Bisnis Kehijau-Hijauan, Green Marketing atau Greenwashing?

S. Jan Christian Hasudungan J.
Ditulis oleh S. Jan Christian Hasudungan J. diterbitkan Kamis 12 Jun 2025, 08:12 WIB
Praktik greenwashing, pencitraan perusahaan untuk menipu publik. (Sumber: Pexels/Image Hunter)

Praktik greenwashing, pencitraan perusahaan untuk menipu publik. (Sumber: Pexels/Image Hunter)

Belakangan ini, isu lingkungan telah menjadi masalah yang cukup besar dan mengambil perhatian masyarakat secara global. Perubahan iklim yang tidak menentu, polusi, pencemaran, dan isu-isu lingkungan lainnya terlalu sering terjadi, seperti sudah menjadi hal yang biasa.

Berdasarkan laporan IPCC (Intergovernmental Panel on Climate Change), suhu global meningkat dengan signifikan secara terus-menerus sejak 2023 hingga saat ini. Hal ini disebabkan oleh dampak-dampak negatif yang disebabkan oleh aktivitas manusia sendiri, terutama di sektor bisnis. Misalnya, deforestasi pepohonan di hutan, pengerukan lahan hijau, dan lain-lain.

Semuanya dilakukan untuk kebutuhan bisnis pribadi, padahal kehidupan kita sendiri sangat bergantung pada kestabilan dan kesehatan lingkungan alam. Untuk mengatasi permasalahan tersebut, semua pihak dan sektor, terutama sektor bisnis, perlu dituntut untuk ikut serta membantu mengatasi permasalahan ini. Dunia bisnis jangan hanya menjadi penyebab isu lingkungan, tetapi juga harus berkontribusi menjadi pemberi solusi akan isu ini.

Salah satu bentuk kontribusi yang bisa dilakukan oleh para pebisnis dalam mengatasi isu lingkungan adalah dengan melakukan dan menerapkan konsep green marketing. Menurut penelitian Pudjianta dan Sabrina (2019) tentang penerapan green marketing, konsep ini merupakan strategi pemasaran yang mempertimbangkan kesehatan lingkungan pada semua aspek pemasarannya.  

Green marketing bisa dilakukan dengan memilih praktik yang ramah lingkungan dalam setiap proses bisnisnya, mulai dari proses pemilihan bahan baku, produksi, hingga penjualan kepada para konsumen. Misalnya, memilih bahan baku plastik daur ulang untuk membuat kursi, meja, dan perabotan rumah lainnya.

Pada dasarnya, tujuan utama dari konsep ini mengajak para konsumen untuk ikut serta dalam memiliki inisiatif hijau/inisiatif untuk menjaga lingkungan alam kita secara kolektif.

Melalui green marketing, perusahaan tidak hanya menjaga keberlanjutan lingkungan alam, tetapi juga bisa menjadikannya sebagai nilai jual dan identitas dari produk mereka.

Di zaman teknologi ini, banyak konten-konten di sosial media tentang permasalahan lingkungan dan banyak tren-tren yang mendorong masyarakat untuk lebih menjaga dan menyayangi lingkungannya. Sehingga, banyak dari masyarakat (yang juga berperan sebagai konsumen) mulai terpengaruhi dan memilih untuk membeli produk-produk dengan bahan baku yang ramah lingkungan sebagai salah satu cara menjaga lingkungan.

Hal ini menciptakan peluang baru bagi para pebisnis untuk meningkatkan profitabilitas perusahaannya. Jadi, jika diterapkan dengan jujur, tepat, dan konsisten, green marketing memiliki potensi yang sangat besar di dunia bisnis. Terutama dengan meningkatnya kesadaran masyarakat akan isu lingkungan yang terjadi ini. 

Green Marketing vs Greenwashing

Namun, tidak bisa dipungkiri bahwa selalu ada celah negatif di dalam setiap hal, dan ini juga berlaku pada green marketing. Banyak pengusaha yang menyalahgunakan konsep ini secara sengaja, yang bisa disebut sebagai greenwashing. Becker-Olsen & Potucek (2013) menyatakan bahwa praktik ini merupakan upaya perusahaan untuk mempromosikan citra ramah lingkungan yang palsu atau menyesatkan. Mereka mengklaim bahwa mereka peduli dengan kesehatan lingkungan, padahal justru sebenarnya mereka tidak melakukan praktik keberlanjutan alam.

Dalam banyak kasus, para pelaku greenwashing ini tetap merusak lingkungan, seperti membuang limbah sembarangan, menyumbang banyak emisi gas, dan lain-lain. Hal ini pernah dilakukan oleh perusahaan besar, yaitu Nestle. Mereka mengklaim bahwa botol plastik mereka menggunakan bahan dasar plastik daur ulang.

