit di Justus Steakhouse. (Sumber: Dokumentasi Pribadi | Foto: Seli Siti Amaliah Putri)
Ayo Netizen 12 Des 2025, 09:12 WIB

Seboeah Tjinta: Surga Coquette di Bandung

Jelajahi Seboeah Tjinta, kafe hidden gem di Cihapit yang viral karena estetika coquette yang manis, spot instagramable hingga dessert yang comforting.
Suasana Seboeah Tjinta Cafe yang identik dengan gaya coquette yang manis. (Foto: Nabella Putri Sanrissa)
Ayo Jelajah 12 Des 2025, 07:14 WIB

Hikayat Situ Cileunca, Danau Buatan yang Bikin Wisatawan Eropa Terpesona

Kisah Situ Cileunca, danau buatan yang dibangun Belanda pada 1920-an, berperan penting bagi PLTA, dan kini menjadi ikon wisata Pangalengan.
Potret zaman baheula Situ Cileunca, Pangalengan, Kabupaten Bandung. (Sumber: KITLV)