Mengenal Greenwashing, Muslihat Korporasi yang Mengklaim Ramah dan Peduli Lingkungan

Andres Fatubun
Ditulis oleh Andres Fatubun diterbitkan Jumat 05 Sep 2025, 07:16 WIB
Ilustrasi greenwashing.

Ilustrasi greenwashing.

AYOBANDUNG.ID – Ayobandung.id menjadi salah satu media online dari Indonesia yang terpilih mengikuti Business and Climate Media Initiative Virtual Workshop. Kegiatan yang diinisiasi oleh Earth Journalism Network (EJN) ini menghadirkan juga jurnalis dari India, Bangladesh, dan Thailand.

Workshop berlangsung selama empat hari, pada 26–27 Agustus dan 2–3 September 2025. Workshop menghadirkan pakar lingkungan dari keempat negara, serta beberapa jurnalis yang berbagi pengalaman dalam meliput isu perubahan iklim.

Salah satu topik yang banyak mendapat perhatian adalah greenwashing, praktik yang sering diperdebatkan dalam adaptasi perubahan iklim.

Seperti diketahui, dalam beberapa dekade terakhir, isu lingkungan menjadi salah satu sorotan utama dunia bisnis. Perusahaan berlomba-lomba menampilkan diri sebagai pihak yang peduli terhadap bumi. Dari kampanye hemat energi hingga produk berlabel eco-friendly, semuanya terdengar menjanjikan. Namun, di balik gencarnya promosi itu, muncul sebuah istilah yang makin sering dibicarakan: greenwashing.

Greenwashing secara sederhana dapat diartikan sebagai praktik menampilkan citra ramah lingkungan yang berlebihan, palsu, atau menyesatkan. Korporasi yang melakukan greenwashing seolah-olah berkomitmen pada keberlanjutan, padahal kontribusinya terhadap kerusakan lingkungan masih besar. Dengan kata lain, hijau di luar, tapi di dalamnya abu-abu.

Istilah greenwashing pertama kali populer pada era 1980-an. Seorang aktivis lingkungan, Jay Westerveld, mengkritik kebijakan manajemen suatu hotel yang meminta tamu untuk tidak mengganti handuk demi menyelamatkan lingkungan. Menurutnya, kampanye tersebut hanyalah cara untuk menghemat biaya laundry, bukan benar-benar tindakan peduli bumi. Dari sanalah istilah greenwashing mulai dikenal luas.

Ciri-ciri greenwashing bisa bermacam-macam. Ada korporasi yang menggunakan label seperti "100% alami" atau "ramah lingkungan" tanpa bukti ilmiah. Ada pula yang menonjolkan program hijau dalam kegiatan CSR mereka. Di saat bersamaan, sebagian besar operasionalnya masih merusak alam. Simbol daun, warna hijau, atau gambar bumi kerap dipakai untuk memperkuat kesan seolah produk tersebut benar-benar berkelanjutan.

Salah satu contoh nyata greenwashing adalah industri energi fosil. Beberapa perusahaan minyak besar gencar beriklan tentang investasi mereka di energi terbarukan. Namun, jika ditelusuri lebih dalam, porsi investasi hijau tersebut hanya sebagian kecil dibandingkan keuntungan besar yang tetap berasal dari batubara, minyak, atau gas.

Warga memungut sampah botol dan gelas plastik di bawah jembatan Babakan Sapan (BBS) Batujajar, Kabupaten Bandung Barat (KBB), Jumat 30 Juni 2025. (Sumber: ayobandung.id | Foto: Irfan Al-Faritsi)
Warga memungut sampah botol dan gelas plastik di bawah jembatan Babakan Sapan (BBS) Batujajar, Kabupaten Bandung Barat (KBB), Jumat 30 Juni 2025. (Sumber: ayobandung.id | Foto: Irfan Al-Faritsi)

Produk plastik sekali pakai pun kerap menjadi bahan kampanye palsu. Misalnya, botol plastik dengan label biodegradable. Faktanya, plastik jenis ini hanya bisa terurai di fasilitas pengolahan khusus yang sangat terbatas. Jika tetap dibuang ke lingkungan, efeknya sama saja: mencemari tanah dan air.

Dampak greenwashing tidak bisa dianggap remeh.

