Sejarah Stadion Sidolig, Saksi Bisu Perjuangan Sepak Bola Bandung

Hengky Sulaksono
Ditulis oleh Hengky Sulaksono diterbitkan Kamis 30 Okt 2025, 14:42 WIB
Pertandingan antara SIDOLIG dengan de Militaire Gymnastiek- en Sportschool. (Sumber: KITLV)

Pertandingan antara SIDOLIG dengan de Militaire Gymnastiek- en Sportschool. (Sumber: KITLV)

AYOBANDUNG.ID - Sebelum menjadi tempat latihan Persib, Sidolig adalah panggung kecil dari ketimpangan sosial di Hindia Belanda. Rumputnya dirawat untuk sepatu kulit orang Eropa, sementara pribumi hanya boleh menonton dari luar pagar. Tapi dari “lapangan orang Belanda” itulah muncul satu hal yang tidak bisa mereka larang: gairah menendang bola. Dan seperti halnya semua gairah yang ditekan, ia kelak berubah jadi bentuk perlawanan paling populer di Bandung.

Letaknya di Jalan Ahmad Yani, di antara deru lalu lintas dan aroma mi kocok yang dijajakan di kawasan ruko. Sebagai salah stau rumah bagi sepak bola Bandung, Sidolig menyimpan sesuatu yang lebih tua dari sepak bola itu sendiri: sejarah panjang tentang kekuasaan, diskriminasi, dan perlawanan yang dibungkus dalam bentuk permainan sebelas lawan sebelas.

Jejak nama Sidolig sekilas punya nuansa Sunda yang berasal dari imbuhan si. Padahal itu singkatan dari kalimat Belanda Sport in de Openlucht is Gezond, yang kalau diterjemahkan berarti “berolahraga di udara terbuka itu sehat.” Ironis, karena dulu udara Sidolig hanya boleh dihirup oleh orang Belanda dan Eropa. Pribumi? Cukup lihat dari luar pagar.

Baca Juga: Jejak Sejarah Bandung Dijuluki Kota Kembang, Warisan Kongres Gula 1899

Ceritanya dimulai lebih dari seabad lalu. Tahun 1903, Bandung masih kota kecil dengan trem dan taman-taman yang disukai orang Eropa. Di salah satu sekolah dasar khusus anak Belanda, Europeesche Lagere School (ELS), sekelompok murid yang bosan belajar bahasa Latin mendirikan klub sepak bola bernama Sidolig. Dipimpin oleh Oscar Veer, mereka mencari lapangan untuk bermain.

Pada awalnya klub ini main bola di Alun-Alun Bandung. Setelah diusir karena terlalu berisik, pindah ke Lapangan Gereja (yang sekarang jadi kompleks Bank Indonesia), lalu ke Lapangan Jalan Jawa dekat Bala Keselamatan. Baru pada 1905, mereka mendapat lapangan tetap di kawasan yang sekarang dikenal sebagai Jalan Ahmad Yani. Lapangan itu dikelola oleh Frans Sidolig, seorang arsitek Belanda yang juga ikut mendirikan klub.

Di masa itu, sepak bola bukan milik semua orang. Stadion Sidolig berada di bawah kendali Voetbal Bond Bandoeng en Omstreken (VBBO), federasi sepak bola untuk kalangan Belanda dan Eropa. VBBO ini semacam liga eksklusif tempat orang kulit putih bermain, dan orang kulit sawo matang hanya boleh menonton dari luar pagar. Kalau nekat masuk, siap-siap diusir.

Bayangkan: di satu sisi, orang-orang Belanda berlarian dengan sepatu kulit di lapangan hijau. Di sisi lain, anak-anak pribumi berdesakan di balik pagar, menonton dan belajar diam-diam bagaimana cara menendang bola. Dari pagar Sidolig itulah, generasi pertama pemain pribumi Bandung belajar sepak bola.

Sepak bola di Hindia Belanda waktu itu memang aneh. Di Batavia, Surabaya, dan Semarang, juga begitu. Klub-klub Belanda punya lapangan sendiri, lengkap dengan fasilitas. Klub pribumi? Main di lapangan tanah, bola pun kadang dibuat dari kain bekas. Tapi mereka tetap bermain. Sepak bola bagi pribumi kala itu, bukan hanya olahraga. Ia adalah bentuk kebebasan yang bisa dilakukan tanpa izin dari tuan kolonial.