Perusahaan ini menyatakan bahwa mereka memiliki komitmen yang tinggi untuk mengurangi limbah plastik.  Padahal, kenyataannya, laporan dari organisasi lingkungan seperti Break Free From Plastic (2021) menunjukkan bahwa NestlĂ© secara konsisten menjadi salah satu penyumbang sampah plastik terbesar di dunia. Dan bahkan bukan hanya NestlĂ© saja, tetapi banyak juga perusahaan lainnya yang melakukan praktik-praktik penipuan hijau seperti ini. 

Banyak pebisnis yang seringkali mengklaim bahwa perusahaan mereka adalah bisnis hijau, tetapi mereka jarang menyertakan fakta-fakta atau data-data konkrit terkait hal tersebut. Hal ini memperlihatkan bahwa masih banyak perusahaan yang tidak transparan akan klaim keberlanjutannya. Dan contoh kasus tersebut juga menunjukkan bahwa strategi green marketing itu bisa dimanipulasi sebagai alat pencitraan dengan mudah oleh para pelaku bisnis. Alih-alih menjadi solusi kestabilan lingkungan alam, green marketing malah disalahgunakan dan justru menambah masalah lagi dengan menyesatkan dan menipu para konsumen yang memang ingin menjaga lingkungan alam.

Akibatnya, para konsumen menjadi kesulitan membedakan mana perusahaan yang memang benar-benar berkelanjutan, dan mana perusahaan yang menipu hanya untuk menarik minat mereka. Konsumen juga menjadi memiliki keraguan dan kesulitan untuk percaya kepada para pelaku bisnis.

Baca Juga: Perang Melawan Narkoba: Refleksi 26 Juni

Apabila greenwashing ini terus dilakukan, dampak negatif yang disebabkan bukan hanya akan berpengaruh kepada aspek sosial saja. Tetapi kembali lagi, hal ini juga akan tetap berpengaruh pada kesehatan lingkungan alam kita. Jika praktik ini terus dinormalisasi, akan semakin banyak perusahaan yang akan melakukan strategi serupa, dan kepercayaan publik akan terus menurun terhadap inisiatif hijau yang selama ini dilakukan. Ketika hal itu terjadi, tujuan utama dari green marketing juga akan terhambat. Karena, strategi yang seharusnya digunakan untuk menjaga alam, malah disalahgunakan, dan merusak kesehatan alam itu sendiri. 

Padahal, praktik greenwashing ini juga berdampak negatif dan bisa berbahaya bagi reputasi perusahaan jika ketahuan oleh publik. Dan hal ini memang sudah pernah kejadian kepada salah satu perusahaan mobil besar, Volkswagen. Berdasarkan pernyataan Franks (2015), Volkswagen menggunakan perangkat lunak untuk mencurangi tes uji emisi terkait mobil-mobilnya, yang ternyata melanggar regulasi batas standar emisi di Amerika.

Padahal, mereka mengklaim bahwa mobilnya lebih ramah lingkungan. Skandal yang disebut-sebut sebagai “Dieselgate” ini sangat besar dan terkenal pada tahun 2015. Saking besarnya, Volkswagen sampai dikatakan mengalami kerugian finansial sebesar $40 miliar. Maka itu, pemerintah sebagai pihak yang berwenang, perlu untuk memperkuat regulasi-regulasi terkait green marketing untuk mengurangi adanya praktik-praktik penipuan seperti greenwashing.

Tips-Tips Mengatasi Greenwashing sebagai Konsumen 

Praktik greenwashing, pencitraan perusahaan untuk menipu publik. (Sumber: Pexels/Pixabay)
Praktik greenwashing, pencitraan perusahaan untuk menipu publik. (Sumber: Pexels/Pixabay)

Sementara mengharapkan pergerakan dan ketegasan dari pemerintah, kita sebagai konsumen yang ingin menjaga lingkungan alam juga perlu untuk menjadi lebih kritis dalam menghadapi hal-hal terkait. Ada beberapa cara dari saya untuk melakukan hal tersebut, antara lain yaitu dengan memperhatikan transparansi informasi dari perusahaan-perusahaan hijau.

Kita perlu mengetahui informasi-informasi dasar seperti klaim keberlanjutannya, laporan dampak lingkungannya, kredibilitas, dan juga sertifikasi-sertifikasi yang valid dari lembaga-lembaga lingkungan yang resmi. Setelah itu, kita bisa melihat dan membandingkan antara klaim-klaim dan informasi-informasi tersebut dengan kenyataannya di lapangan. 

