Peci M Iming, Simbol Nasionalisme yang Eksis Sejak 1918

Dudung Ridwan
Ditulis oleh Dudung Ridwan diterbitkan Jumat 13 Jun 2025, 09:51 WIB
Toko Peci M Iming di Bandung. (Foto: ist)

Toko Peci M Iming di Bandung. (Foto: ist)

AYOBANDUNG.ID -- Di tengah hiruk-pikuk modernitas, sebuah toko kecil di Simpang Lima, Bandung, tetap berdiri kokoh sebagai penjaga warisan simbol perjuangan bangsa, yaitu Peci M Iming.

Sejak 1918, peci beludru hitam yang kini kerap dijuluki 'Peci Soekarno' itu tak sekadar penutup kepala.

Peci ini menjelma menjadi simbol solidaritas, kesetaraan, dan perjuangan yang berakar kuat dalam sejarah Indonesia.

Jika dulu, peci hitam identik dengan keislaman dan maskulinitas. Namun di tangan Ir. Soekarno, peci mengalami transformasi makna.

Ia mengangkat peci sebagai identitas nasional yang melampaui sekat agama dan budaya. Peci menjadi lambang persatuan rakyat Indonesia, dari pejabat hingga rakyat biasa, dari ulama hingga nasionalis sekuler.

'Peci Soekarno' bukan hanya gaya pribadi sang proklamator, tetapi simbol ideologis yang memadukan semangat egaliter dan kebangsaan.

Nah, di balik peci legendaris itu, ada nama besar yang selama ini tak banyak disorot, yaitu M Iming, sang perintis.

Asal Usul Peci M Iming

M Iming lahir di Bandung dari keluarga perantau. Ayahnya, Usman, berasal dari Pekalongan dan hijrah ke Bandung sekitar 1890 demi mencari penghidupan baru.

Berbagai pekerjaan dijalani keluarga Iming, dari usaha telur asin hingga menjadi bellboy di hotel sederhana di kawasan Pasar Baru.

Dari sanalah titik balik dimulai. Iming menikah dengan Ningsih, putri pemilik hotel, dan lewat kakak iparnya, Tayubi, ia belajar seni menjahit peci.

Ketika Tayubi pensiun, bisnis peci diwariskan kepadanya. Bermodal satu mesin jahit, Iming mendirikan usaha rumahan bernama Peci M Iming di Jalan Ahmad Yani, Kosambi, Bandung.

“Awalnya dijahit sendiri, dijual di depan rumah,” ujar Yuliani Sabana, generasi keempat penerus usaha ini.

Berkat kualitasnya yang menyebar dari mulut ke mulut, peci M Iming mulai dikenal. Tak butuh waktu lama hingga kepala-kepala daerah dan tokoh nasional mulai memakainya, termasuk Soekarno.

Sejak saat itu, banyak pembeli datang dan langsung menyebut, “Mau beli peci Soekarno.”

Produk Warisan

Sampai saat ini, toko Peci M Iming tetap beroperasi di lokasi yang hampir tak berubah sejak zaman colonial, Jalan Jenderal Ahmad Yani No. 14, Parapatan Lima, Bandung.

Dindingnya dipenuhi rak peci, satu mesin jahit masih berdiri, dan foto Mas Iming tergantung sebagai pengingat sejarah.

“Ibu saya menyebut, dulu toko ini berdiri 1918. Jadi sekarang usianya sudah lebih dari satu abad,” ujar Bu Ela, cucu M Iming, yang kini memimpin toko tersebut.

Meski tampil sederhana, rumah produksi ini mampu memproduksi 10 hingga 20 kodi peci setiap hari, terutama saat Ramadan dan Idul Fitri.

Harganya bervariasi, mulai dari Rp85.000 hingga Rp500.000 tergantung model—dari peci polos hingga yang bermotif kaligrafi.