Baca Juga: Sejarah Stadion GBLA, Panggung Kontroversi yang Hampir Dinamai Gelora Dada Rosada

Saksi Sejarah Keemasan Persib Zaman Baheula

VBBO menguasai Sidolig hingga awal 1950-an. Tapi setelah perang dan revolusi meletus, situasinya berubah. Ada catatan minor yang menyebut Sidolig pernah digunakan sebagai tempat penampungan ssnjata pada masa Perang Revolusi. Ada pula keteranab yang menyebut Sidolog pernah jadi saksi peristiwa berdarah pembunuhan serdadu Angkatan Perang Republik Indonesia (APRI).

VBBO, simbol eksklusivitas Eropa, perlahan bubar pada awal 1950-an. Lapangan Sidolig kemudian diambil alih oleh pemerintah daerah Bandung. Baru setelah itulah Sidolig perlahan menjadi “rumah” bagi Persib Bandung. Tak ada catatan pasti kapan Persib mulai resmi bermarkas di sana. Tapi yang jelas, Sidolig menjadi tuan rumah pertandingan internasional pertama Persib pada Mei 1952, melawan klub Aryan Gymkhana dari India. Pertandingan itu berakhir 4–1 untuk Persib, sebuah kemenangan besar di masa awal republik.

Bagi warga Bandung waktu itu, kemenangan tersebut bukan cuma soal olahraga. Itu tentang harga diri. Tentang bagaimana anak-anak pribumi yang dulu hanya menonton di luar pagar Sidolig kini menaklukkan tamu dari negeri jauh, di lapangan yang dulu bukan milik mereka.

Dekade 1960-an dan 1970-an adalah masa-masa romantik Sidolig. Lapangan itu jadi tempat lahir para legenda: Adeng Hudaya, Ade Dana, Sutiono Lamso. Setiap sore, anak-anak dari kampung sekitar datang menonton latihan Persib. Tak jarang mereka duduk di atas pohon atau genteng rumah hanya untuk melihat idola mereka menendang bola.

Ketika Persib meraih gelar juara Liga Indonesia pertama kali pada musim 1994/1995, sebagian besar latihan dilakukan di Sidolig. Lapangan itu mungkin sederhana, tapi punya “aura.” Banyak pemain percaya, berlatih di Sidolig membawa hoki.

Stadion Sidolig dari luar. (Sumber: Ayobandung | Foto: Kavin Faza)
Stadion Sidolig dari luar. (Sumber: Ayobandung | Foto: Kavin Faza)

Baca Juga: Sejarah Panjang ITB, Kampus Insinyur Impian Kolonial di Tanah Tropis

Sayangnya memasuki tahun 2000-an, stadion ini mulai tampak renta. Tribunya reyot, ruang ganti sempit, dan drainase lapangan buruk. Kadang kalau hujan deras, lapangan berubah jadi kolam. Tapi Persib tetap bertahan di sana.

Baru pada 2021–2022, pemerintah dan PT Persib Bandung Bermartabat melakukan renovasi besar-besaran. Rumputnya diganti dengan jenis Zoysia matrella, tahan terhadap iklim tropis. Tribun diperbaiki, ruang ganti diperluas, gym kecil dibangun di sisi barat. Lampu-lampu sorot dipasang agar latihan malam lebih nyaman.

Renovasi ini sebenarnya disiapkan untuk Piala Dunia U-20 2023 yang batal digelar di Indonesia. Namun Sidolig tetap dipakai untuk ajang Piala Dunia U-17 dan beberapa pertandingan Piala Presiden.

Kini Sidolig bukan lagi sekadar lapangan latihan. Ia adalah kompleks olahraga dengan sejarah yang hidup. Di balik setiap garis putih di rumputnya, ada jejak masa lalu yang sulit dihapus.

Persib dan Empat Rumahnya

Persib adalah klub dengan banyak rumah. Stadion Siliwangi, Si Jalak Harupat, GBLA, dan Sidolig, semuanya punya kisah sendiri.