Pertama, konsumen menjadi korban karena merasa telah membeli produk ramah lingkungan padahal tidak. Kedua, korporasi yang benar-benar serius berkomitmen ramah lingkungan tercoreng oleh klaim palsu. Ketiga, krisis iklim bisa semakin parah karena dunia terjebak pada pencitraan, bukan aksi nyata.

Greenwashing juga berbahaya karena menciptakan rasa puas yang semu bagi konsumen. Masyarakat merasa sudah berkontribusi menyelamatkan bumi hanya dengan membeli produk tertentu, padahal dampaknya minim. Ujungnya, tekanan terhadap industri untuk berubah menjadi berkurang karena "terlanjur" dicitrakan ramah lingkungan.

Beberapa organisasi internasional sudah mulai menyoroti isu ini. Uni Eropa, misalnya, kini tengah menyusun aturan ketat untuk membatasi klaim lingkungan yang menyesatkan. Perusahaan yang kedapatan melakukan greenwashing dapat dikenai sanksi, baik berupa denda maupun larangan menggunakan label hijau pada produknya.

Lantas, bagaimana cara masyarakat mengenali greenwashing? Pertama, cek apakah klaim perusahaan disertai sertifikasi resmi atau laporan keberlanjutan yang transparan. Kedua, jangan mudah percaya pada label hijau tanpa penjelasan detail. Ketiga, perhatikan konsistensi: apakah seluruh proses bisnisnya berorientasi pada keberlanjutan, atau hanya sebagian kecil saja.

Media dan jurnalis pun memiliki peran penting. Dengan liputan kritis, aksi muslihat greenwashing bisa dibongkar dan disorot ke publik. Tekanan dari media kerap membuat perusahaan tidak bisa lagi bersembunyi di balik iklan ramah lingkungan yang palsu, dan akhirnya terdorong untuk melakukan perubahan yang serius.

Namun usaha jurnalis untuk membongkar praktik greenwashing ini tentunya tidak semudah membalikan tangan. Perlu kolaborasi. Biasanya korporasi yang melakukan greenwashing akan menghindar atau menutup informasinya ketika ditanyakan lebih detil soal klaim hijau yang mereka publikasikan.

Dengan liputan kritis, praktik greenwashing bisa dibongkar dan disorot ke publik.
Dengan liputan kritis, praktik greenwashing bisa dibongkar dan disorot ke publik.

Pembicara asal Thailand, Sarinee Achavanuntakul, menilai grenwashing perlu terus dipantau secara ketat. Ia menekankan pentingnya mekanisme pengawasan, misalnnya setelah obligasi hijau diterbitkan, terutama untuk memastikan aliran dana apakah benar-benar digunakan pada proyek yang sesuai dengan janji ramah lingkungan atau tidak. Menurutnya, lemahnya pengawasan dan standar yang jelas membuat jurang antara klaim dan praktik semakin terbuka lebar.

Sarinee juga menilai, kredit karbon dari hutan yang kini marak ditawarkan perlu menjadi perhatian khusus karena rawan dijadikan komoditas semu yang lebih mengutamakan citra daripada dampak nyata terhadap lingkungan.

Sejalan dengan pandangan tersebut, Ramesh Matham, jurnalis dari harian Business Line di Chennai, India menilai greenwashing merupakan isu yang sangat relevan dan menarik untuk diteliti lebih jauh. Ia menegaskan, topik ini tidak hanya menyangkut integritas pasar keuangan, tetapi juga berkaitan erat dengan kepercayaan publik terhadap agenda keberlanjutan yang sedang digencarkan di berbagai negara.

Nilai artikel ini
Klik bintang untuk menilai

Berita Terkait

News Update

Ayo Netizen 23 Okt 2025, 21:22 WIB

Mengapa Pejabat Kita Perlu Membaca Buku?

Masihkah kita bisa berharap pada kebijakan publik yang berkualitas, jika pejabatnya sendiri jarang membaca buku?
Tanpa literasi atau membaca buku, pejabat hanya melahirkan kebijakan reaktif, dangkal, dan jangka pendek. (Sumber: Instagram | nusantara_maps)
Ayo Biz 23 Okt 2025, 20:55 WIB

Potensi Pasar Modal Syariah Indonesia: Tumbuh tapi Belum Proporsional?

