Perjalanan Sang Desainer Linda Chandra: Tiga Dekade Lebih Menenun Mimpi dalam Sepasang Sepatu

Eneng Reni Nuraisyah Jamil
Ditulis oleh Eneng Reni Nuraisyah Jamil diterbitkan Senin 02 Jun 2025, 12:31 WIB
Di balik langkah yang diambil, ada cerita yang melekat erat. Bagi Linda Chandra, cerita itu terukir dalam setiap pasang sepatu yang ia buat. (Sumber: Linda Chandra)

Di balik langkah yang diambil, ada cerita yang melekat erat. Bagi Linda Chandra, cerita itu terukir dalam setiap pasang sepatu yang ia buat. (Sumber: Linda Chandra)

AYOBANDUNG.ID -- Di balik setiap langkah yang diambil, ada cerita yang melekat erat, dan bagi Linda Chandra, cerita itu terukir dalam setiap pasang sepatu yang ia buat.

Setelah meraih gelar sarjana dari Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Parahyangan Bandung, Linda Chandra, perempuan kelahiran Jakarta, 14 November 1968, telah menjadikan dunia desain alas kaki sebagai bagian dari hidupnya sejak 1992.

"Saya memang suka sekali dengan seni," ujar Linda, mengenang awal perjalanannya.

Tiga dekade lebih telah berlalu sejak ia pertama kali menapaki dunia desain alas kaki, namun semangatnya tetap menyala, seolah perjalanan ini baru dimulai.

Berawal dari kecintaan terhadap seni, Linda lahir di tengah keluarga pembuat perhiasan.

"Sejak kecil, saya sudah terbiasa melihat keindahan dan detail dari perhiasan yang dibuat oleh keluarga saya, karena kebetulan keluarga saya pembuat perhiasan," kenangnya.

Terlahir dalam keluarga pembuat perhiasan, alhasil ia pun sudah akrab dengan dunia estetika dan detail sejak kecil.

Tapi ada sesuatu yang lebih menggugah hatinya, yakni sepatu. Bagi Linda, sepatu bukan hanya pelengkap gaya, melainkan identitas, kepercayaan diri, dan kenyamanan.

"Saya awal-awal hanya bantu papa saya saja sejak sekolah sampai kuliah, dan dari situ saya mulai berpikir, seru juga kalau punya usaha sendiri, sampai akhirnya saya sadar ternyata saya suka sekali dengan Sepatu," tuturnya.

Kecintaannya terhadap sepatu tumbuh, semakin kuat, hingga akhirnya menjadi bagian dari identitasnya. Perjalanan bisnisnya pun dimulai dengan sebuah prinsip sederhana yaitu sepatu harus nyaman bagi pemiliknya.

"Sepatu secantik apa pun kalau nggak nyaman, pasti pengennya langsung dilepas, kan?" ujarnya sambil tersenyum.

Dikenal dengan desain yang eksotis, setiap desain  sepatu Linda Chandra dibuat dengan sistem made by order. (Sumber: Linda Chandra)
Dikenal dengan desain yang eksotis, setiap desain sepatu Linda Chandra dibuat dengan sistem made by order. (Sumber: Linda Chandra)

Dikenal dengan desain hingga detail sepatunya yang eksotis, Linda bercerita di bengkel kerjanya, setiap desain dibuat dengan sistem made by order.

Setiap pelanggan mendapatkan perhatian khusus, di mana bentuk dan ukuran kaki mereka diukur dengan detail, memastikan setiap sepatu yang dikenakan benar-benar ‘memeluk’ kaki pemiliknya.

Linda memahami bahwa kenyamanan bukan sekadar istilah, melainkan pengalaman.

"Kalau di tempat kami, setiap kaki diukur dan dibuat polanya masing-masing. Begitu dipakai, sepatunya mengikuti bentuk dan ukuran kaki, jadi terasa seperti bagian dari tubuh," jelasnya.

Tak hanya tentang kualitas, perjalanan panjang ini juga penuh dengan tantangan. Tapi Linda punya dua pegangan yang selalu ia yakini yaitu passion dan patient.

Baginya, menjalankan bisnis sepatu bukan sekadar mencari keuntungan, tapi menikmati setiap proses, setiap cerita pelanggan, dan setiap pasang sepatu yang lahir dari tangannya.

Kini, nama Linda Chandra tak hanya melambangkan kualitas dan eksklusivitas, tapi juga ketulusan dalam berkarya.

Di usianya yang kini menginjak lebih dari 30 tahun dalam dunia desain alas kaki, Linda bukan sekadar seorang pengusaha.

Ia adalah seniman yang menenun impian dalam setiap langkah, menjadikan sepatu bukan hanya benda, tetapi pengalaman yang bisa dirasakan.

Bagi Linda, setiap pasang sepatu yang ia buat adalah jembatan antara seni dan kenyamanan, antara impian dan realita, antara dirinya dan pelanggan yang percaya pada nilai yang ia tanamkan sejak hari pertama bahwa sepatu bukan sekadar alas kaki, tetapi bagian dari seseorang.