Kita juga bisa lebih selektif dalam memilih produk-produk hijau yang dijual di pasaran, misalnya dengan mencari tahu bahan-bahan bakunya. Apakah bahan-bahan tersebut itu ramah lingkungan, atau justru tidak. Kita juga harus menghindari produk-produk hijau yang memiliki klaim berkelanjutan, tetapi tidak ada penjelasan konkritnya.

Hal tersebut bisa saja merupakan praktik penipuan seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya. Jika ragu, anda bisa memastikannya melalui website organisasi-organisasi lingkungan seperti Greenpeace, Break Free From Plastic, ataupun website-website lainnya. Biasanya, mereka sering membuat laporan-laporan tentang perusahaan yang melakukan praktik greenwashing, meskipun tidak memuat semua perusahaan.

Selain itu, kita tidak boleh hanya memercayai produk produk dengan tulisan “eco friendly”, “natural”, “sustainable”, dan semacamnya. Melainkan, kita juga perlu mengenali dan label-label/sertifikasi produk produk hijau yang benar-benar diakui secara internasional, maupun nasional.

Ada banyak sertifikasi resmi yang bisa dijadikan sebagai patokan untuk produk-produk hijau, mulai dari sertifikasi nasional, hingga internasional. Misalnya, seperti FSC (Forest Stewardship Council), Ecolabel, USDA Organic (United States Department of Agriculture) untuk produk-produk internasional. Sedangkan untuk sertifikasi lokal bisa dari lembaga lingkungan GPCI (Green Product Council Indonesia).

Kembali lagi, konsep green marketing memang membuka peluang-peluang baru bagi para pebisnis di dalam dunia bisnis sekaligus menjaga kesehatan lingkungan. Tetapi, jika konsep dan praktiknya tidak sejalan, maka  perusahaan hanya melakukan greenwashing.

Praktik tersebut sangat bertolak belakang dengan konsep green marketing. Yang satu bertujuan untuk menciptakan keberlanjutan, sedangkan yang satu lagi dilakukan hanya dengan pencitraan untuk keuntungan pribadi, dan malah merusak alam. Oleh karena itu, diperlukan tindakan-tindakan penyelesaian masalah dari pihak-pihak yang terkait. Mulai dari pemerintah, para pebisnis, bahkan hingga diri kita sendiri sebagai konsumen. 

Baca Juga: 6 Tulisan Orisinal Terbaik Mei 2025, Total Hadiah Rp1,5 Juta untuk Netizen Aktif Berkontribusi

Jika semua pihak-pihak bisa bekerjasama dengan baik, maka diharapkan dapat terbentuk ruang bisnis hijau yang jujur, bertanggung jawab, transparan, dan berkomitmen pada kesehatan lingkungan secara nyata. Karena pada akhirnya, keberlanjutan lingkungan di dalam dunia bisnis bukan hanya menjadi tanggung jawab para pebisnis seorang, tetapi menjadi tanggung jawab kita juga sebagai konsumen yang menginginkan keberlanjutan lingkungan.

Melalui pemahaman terkait perbedaan antara green marketing dan greenwashing, semoga kita semua bisa lebih baik dalam menjalankan tanggung jawab kita untuk menjaga lingkungan alam ini. Dan semoga para pebisnis juga bisa menyadari bahwa bahwa kepercayaan konsumen bukan sesuatu yang bisa dibangun dengan klaim palsu, melainkan dengan tindakan nyata yang berkelanjutan. Maka dari itu, ayo lebih kritis dalam membeli produk hijau dan basmi praktik greenwashing. (*)

Artikel Rekomendasi Untuk Anda

Disclaimer

Tulisan ini merupakan artikel opini yang sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Pandangan yang disampaikan dalam artikel ini tidak mewakili pandangan atau kebijakan organisasi dan redaksi AyoBandung.id.

S. Jan Christian Hasudungan J.
Mahasiswa Universitas Katolik Parahyangan (UNPAR) Prodi Administrasi Bisnis
Nilai artikel ini
Klik bintang untuk menilai

News Update

Ayo Netizen 18 Des 2025, 21:16 WIB

Sambel Pecel Braga: Rumah bagi Lidah Nusantara

Sejak berdiri pada 2019, Sambel Pecel Braga telah menjadi destinasi kuliner yang berbeda dari hiruk- pikuk kota.
Sambel Pecel Braga di tengah hiruk pikuk perkotaan Bandung. (Foto: Fathiya Salsabila)
Ayo Netizen 18 Des 2025, 20:42 WIB