Geliat investasi syariah menunjukkan tren positif, ditandai meningkatnya jumlah investor, diversifikasi produk, dan penetrasi teknologi yang memudahkan akses terhadap instrumen keuangan halal.
Geliat investasi syariah menunjukkan tren positif, ditandai meningkatnya jumlah investor, diversifikasi produk, dan penetrasi teknologi yang memudahkan akses terhadap instrumen keuangan halal. (Sumber: Freepik)
Ayo Biz 23 Okt 2025, 20:36 WIB

Mendorong Pertumbuhan Inklusif Lewat Festival Kolaboratif dan Digitalisasi Finansial

Sektor perbankan, sektor produktif, UMKM, dan industri kreatif kini tidak lagi berjalan sendiri-sendiri, melainkan saling terhubung dalam ekosistem yang saling menguatkan.
Sektor perbankan, sektor produktif, UMKM, dan industri kreatif kini tidak lagi berjalan sendiri-sendiri, melainkan saling terhubung dalam ekosistem yang saling menguatkan.
Ayo Netizen 23 Okt 2025, 19:34 WIB

Perelek, Kosakata Jadul yang Timbul Lagi

Perelek, sebuah kata jadul yang nyaris tenggelam ditelan zaman, belakangan ini ramai lagi dibicarakan di sosial media.
Dedi Mulyadi. (Sumber: Dok. DSDA Jabar)
Ayo Jelajah 23 Okt 2025, 18:40 WIB

Sejarah Tol Cipularang, Jalan Cepat Pertama ke Bandung yang Dibangun dari Warisan Krisis

Sejarah Tol Cipularang dari proyek gagal era 1990-an hingga simbol konektivitas Jakarta–Bandung. Penuh kisah krisis, pembangunan, dan mitos Gunung Hejo.
Tol Cipularang. (Sumber: Ayobandung | Foto: Irfan Al Faritsi)
Ayo Netizen 23 Okt 2025, 18:31 WIB

Diskriminasi Kelompok Minoritas oleh Muslim di Indonesia, Memahami Teori Identitas dan Persepsi Sosial

Membedah fenomena sosial ironis, yang kerap kali terjadi di tengah masyarakat sosial Indonesia.
Ilustrasi ruangan dalam gereja. (Sumber: Unsplash/Kaja Sariwating)
Ayo Netizen 23 Okt 2025, 17:49 WIB

I'ie Sumirat Legenda Bulutangkis Indonesia dari Bandung

I’ie Sumirat lahir di Bandung pada 15 November 1950 dan mulai menekuni bulutangkis sejak masa remaja.
Pada tahun 1976, puncak karier I’ie Sumirat tercapai saat ia berhasil menjuarai All England bersama pasangannya. (Sumber: Instagram/Badminton Indonesia)
Ayo Jelajah 23 Okt 2025, 16:18 WIB

Hikayat Komplotan Bandit Revolusi di Cileunyi, Sandiwara Berdarah Para Tentara Palsu

Kabut malam menutup jejak empat bandit berseragam. Dari Cileunyi hingga Rancaekek, tragedi itu jadi legenda kelam Bandung era revolusi tahun 1950-an.
Ilustrasi truk melintasi jalanan Cileunyi, Bandung, tahun 1950-an.
Ayo Netizen 23 Okt 2025, 15:27 WIB

Dalam Budaya Ketimuran, Komunitas LGBT malah Berkembang, Apa Penyebabnya?

LGBT sudah semakin banyak ditemui di dunia. Bagaimana bisa, hal yang pernah tabu itu menjadi normal di masa sekarang?
LGBT sudah semakin banyak ditemui di dunia. Bagaimana bisa, hal yang pernah tabu itu menjadi normal di masa sekarang? (Sumber: Pexels/Alexander Grey)
Ayo Netizen 23 Okt 2025, 13:10 WIB

Bandung Menawan, Bandung Siaga: Belajar Hidup Selaras dengan Alam

Di balik keindahan dan kreativitasnya, Bandung belajar menata diri, bukan sekadar untuk tampil menawan.
Jalan Asia-Afrika, Kota Bandung. (Sumber: Pexels/Raka Miftah)
Ayo Netizen 23 Okt 2025, 11:31 WIB

Hikayat Kaum Sarungan

Santri adalah peneguh nilai, penjaga moral bangsa, dan penggerak perubahan sosial.
Kampanye pakai sarung dengan fashion show di jalanan yang dilakukan oleh pecinta budaya di Semarang. Diperingati 3 Maret, sarung punya sejarah panjang. (Sumber: Ayo Semarang.com | Foto: Audrian Firhannusa)
Ayo Jelajah 23 Okt 2025, 11:21 WIB