Siliwangi adalah rumah tua, tempat Persib bermain sejak era 1930-an sampai 2008. Di sanalah digelar pertandingan-pertandingan penting: Piala AFC 1995 dan laga persahabatan melawan PSV Eindhoven tahun 1987. Tapi kerusuhan suporter pada 2008 membuat Siliwangi kehilangan nyawa.

Pemain Persib berlatih di SIdolig pada 2024. (Sumber: Ayobandung)
Pemain Persib berlatih di SIdolig pada 2024. (Sumber: Ayobandung)

Baca Juga: Sejarah Stadion Si Jalak Harupat Bandung, Rumah Bersama Persib dan Persikab

Si Jalak Harupat di Soreang kemudian mengambil alih. Kapasitasnya besar, sekitar 27 ribu penonton. Tapi jaraknya jauh dari kota. Bobotoh harus menempuh 20 kilometer hanya untuk menonton. Ketika GBLA (Gelora Bandung Lautan Api) dibuka pada 2016, semua berharap itu jadi rumah tetap. Stadion megah dengan arsitektur modern, tapi nasibnya tak selalu baik. Ada retak, rusak, dan beberapa kali ditutup karena masalah perizinan.

Setiap kali Persib kehilangan rumah, Sidolig selalu jadi tempat kembali. Bukan stadion besar, tapi selalu siap menerima. Kadang latihan tertutup, kadang terbuka, tapi selalu ramai. Bahkan ketika suporter dilarang datang ke pertandingan karena sanksi, mereka tetap datang ke Sidolig, sekadar melihat pemain latihan atau berfoto di depan pagar.

Sidolig seperti rumah masa kecil. Tidak megah, tapi punya kenangan. Dari sinilah Persib tumbuh. Dari sinilah bobotoh belajar mencintai klubnya.

Artikel Rekomendasi Untuk Anda

Nilai artikel ini
Klik bintang untuk menilai

News Update

Ayo Netizen 30 Okt 2025, 19:42 WIB

Perempuan Pemuka Agama, Kenapa Tidak?

Namun sejarah dan bahkan tradisi suci sendiri, tidak sepenuhnya kering dari figur perempuan suci.
Dalam Islam, Fatimah az-Zahra, putri Nabi, berdiri sebagai teladan kesetiaan, keberanian, dan pengetahuan. (Sumber: Pexels/Mohamed Zarandah)
Beranda 30 Okt 2025, 19:40 WIB

Konservasi Saninten, Benteng Hidup di Bandung Utara

Hilangnya habitat asli spesies ini diperkirakan telah menyebabkan penurunan populasi setidaknya 50% selama tiga generasi terakhir.
Leni Suswati menunjukkan pohon saninten. (Sumber: ayobandung.id | Foto: Restu Nugraha)
Ayo Biz 30 Okt 2025, 17:33 WIB

Mental Mengemis sebagai Budaya, Bandung dan Jalan Panjang Menuju Kesadaran Sosial

Stigma terhadap pengemis di kota besar seperti Bandung bukan hal baru. Mereka kerap dilabeli sebagai beban sosial, bahkan dianggap menipu publik dengan kedok kemiskinan.
Stigma terhadap pengemis di kota besar seperti Bandung bukan hal baru. Mereka kerap dilabeli sebagai beban sosial, bahkan dianggap menipu publik dengan kedok kemiskinan. (Sumber: Pexels)
Ayo Netizen 30 Okt 2025, 17:24 WIB

Review Non-Spoiler Shutter versi Indonesia: Horor lewat Kamera yang Tidak Biasa

Shutter (2025) adalah sebuah film remake dari film aslinya yang berasal dari Negeri Gajah Putih (Thailand), yaitu Shutter (2004).
Shutter (2025) adalah sebuah film remake dari film aslinya yang berasal dari Negeri Gajah Putih (Thailand), yaitu Shutter (2004). (Sumber: Falcon)
Ayo Netizen 30 Okt 2025, 16:33 WIB