Strategi Bersaing Membangun Bisnis Dessert di Tengah Tren yang Beragam

Di Tengah banyaknya tren yang cepat sekali berganti, hal ini merupakan kesempatan sekaligus tantangan bagi pengusaha dessert untuk terus mengikuti tren dan terus mengembangkan kreatifitas.
Dubai Truffle Mochi dan Pistabite Cookies. Menu favorite yang merupakan kreasi dari owner Bonsy Bites. (Dokumentasi Penulis)
Ayo Netizen 18 Des 2025, 20:08 WIB

Harapan Baru untuk Taman Tegallega sebagai Ruang Publik di Kota Bandung

Taman Tegallega makin ramai usai revitalisasi, namun kerusakan fasilitas,keamanan,dan pungli masih terjadi.
Area tribun Taman Tegalega terlihat sunyi pada Jumat, 5 Desember 2025, berlokasi di Jalan Otto Iskandardinata, Kelurahan Ciateul, Kecamatan Regol, Kota Bandung, Jawa Barat. (Sumber: Dokumentasi Penulis | Foto: Ruth Sestovia Purba)
Ayo Netizen 18 Des 2025, 19:38 WIB

Mengenal Gedung Sate, Ikon Arsitektur dan Sejarah Kota Bandung

Gedung Sate merupakan bangunan bersejarah di Kota Bandung yang menjadi ikon Jawa Barat.
Gedung Sate merupakan bangunan bersejarah di Kota Bandung yang menjadi ikon Jawa Barat. (Dokumentasi Penulis)
Ayo Netizen 18 Des 2025, 18:30 WIB

Kondisi Kebersihan Pasar Induk Caringin makin Parah, Pencemaran Lingkungan di Depan Mata

Pasar Induk Caringin sangat kotor, banyak sampah menumpuk, bau menyengat, dan saluran air yang tidak terawat, penyebab pencemaran lingkungan.
Pasar Induk Caringin mengalami penumpukan sampah pada area saluran air yang berlokasi di Jln. Soekarno-Hatta, Kec. Babakan Ciparay, Kota Bandung, pada awal Desember 2025 (Foto : Ratu Ghurofiljp)
Ayo Netizen 18 Des 2025, 17:53 WIB

100 Tahun Pram, Apakah Sastra Masih Relevan?

Karya sastra Pramoedya yang akan selalu relevan dengan kondisi Indonesia yang kian memburuk.
Pramoedya Ananta Toer. (Sumber: Wikimedia Commons | Foto: Lontar Foundation)
Ayo Jelajah 18 Des 2025, 17:42 WIB

Hikayat Jejak Kopi Jawa di Balik Bahasa Pemrograman Java

Bahasa pemrograman Java lahir dari budaya kopi dan kerja insinyur Sun Microsystems dengan jejak tak langsung Pulau Jawa.
Proses pemilahan bijih kopi dengan mulut di Priangan tahun 1910-an. (Sumber: KITLV)
Ayo Netizen 18 Des 2025, 17:21 WIB

Komunikasi Lintas Agama di Arcamanik: Merawat Harmoni di Tengah Tantangan

Komunikasi lintas agama menjadi kunci utama dalam menjaga stabilitas dan keharmonisan sosial di kawasan ini.
Monitoring para stakeholder di Kecamatan Arcamanik (Foto: Deni)
Ayo Jelajah 18 Des 2025, 16:40 WIB

Eksotisme Gunung Papandayan dalam Imajinasi Wisata Kolonial

Bagi pelancong Eropa Papandayan bukan gunung keramat melainkan pengalaman visual tanjakan berat dan kawah beracun yang memesona
Gunung Papandayan tahun 1920-an. (Sumber: KITLV)
Ayo Netizen 18 Des 2025, 15:16 WIB

Warisan Gerak Sunda yang Tetap Hidup di Era Modern

Jaipong merupakan jati diri perempuan Sunda yang kuat namun tetap lembut.
Gambar 1.2 Lima penari Jaipong, termasuk Yosi Anisa Basnurullah, menampilkan formasi tari dengan busana tradisional Sunda berwarna cerah dalam pertunjukan budaya di Bandung, (08/11/2025). (Sumber: Dokumentasi Penulis | Foto: Satria)
Ayo Netizen 18 Des 2025, 14:59 WIB

Warga Cicadas Ingin Wali Kota Bandung Pindahkan TPS ke Lokasi Lebih Layak

Warga Cicadas menghadapi masalah lingkungan akibat TPS Pasar Cicadas yang penuh dan tidak tertata.
Kondisi tumpukan sampah menutupi badan jalan di kawasan Pasar Cicadas pada siang hari, (30/11/2025), sehingga mengganggu aktivitas warga dan pedagang di sekitar lokasi. (Foto: Adinda Jenny A)
Ayo Netizen 18 Des 2025, 13:31 WIB