Peci M Iming tak hanya digunakan oleh masyarakat umum. Sejumlah pejabat dan tokoh publik dikenal sebagai pelanggan setia, seperti Ridwan Kamil, Airlangga Hartarto, dan mendiang Wali Kota Bandung, Mang Oded.

Meski sekarang peci lebih banyak dipakai dalam acara formal, semangat awal yang ditanamkan Soekarno dan dirintis Mas Iming tetap hidup, yaitu simbol keberanian, kesederhanaan, dan keindonesiaan.

Warisan Budaya yang Terus Bertahan

Di usia lebih dari satu abad, Peci M Iming tetap berpegang pada model produksi rumahan. Dibantu oleh sekitar 10 pegawai, toko ini masih menjaga kualitas dan kekhasannya.

Cabang-cabang yang ada di Bandung dikelola oleh keluarga, namun berdiri independen. Meski begitu, tantangan muncul dari omzet penjualan yang terus turun.

Namun Ela mengaku tak pernah menghentikan proses produksi. “Kami tetap buat, tetap jual, yang penting semangatnya jangan padam,” ujarnya.

Peci M Iming bukan hanya menjual produk, tetapi menyimpan kisah perjalanan bangsa. Ia merekam sejarah dari zaman kolonial, era kemerdekaan, hingga Indonesia modern.

Informasi Umum Peci M Iming

Alamat: JL. PH. Hasan Mustapa (Suci) No. 51 Sadang Serang, Coblong, Neglasari, Kec. Cibeunying Kaler, Kota Bandung, Jawa Barat 40133

Jam Operasional: 08.00-17.00 WIB

Instagram: m.iming.official

WhatsApp: 082128082096

Shopee: https://shopee.co.id/peci.m.iming.official

Tokopedia: www.tokopedia.com/imingofficial

Ditulis ulang dari tulisan karya Fira Nursyabani dan Dudung Ridwan.(*)

Disclaimer

Tulisan ini merupakan artikel opini yang sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Pandangan yang disampaikan dalam artikel ini tidak mewakili pandangan atau kebijakan organisasi dan redaksi AyoBandung.id.

Dudung Ridwan
Tentang Dudung Ridwan
Jurnalis dan Pengamat Bulutangkis
Nilai artikel ini
Klik bintang untuk menilai

Berita Terkait

News Update

Ayo Biz 17 Sep 2025, 16:26 WIB

Berdaya di Tengah Derita, Cara Santi Safitri Menulis Ulang Takdir Masyarakat Jalanan

Kepedulian tak mengenal batas ruang dan waktu. Ia bisa tumbuh dari kejenuhan, dari ketidakpastian, bahkan dari rasa tak berdaya.
Kegiatan para anggota dari Komunitas Perempuan Mandiri (KPM) Dewi Sartika dalam usaha konveksinya. (Sumber: Dok. KPM Dewi Sartika)
Ayo Netizen 17 Sep 2025, 16:07 WIB

Kadedemes, dari Krisis Pangan menuju Hidangan Penuh Makna

Kadedemes adalah olahan makanan yang berasal dari kulit singkong.
Kadedemes Kuliner Warisan Suku Sunda (Sumber: Dokumentasi Penulis | Foto: Dias Ashari)
Ayo Biz 17 Sep 2025, 15:13 WIB

Dari Simbol Status ke Ruang Ekspresi Diri, Generasi Muda Kini Menyerbu Lapangan Golf

Bukan sekadar olahraga, generasi muda, dari Milenial hingga Gen Z, mulai menjadikan golf sebagai bagian dari gaya hidup aktif dan reflektif.
Bukan sekadar olahraga, generasi muda, dari Milenial hingga Gen Z, mulai menjadikan golf sebagai bagian dari gaya hidup aktif dan reflektif. (Sumber: Ayobandung.id | Foto: Eneng Reni Nuraisyah Jamil)
Ayo Netizen 17 Sep 2025, 14:06 WIB

