AYOBANDUNG.ID -- Ada aroma yang khas ketika melangkah ke sebuah sudut Jalan Abdurachman Saleh, Kota Bandung. Semerbak harumnya berpadu dengan kehangatan suasana, menyambut siapa saja yang datang untuk mencicipi kue balok yang telah bertahan melawan perubahan zaman.
Di atas panggangan tradisional, rekahan terigu mulai mengembang perlahan. Api yang menyala dari arang membawa cerita puluhan tahun, seolah menyimpan jejak tangan-tangan yang meraciknya dengan penuh ketelitian.
Kang Didin, pria paruh baya yang kini mengemban warisan ini, tersenyum kecil mengenang perjalanan panjang yang membentuk usaha keluarganya.
"Dari kakek, bapak, lalu saya generasi ketiga," ujar Kang Didin, si empunya kedai dengan mata berbinar penuh kebanggaan saat berbincang dengan Ayobandung.
Dia bercerita usaha turun-temurun ini telah dirintis sejak tahun 1960-an, jauh sebelum modernisasi melesat dan menggempur jajanan tradisional.
“Usaha ini sudah berdiri dari waktu saya masih Sekolah Dasar (SD),” tambahnya.

Kue balok bukan hanya soal rasa. Di tanah Sunda, ada istilah kue jibeuh --hiji oge sebeuh, satu saja sudah kenyang. Alhasil kue balok sedianya bukan sekadar panganan biasa, tetapi bagian dari ingatan kolektif yang menghangatkan masa kecil banyak orang.
Namun, Kang Didin tahu bahwa bertahan di industri kuliner bukan hanya soal mengenang sejarah. Ia harus berinovasi agar kue balok tetap dicari dan dicintai.
Maka sejak 2009, ia mulai bereksperimen dengan berbagai varian rasa. Kini, belasan pilihan rasa tersedia, dari orisinal, keju, kacang, kismis, stroberi, hingga tiramisu dan green tea.
Salah satu inovasi yang paling digandrungi adalah kue balok setengah matang. Takaran api yang pas dengan cara memasak tradisional menggunakan arang, begitu menciptakan sensasi lumer di dalamnya, memanjakan lidah dan memberikan efek rasa kenyang yang khas.
"Dari dulu belum pernah kami ubah cara masaknya. Tetap pakai arang," ujar Kang Didin.
Berbagai topping manis yang meleleh di atasnya, berpadu dengan tekstur lembut dari lelehan adonan begitu lumer ketika menyentuh mulut. Rasanya begitu menghangatkan, seperti nostalgia yang hadir dalam bentuk makanan.
Di tengah gempuran makanan modern, Kue Balok Kang Didin tetap berdiri tegak, bukan hanya sebagai hidangan yang menggugah selera, tetapi sebagai bukti bahwa warisan rasa bisa terus hidup, selama ada tangan-tangan yang menjaga, dan hati yang tetap mencintai.

"Dari dulu kami ingin mempertahankan ciri khasnya, biar orang-orang tetap mengenal jajanan tradisional ini," tutupnya dengan penuh harap.
Bagi yang ingin menikmati kue balok dengan harga terjangkau ini, kedai Kue Balok Kang Didin bisa menjadi pilihan dan buka 24 jam, kecuali hari Senin.
Mulai dari Rp3.500 hingga Rp5.000 per potongnya, setiap gigitan adalah pertemuan antara masa lalu dan masa kini.
Buat kamu yang ingin menghabiskan sore atau malam yang syahdu tapi tak ingin menguras isi dompet, bolehlah lokasi wisata kuliner Bandung ini dilirik.
Informasi Umum Kue Balok Kang Didin
Alamat: Jl. Abdul Rahman Saleh No.52, Husen Sastranegara, Kecamatan Cicendo, Kota Bandung, Jawa Barat.
Jam Operasional: Buka 24 Jam
Telepon: 0812-2034-9939