Kebijakan Kenaikan Pajak: Kebutuhan Negara Vs Beban Masyarakat

Mengulas kebijakan kenaikan pajak di Indonesia dari sudut pandang pemerintah dan sudut pandang masyarakat Indonesianya sendiri.
Ilustrasi kebutuhan negara vs beban rakyat (Sumber: gemini.ai)
Beranda 18 Des 2025, 12:57 WIB

Upaya Kreator Lokal Menjaga Alam Lewat Garis Animasi

Ketiga film animasi tersebut membangun kesadaran kolektif penonton terhadap isu eksploitasi alam serta gambaran budaya, yang dikemas melalui pendekatan visual dan narasi yang berbeda dari kebiasaan.
Screening Film Animasi dan Diskusi Bersama di ITB Press (17/12/2025). (Sumber: ayobandung.id | Foto: Halwa Raudhatul)
Ayo Netizen 18 Des 2025, 12:53 WIB

Dari Ciwidey Menembus India; Menaman dan Menjaga Kualitas Kopi Robusta

Seorang petani kopi asal Ciwidey berhasil menghasilkan kopi robusta berkualitas yang mampu menembus pasar India.
Mang Yaya, petani kopi tangguh dari Desa Lebak Muncang, Ciwidey—penjaga kualitas dan tradisi kopi terbaik yang menembus hingga mancanegara. (Sumber: Cantika Putri S.)
Ayo Netizen 18 Des 2025, 12:12 WIB

Merawat Kampung Toleransi tanpa Basa-basi

Kehadiran Kampung Toleransi bukan sekadar retorika, basa-basi, melainkan wujud aksi nyata dan berkelanjutan untuk merawat (merayakan) keberagaman.
Seorang warga saat akan menjalankan ibadah salat di Masjid Al Amanah, Gang Ruhana, Jalan Lengkong Kecil, Bandung. (Sumber: AyoBandung.com | Foto: Ramdhani)
Ayo Netizen 18 Des 2025, 11:04 WIB

Manusia dan Tebing Citatah Bandung

Mari kita bicarakan tentang Citatah.
Salah satu tebing di wilayah Citatah. (Sumber: Dokumentasi Penulis)
Ayo Netizen 18 Des 2025, 10:06 WIB

Satu Tangan Terakhir: Kisah Abah Alek, Pembuat Sikat Tradisional

Kampung Gudang Sikat tidak selalu identik dengan kerajinan sikat. Dahulu, kampung ini hanyalah hamparan kebun.
Abah Alek memotong papan kayu menggunakan gergaji tangan, proses awal pembuatan sikat. (Foto: Lamya Fatimatuzzahro)
Ayo Netizen 18 Des 2025, 09:52 WIB

Wargi Bandung Sudah Tahu? Nomor Resmi Layanan Aduan 112

Nomor resmi aduan warga Bandung adalah 112. Layanan ini solusi cepat dan tepat hadapi situasi darurat.
Gambaran warga yang menunjukkan rasa frustasi mereka saat menunggu jawaban dari Call Center Pemkot Bandung yang tak kunjung direspons (Sumber: Dokumentasi Penulis)
Ayo Netizen 18 Des 2025, 07:15 WIB

Akhir Tahun di Bandung: Saat Emas bagi Industri Resort dan Pariwisata Kreatif

Menjelang Natal dan Tahun Baru 2026, lonjakan kunjungan ke Kota Bandung serta tren wisata tematik di resort membuat akhir tahun menjadi momentum emas bagi pertumbuhan industri resort dan pariwisata.
Salah satu faktor yang memperkuat posisi Bandung sebagai destinasi akhir tahun adalah kemunculan resort-resort dengan konsep menarik (Sumber: Instagram @chanaya.bandung)
Beranda 18 Des 2025, 07:09 WIB

Rumah Seni Ropiah: Bukan Hanya Tempat Memamerkan Karya Seni, tapi Ruang Hidup Nilai, Budaya, dan Sejarah Keluarga

Galeri seni lukis yang berlokasi di Jalan Braga, Kota Bandung ini menampilkan karya-karya seni yang seluruhnya merupakan hasil ciptaan keluarga besar Rumah Seni Ropih sendiri.
Puluhan lukisan yang dipamerkan dan untuk dijual di Rumah Seni Ropih di Jalan Braga, Kota Bandung. (Sumber: ayobandung.id | Foto: Toni Hermawan)