Lamsijan, Mang Kabayan, dan Langkanya Ilustrator Karakter Kesundaan

Saat ini ilustrator yang mengkhususkan diri mendalami karakter budaya Sunda sangatlah jarang. 
Komik Lamsijan. Saat ini ilustrator yang mengkhususkan diri mendalami karakter budaya Sunda sangatlah jarang. (Sumber: Istimewa | Foto: Istimewa)
Ayo Jelajah 17 Sep 2025, 12:36 WIB

Sejarah Stadion Si Jalak Harupat Bandung, Rumah Bersama Persib dan Persikab

Stadion kabupaten yang diresmikan 2005 ini kini jadi simbol Bandung. Rumah Persib, Persikab, Bobotoh, dan bagian dari sejarah sepak bola.
Stadion Si Jalak Harupat di Soreang yang jadi markas Persib Bandung dan Persikab. (Sumber: Pemkab Bandung)
Ayo Biz 17 Sep 2025, 12:35 WIB

Sendal Perempuan yang Tak Boleh Hanya Nyaman Dipakai

Sandal perempuan berfungsi sebagai alas kaki yang melindungi telapak dari panas, kotoran, maupun permukaan yang keras ketika beraktivitas. Namun sandal juga memberikan kenyamanan karena umumnya ringan
Ilustrasi Foto Sandal Perempuan. (Foto: Pixabay)
Ayo Biz 17 Sep 2025, 10:33 WIB

Surga Buku Jadul di Tengah Kota Bandung

Bagi pencinta buku lama dan koleksi majalah impor, Kota Bandung punya destinasi yang layak dikunjungi, Toko Buku Redjo. Toko ini berlokasi di Jalan Cipunagara Nomor 43, kawasan Cihapit, Bandung
Toko Buku Redjo. (Foto: GMAPS)
Ayo Biz 17 Sep 2025, 09:37 WIB

Studio Rosid, Tempat Paling Nyaman untuk Menikmati Karya Seni

Di tengah ramainya kehidupan perkotaan, terdapat sebuah ruang seni yang menawarkan atmosfer berbeda. Studio Rosid, yang berdiri sejak 2003 di Jalan Cigadung Raya Tengah No. 40, Kecamatan Cibeunying.
Galeri Seni Studio Rosid. (Foto: Dok. Ayobandung.com)
Ayo Netizen 17 Sep 2025, 06:09 WIB

Apakah Mentalitas 'Modal Janji' Berakar dari Masyarakat ?

Janji manis yang sering kali tidak ditepati membuat seseorang bisa kehilangan mempercayai semua pihak.
Janji manis seseorang yang tidak ditepati sungguh mencederai kepercayaan orang lain. (Sumber: Dokumentasi Penulis | Foto: Dias Ashari)
Ayo Biz 16 Sep 2025, 18:51 WIB

Bandung Bukan Milik Segelintir: BBFT dan Perjuangan Ruang yang Setara

Mereka ingin masyarakat melihat langsung bahwa difabel bukan kelompok yang terpisah. Mereka ada, dan mereka ingin dilibatkan.
BBFT ingin masyarakat melihat langsung bahwa difabel bukan kelompok yang terpisah. Mereka ada, dan mereka ingin dilibatkan. (Sumber: Ayobandung.id | Foto: Eneng Reni Nuraisyah Jamil)
Ayo Netizen 16 Sep 2025, 18:31 WIB

Huruf Kapital Tak Boleh Diabaikan, tapi Kapan Jangan Digunakan?

