AYOBANDUNG.ID -- Di tengah padatnya jantung kota Bandung, terselip sebuah gang sempit yang menyimpan sejarah panjang dan denyut industri tekstil local, yaitu Gang Tamim.
Meski hanya berjarak selemparan batu dari Pasar Baru yang ikonik, kawasan ini menjelma menjadi sentra jeans legendaris yang dikenal luas hingga ke berbagai pelosok Nusantara.
Awalnya, Gang Tamim bukanlah pusat perniagaan. Sebelum dikenal sebagai kawasan tekstil, tanah di sepanjang gang ini hanyalah hamparan kebun dan sawah.
Perubahan mulai terjadi ketika seorang perantau kaya asal Palembang bernama Haji Tamim menetap dan membuka lahan tersebut bagi warga sekitar untuk berdagang.
Atas kemurahan hatinya, lahan itu pun disulap menjadi pasar rakyat yang kemudian berkembang menjadi pusat kain.
Toko-toko di sepanjang gang, yang kini menjual berbagai jenis bahan dan denim, dulunya hanyalah jongko dan tenda pedagang sayur. Transformasi ini menjadi pondasi awal dari denyut usaha kecil-menengah yang berkembang hingga hari ini.
Munculnya Era Denim
Meski sempat didominasi kain batik pada era 1970-an, peralihan besar terjadi saat bahan denim mulai masuk ke Gang Tamim pada akhir 1980-an.
Saat itu, jeans mulai menjadi bagian tak terpisahkan dari identitas gang ini. Yang membuat kawasan ini berbeda adalah munculnya sistem jahit jeans custom, bukan sekadar menjual celana jadi.
Seorang pelaku awalnya adalah Dodo Sumarya, penjahit sekaligus pedagang kain yang memelopori tren ini di akhir 1990-an.
Ia menawarkan layanan jahit jeans dengan desain yang lebih modern dan mengikuti tren, seperti model bootcut dan hipster yang saat itu belum banyak ditemukan di pasaran.
"Layanan jahit sesuai model dan ukuran membuat pembeli merasa punya produk yang benar-benar personal," ungkap Dodo, yang berjualan menggunakan mobil Panther abu-abu dengan tenda sederhana di sisi gang.
Inovasi Dodo menjadi pemicu perubahan besar. Pedagang lain mulai mengikuti jejaknya, menjual kain denim sekaligus menyediakan jasa jahit. Gang Tamim pun bukan sekadar tempat belanja kain, tapi menjadi destinasi modifikasi dan gaya.
Masa Keemasan dan Tantangan
Memasuki awal 2000-an, Gang Tamim mencapai masa keemasan. Pembeli dari berbagai kota seperti Yogyakarta, Lampung, bahkan luar Jawa, berbondong-bondong datang untuk menjahit jeans dengan gaya khas masing-masing. Penjahit bekerja nyaris tanpa henti, memenuhi ratusan pesanan harian.
Namun, tren tak pernah diam. Popularitas jeans mulai digeser oleh tren celana chino yang mendominasi di era 2010-an.
Hal ini mendorong regenerasi pelaku usaha di Gang Tamim. Salah satunya adalah Daniel Gunadi, penjahit muda yang membawa sentuhan modern ke industri lama.
Dengan gaya toko minimalis semi-industrial dan staf anak muda, Daniel merespon tren chino dengan serius. Ia bahkan mengaku pernah menggarap hingga 600 potong celana custom per hari pada masa awal booming-nya.
"Anak-anak muda ingin punya celana yang merepresentasikan gaya mereka. Di sinilah tempatnya," kata Daniel, yang membuka usahanya tepat di tengah deretan toko kain Gang Tamim.
Bertahan dalam Gempuran Zaman
Meski tren terus berganti, Gang Tamim tetap berdiri sebagai simbol kehidupan UMKM lokal. Namun, para pelaku usaha di kawasan ini mengakui bahwa geliat dagang tidak sekuat dua dekade lalu.
Pesanan menurun, dan persaingan dari platform digital serta toko besar di pusat perbelanjaan turut memengaruhi arus pengunjung.
Baik Dodo maupun Daniel merasakan penurunan yang signifikan dalam volume produksi harian mereka. Jika dahulu Dodo bisa menjahit ratusan celana dalam sehari, kini jumlah itu hanya tinggal separuhnya.
Meski begitu, mereka tetap bertahan. Karena bagi para pelaku usaha di Gang Tamim, setiap jahitan bukan sekadar bisnis—melainkan warisan yang ingin terus dijaga.
Gang Tamim bukan hanya tempat belanja kain atau celana. Ia adalah saksi perjalanan zaman: dari kebun sunyi menjadi sentra denim penuh kreativitas.
Meski zaman berubah, spirit inovasi dan keunikan produk custom yang ditawarkan kawasan ini tetap menjadi daya tarik utama yang belum tergantikan.
Di era serba instan ini, Gang Tamim masih memberi ruang bagi mereka yang ingin tampil beda—dengan celana jahit sendiri, buatan tangan para pengrajin lokal yang setia menjaga kualitas dan detail.
Informasi Umum Gag Tamim
Alamat : Samping Pasar Baru
Jam Operasional: 09.00-18.00
Komoditas yang dijual: Bahan pakaian, terutama Denim/Jeans.
Jasa Lain: Jasa penjahit dan pembuatan denim custom.
Ditulis ulang dari hasil karya Nur Khansa Ranawati(*)