"Saya nggak akan pernah meninggalkan dua kata ini. Karenanya sejak 1992 sampai hari ini, saya sangat menikmati perjalanan karir saya," ujarnya penuh keteguhan.

Informasi Umum Linda Chandra Art Shoes (LC)

Alamat: Jalan Profesor Doktor Insinyur Sutami No.44, Sukarasa, Kecamatan Sukasari, Kota Bandung

Website: https://www.lclindachandra.com/

Instagram: https://www.instagram.com/lclindachandra

Berita Terkait

News Update

Ayo Netizen 04 Jun 2025, 20:22 WIB

Membaca sambil Menikmati Makanan Khas Toko Buku Pelagia

Toko Buku Pelagia merupakan toko yang mengusung konsep kafe dan perpustakaan secara langsung.
Menu makanan Toko Pelagia, Kamis, 29 Mei 2025. (Sumber: Dokumentasi Penulis | Foto: Dias Ashari)
Ayo Biz 04 Jun 2025, 17:39 WIB

Dari Hobi ke Kesuksesan: Ria Nirwana dan Perjalanan Kreatifnya

Ria Nirwana memulai langkahnya tanpa pernah menyangka bahwa hobi kecilnya akan membawanya ke industri kreatif yang berkembang hingga ke luar negeri.
Ria Nirwana memulai langkahnya tanpa pernah menyangka bahwa hobi kecilnya akan membawanya ke industri kreatif yang berkembang hingga ke luar negeri. (Sumber: Instagram @rnirwana)
Ayo Netizen 04 Jun 2025, 17:20 WIB

Laki-Laki, Pancingan, dan Stigma Pengangguran

Jika kamu berada di skena pemancing, mungkin kamu merasakan betapa menyebalkan stigma pengangguran melekat terhadap diri mereka.
Ilustrasi memancing. (Sumber: Ayobandung.id | Foto: Restu Nugraha)
Ayo Biz 04 Jun 2025, 16:03 WIB

Dari Piyama Rumahan ke Panggung Gaya: Kisah Sukses Ckl Looks dan Revolusi Fesyen Santai

Ckl Looks merek lokal yang membawa piyama dari kamar tidur ke panggung gaya, lahir di tengah pasar yang melihat piyama sebagai pakaian semata untuk bersantai di rumah.
Ckl Looks merek lokal yang membawa piyama dari kamar tidur ke panggung gaya. (Sumber: Ckl Looks)
Ayo Netizen 04 Jun 2025, 14:12 WIB

Tips Meningkatkan Kepercayaan Diri Saat Public Speaking

Artikel ini membahas 6 tips praktis mengatasi rasa gugup sehingga dapat meningkatkan kepercayaan diri saat public speaking.
ada lelucon yang menyebut public speaking menduduki tingkat pertama hal yang paling ditakuti oleh orang-orang bahkan melebihi ketakutan akan kematian. (Sumber: Pexels/Rica Naypa)
Ayo Netizen 04 Jun 2025, 11:12 WIB

Ibadah Haji, Momentum Tunduk dan Berserah Diri

Sejatinya Ibadah haji merupakan momentum yang sangat tepat untuk belajar.
Ilustrasi ibadah haji. (Sumber: Pexels/Mido Makasardi)
Ayo Netizen 04 Jun 2025, 09:07 WIB

Ibadah Kurban, antara Kesungguhan dan Batas Kemampuan

Menyambut Idul Adha dengan cinta dan pengorbanan. Sebuah ibadah kurban.
Sapi dan kambing yang akan dikurbankan (Sumber: ayobandung.id)
Ayo Netizen 03 Jun 2025, 19:20 WIB

Mirip Bentuk Tanda Baca Apostrof dan Petik Tunggal, Gunanya Ternyata Beda

Bicara tentang apostrof dan petik tunggal kali ini. Tanda baca yang mirip bentuknya, tapi beda fungsinya.
Meski bentuknya serupa, apostrof dan petik tunggal beda fungsinya. (Sumber: Ayobandung.id)
Ayo Biz 03 Jun 2025, 17:00 WIB

Delchi Patisserie: Ketika Sebuah Keresahan Berbuah Manis di Kota Kembang

Delchi Patisserie lebih dari sekadar patisserie, tempat ini adalah jawaban atas keresahan seorang perempuan bernama Pramesti Istiandari atau Ichi.
Mille Crepe sebagai primadona dari toko kue Delchi Patisserie. (Sumber: Instagram @delchi.id)
Ayo Netizen 03 Jun 2025, 15:33 WIB

Pembangunan untuk Siapa? Antara Kota Maju dan Desa yang Tertinggal

Pembangunan di Indonesia menunjukkan kecenderungan yang berat sebelah dengan lebih banyak menyasar wilayah perkotaan dan melupakan desa.
Di balik gemerlap pembangunan kota, ada permasalahan serius yang tidak boleh diabaikan. (Sumber: Pexels/Tom Fisk)
Ayo Biz 03 Jun 2025, 12:23 WIB