Dari Barak Tentara ke Istana, Sejarah Mobil Maung Pindad Buatan Bandung

Dari bengkel kecil di Bandung hingga jadi mobil dinas pejabat, Maung buatan Pindad berubah dari kendaraan tempur jadi simbol nasionalisme baru.
Deretan kendaraan khusus Maung MV 3 Produksi PT Pindad di Bandara Husein Sastranegara, Kota Bandung. (Sumber: Ayobandung | Foto: Irfan Al Faritsi)
Ayo Netizen 23 Okt 2025, 10:10 WIB

Seperti Surabaya, Bandung Harus Belajar Atasi Limbah Popok dan Pembalut

Surabaya telah berhasil menjadi kota berkelanjutan karena upayanya dalam menghijaukan lingkungan.
Ilustrasi popok bayi. (Sumber: Pexels/Emma Bauso)
Ayo Netizen 23 Okt 2025, 08:57 WIB

Sore: Istri Dari Masa Depan, Cinta yang Terjebak dalam Putaran Waktu

Yandy Laurens selaku sutradara mengemas film "Sore: Istri Dari Masa Depan" dengan konsep time loop atau perjalanan lintas waktu.
Poster film Sore: Istri dari Masa Depan. (Sumber: Instagram/sheiladaisha)
Ayo Netizen 23 Okt 2025, 07:50 WIB

Kliwon dan Komposisi Instrumen Sorawatu

Komposisi kliwon disepakati sebagai proses mengheningkan cipta pada semesta.
 (Foto: Dokumentasi Penulis)
Ayo Netizen 22 Okt 2025, 21:06 WIB

Setahun Pendidikan Bermakna, Menanam Peradaban Lewat Tindakan Nyata

Menyoroti langkah Kemendikdasmen dalam membangun peradaban melalui kebijakan yang berdampak nyata bagi generasi muda.
Foto mengajar di SD Tewang Kadamba, Kalteng. (Foto: Eka)
Ayo Biz 22 Okt 2025, 20:30 WIB

Membangun Wisata yang Tak Merusak tapi Menghidupkan Alam dan Budaya Lokal

Di tengah tekanan kerja dan digitalisasi, banyak orang mencari pelarian ke alam. Tapi bukan sekadar alam liar, mereka menginginkan pula kenyamanan, estetika, dan pengalaman.
Di tengah gempuran wisata urban dan digital, LGE tetap mengusung semangat pelestarian budaya lokal Sunda, mulai dari nama tempat, makanan tradisional, hingga permainan rakyat. (Sumber: Ayobandung.id | Foto: Eneng Reni Nuraisyah Jamil)
Ayo Netizen 22 Okt 2025, 20:10 WIB

Enam Akar Asal-usul Agama

Jauh sebelum berdiri gereja, kuil, atau masjid, manusia telah lebih dulu menatap langit, gunung, petir, dan kematian dengan perasaan yang campur aduk.
The Histomap of Religion: The Story of Man’s Search for Spiritual Unity (John B. Sparks, 1952) (Sumber: UsefulCharts, https://www.youtube.com/watch?v=5EBVuToAaFI) | Foto: Arfi Pandu Dinata)
Ayo Netizen 22 Okt 2025, 19:17 WIB

Gastrokolonialisme: Pelajaran Pangan dari Hawaii untuk Indonesia

Tanpa kita sadari justru kita masih dijajah secara halus lewat orientasi pangan lokal yang semakin tergantikan dengan kampanye makanan olahan
Mengutip dari Sebumi, sebab pada akhirnya  perjuangan melawan kelaparan bukan sekedar mengisi perut, melainkan mengembalikan martabak di meja makan kita sendiri (Sumber: Freepik)
Ayo Biz 22 Okt 2025, 18:44 WIB

Pasar Syariah Belum Kompetitif? Begini Tantangan dan Solusi Investasi Islam di Indonesia

Dengan mayoritas penduduk Indonesia beragama Islam, potensi pengembangan instrumen keuangan yang sesuai prinsip syariah dinilai sangat besar.
Dengan mayoritas penduduk Indonesia beragama Islam, potensi pengembangan instrumen keuangan yang sesuai prinsip syariah dinilai sangat besar. (Sumber: Freepik)