Tanpa huruf kapital, tulisan formal menjadi hamparan kata yang tak punya penekanan, kehilangan nuansa dan martabat.
Tanpa huruf kapital, tulisan formal menjadi hamparan kata yang tak punya penekanan, kehilangan nuansa dan martabat. (Sumber: Pexels/Brett Jordan)
Ayo Jelajah 16 Sep 2025, 17:33 WIB

Sejarah Gempa Besar Cianjur 1879 yang Guncang Kota Kolonial

Catatan sejarah Belanda ungkap 1.621 rumah hancur, dari penjara hingga gudang garam, akibat guncangan berhari-hari.
Dokumentasi kerusakan gempa Cianjur 1879. (Sumber: KITLV)
Ayo Biz 16 Sep 2025, 16:48 WIB

Reggae Menggema dari Lereng Bandung, Jejak The Paps dan Generasi Musik Bebas

Dari gang-gang kecil tempat anak muda berkumpul, hingga panggung-panggung komunitas yang tak pernah sepi, Bandung jadi rumah bagi banyak eksperimen musikal yang berani.
The Paps, band reggae asal Bandung yang tak hanya memainkan musik, tapi juga merayakan kebebasan dalam berkarya. (Sumber: dok. The Paps)
Ayo Netizen 16 Sep 2025, 16:10 WIB

Upaya Menyukseskan Program Revitalisasi Sekolah

Revitalisasi sekolah merupakan program pemerintah saat ini yang layak untuk diapresiasi.
Revitalisasi sekolah merupakan program pemerintah saat ini yang layak untuk diapresiasi. (Sumber: Unsplash/Husniati Salma)
Ayo Biz 16 Sep 2025, 15:37 WIB

Menyulam Asa di Dapur UMKM: Tiga Kisah Perjuangan, Inovasi, dan Harapan

Tiga sosok tangguh dari Bandung ini membuktikan bisnis kecil bisa punya dampak besar asal dijalani dengan tekad, inovasi, dan dukungan publik yang berkelanjutan.
Produk brownies bites yang gluten free, dairy free, dan low sugar dari Battenberg3. (Sumber: Ayobandung.id | Foto: Eneng Reni Nuraisyah Jamil)
Ayo Netizen 16 Sep 2025, 15:00 WIB

Kasian, Kota Bandung Tak Punya Gedung Festival Film

Ya, Bandung kota seni yang tak Nyeni. Seperti gadis cantik yang belum mandi.
Kota Bandung tak punya Gedung Festival Film. (Sumber: Pexels/Tima Miroshnichenko)
Ayo Jelajah 16 Sep 2025, 14:15 WIB

Sejarah DAMRI, Bus Jagoan Warga Bandung

Sejak 1960-an, DAMRI mewarnai jalanan Bandung. Dari trial and error, berkembang jadi transportasi publik penting, kini hadir dengan armada bus listrik.
Bus DAMRI jadul di Kota Bandung. (Sumber: Ayobandung)
Ayo Biz 16 Sep 2025, 12:14 WIB

Mouthwash, Bukan Hanya Sekedar Obat Kumur yang Bikin Napas Segar

Mouthwash atau obat kumur adalah cairan khusus yang digunakan sebagai pelengkap perawatan mulut dan gigi. Fungsinya tidak hanya untuk menyegarkan napas, tetapi juga membantu mengurangi jumlah bakteri
Mouthwash Listerin. (Foto: Pixabay)
Ayo Biz 16 Sep 2025, 10:21 WIB

Elastico 7, Cerita Dua Sahabat Membangun Brand Olahraga hingga Go Internasional

Industri fesyen olahraga di Indonesia terus berkembang, dan salah satu merek lokal yang berhasil menorehkan prestasi hingga kancah internasional adalah Elastico 7. Brand asal Bandung ini lahir satu de
Produk Jersey Elastico 7 (Foto: GMAPS)
Ayo Biz 16 Sep 2025, 08:52 WIB

Toko Roti Legendaris di Bandung, Berdiri Sejak 1954

Toko Roti Sidodadi, Legenda Kuliner Bandung yang Tetap Bertahan Sejak 1954Bandung dikenal memiliki deretan kuliner legendaris, salah satunya Toko Roti Sidodadi yang sudah berdiri sejak 1954. Meski usi
Aneka Jenis Roti di Toko Roti Sidodadi. (Foto: GMAPS)