Perjuangan Rara Mengangkat Kecantikan Lokal, Filosofi di Balik Amora Beauty Cosmetic

Di balik kemilau industri kecantikan, ada kisah perempuan yang berani melangkah, mendobrak batasan, dan menghadirkan sesuatu yang lebih dari sekadar kosmetik.
Produk Lipcream Jawa Series dari brand lokal Amora Beauty Cosmetic. (Sumber: Instagram @amora.beautycosmetic)
Ayo Netizen 03 Jun 2025, 11:27 WIB

Kehidupan Remaja yang Terluka, Review Film Cry Me A Sad River

Film China “Cry Me A Sad River” diadaptasi dari novel “Bei Shang Ni Liu Cheng He” karya Guo Jingming.
Film China yang berjudul Cry Me A Sad River. (Sumber: Youtube/Cry Me A Sad River)
Ayo Netizen 03 Jun 2025, 09:06 WIB

Berfilosofi Memangkas Ego, Belajar Menerima Kegagalan seperti PSG

Ada pelajaran sangat berharga dari prestasi sepak bola yang ditorehkan PSG.
Terkadang seperti PSG, dibutuhkan keberanian untuk mulai dari nol, menyusun ulang fondasi, dan percaya pada proses. (Sumber: Pexels/TBD Traveller)
Ayo Netizen 02 Jun 2025, 20:32 WIB

Menjadikan Bandung Kota Sepeda, Realita yang Jauh dari Gambaran

Bandung bisa berubah, jika warganya memilih untuk tidak terus-menerus memilih hidup dalam kebisingan suara mesin dan kepulan asap knalpot.
Warga bersepeda di kawasan Alun-alun Bandung. (Sumber: Dokumentasi Penulis | Foto: Djoko Subinarto)
Ayo Netizen 02 Jun 2025, 18:44 WIB

Mencoba Lezatnya Bandeng Cabut Duri 79 di Summarecon Bandung

Bandeng Cabut Duri Sedap 79 menyediakan berbagai macam olahan ikan Bandeng.
Outlet Bandeng cabut Duri Sinpasa Summarecon Bandung (Sumber: Dokumentasi pribadi | Foto: Syifa Fauziah)
Ayo Biz 02 Jun 2025, 17:57 WIB

Twinnietwoes, Abon Tongkol Pasti Deudeuieun dari Garut

Berawal dari resep nenek, abon tongkol kering buatan Twinnietwoes kini jadi favorit dan merambah toko oleh-oleh serta pasar digital.
Abon tongkol Twinnietwoes (Sumber: Instagram @abon.tongkol_)
Ayo Biz 02 Jun 2025, 16:33 WIB

Dari Mimpi ke Mangkuk: Perjalanan Hendriq Mewujudkan Bakso Djando Guntursari

Di balik semangkuk Bakso Djando Guntursari yang kaya rasa, ada perjalanan panjang seorang pria yang berusaha mewujudkan mimpinya.
Bakso Djando Guntursari salah satu destinasi kuliner favorit di Bandung. (Sumber: Ayobandung.id | Foto: Eneng Reni Nuraisyah Jamil)
Ayo Netizen 02 Jun 2025, 15:06 WIB

Sekolah Rakyat Bisakah Jadi Solusi atau malah Tambal Sulam Kemiskinan?

Sekolah Rakyat merupakan program yang dicanangkan pemerintah untuk menjamin pendidikan kalangan ekonomi bawah dengan tujuan menuntaskan kemiskinan. Akankah menjadi angin segar?
Ilustrasi | Sekolah Rakyat dirancang sebagai sekolah berasrama dengan fasilitas lengkap, termasuk laboratorium, fasilitas olahraga, dan sistem pembelajaran berbasis teknologi. (Sumber: Ayobandung.id | Foto: Magang Foto/Algifari Tohaga Abdillah)
Ayo Biz 02 Jun 2025, 12:31 WIB

Perjalanan Sang Desainer Linda Chandra: Tiga Dekade Lebih Menenun Mimpi dalam Sepasang Sepatu

Di balik langkah yang diambil, ada cerita yang melekat erat. Bagi Linda Chandra, cerita itu terukir dalam setiap pasang sepatu yang ia buat.
Di balik langkah yang diambil, ada cerita yang melekat erat. Bagi Linda Chandra, cerita itu terukir dalam setiap pasang sepatu yang ia buat. (Sumber: Linda Chandra)
Ayo Jelajah 02 Jun 2025, 11:21 WIB

Jejak Bandung Baheula: Dari Dusun Sunyi hingga Kota yang Heurin Ku Tangtung

Kisah transformasi Bandung dari permukiman sunyi abad ke-17 menjadi kota urban yang padat dan penuh dinamika pada abad ke-20.
Suasana Bandung tahun 1968. (Sumber: Flickr | Foto: Frank Stamford)