Sastra dan Prekariat: Ketimpangan antara Nilai Budaya dan Realitas Ekonomi

Kehidupan penulis sastra rentan dengan kondisi prekariat, kaum yang rentan dengan kemiskinan.
Para penulis yang mengabdikan diri pada sastra terjebak dalam kondisi prekariat—kelas sosial yang hidup dalam ketidakpastian ekonomi. (Sumber: Pexels/Tima Miroshnichenko)
Ayo Biz 30 Okt 2025, 15:56 WIB

Dorong Kolaborasi dan Literasi Finansial, Sosial Media Meetup Bakal Digelar di Bandung

Indonesia Social Media Network (ISMN) yang digagas Ayo Media Network akan menggelar kegiatan ISMN Meetup 2025 di Bandung, pada 2 Desember 2025 mendatang.
Indonesia Social Media Network (ISMN) yang digagas Ayo Media Network akan menggelar kegiatan ISMN Meetup 2025 di Bandung, pada 2 Desember 2025 mendatang. (Sumber: dok. Indonesia Social Media Network (ISMN))
Ayo Netizen 30 Okt 2025, 15:43 WIB

Gaya Komunikasi Teknokrat

Komunikasi dalam pemerintahan sejatinya dipakai untuk saling mendukung dalam mensukseskan program atau kebijakan pemerintah untuk publik.
Purbaya sebagai seorang figur dan representasi pemerintah, gaya komunikasi menjadi bagian yang tidak kalah pentingnya, dan selalu menjadi sorotan. (Sumber: inp.polri.go.id)
Ayo Netizen 30 Okt 2025, 15:13 WIB

Sarkanjut, Cekungan Berair yang Tersebar Luas

Toponimi Sarkanjut, gabungan dari kata sar dan kanjut, secara arti kata, sarkanjut adalah kantong yang banyak tersebar di kawasan itu.
Citra satelit Situ Sarkanjut, di Tambaksari, Kecamatan Leuwigoong, Kabupaten Garut. (Sumber: Citra satelit: Google maps)
Ayo Jelajah 30 Okt 2025, 14:42 WIB

Sejarah Stadion Sidolig, Saksi Bisu Perjuangan Sepak Bola Bandung

Sidolig dulunya simbol diskriminasi di Hindia Belanda, kini jadi saksi lahirnya legenda-legenda Persib Bandung.
Pertandingan antara SIDOLIG dengan de Militaire Gymnastiek- en Sportschool. (Sumber: KITLV)
Ayo Netizen 30 Okt 2025, 14:41 WIB

Penguatan Fondasi Numerasi melalui Kelas Berhitung Sederhana

Numerasi merupakan kemampuan dasar yang menjadi fondasi penting bagi anak-anak dalam memahami berbagai aspek perhitungan di kehidupan.
Kelas mengitung sederhana di padepokan kirik nguyuh(11/10/2025)
Ayo Biz 30 Okt 2025, 14:36 WIB

Kemacetan Bandung Bukan Sekadar Lalu Lintas, Ini Soal Kesadaran Kolektif

Kemacetan bukan sekadar gangguan lalu lintas, tapi cerminan tata kelola kota yang belum sepenuhnya adaptif terhadap lonjakan urbanisasi dan perubahan perilaku mobilitas warganya.
Kemacetan bukan sekadar gangguan lalu lintas, tapi cerminan tata kelola kota yang belum sepenuhnya adaptif terhadap lonjakan urbanisasi dan perubahan perilaku mobilitas warganya. (Sumber: Ayobandung.id)
Ayo Netizen 30 Okt 2025, 13:15 WIB

Inspirasi dari Kampung Nyalindung, Petani Inovatif yang Mengubah Desa

Seorang petani biasa yang mengubah desanya daei sektor pertanian.
Petani Biasa yang mengubah desa dari sektor pertanian, Ahmad Suryana asal kampung nyalindung. (Foto: fikri syahrul mubarok/Sumber: Dokumentasi penulis)
Ayo Netizen 30 Okt 2025, 11:11 WIB

Nongrong Estetik Tanpa Khawatir Kantong Jebol

Mau nongkrong santai, nugas bareng, atau sekadar hunting foto estetik, semua bisa kamu lakuin di sini tanpa takut kantong jebol!
 (Sumber: Akun Instagram @hangout Oi_)
Beranda 30 Okt 2025, 09:50 WIB

Ulin Barong Sekeloa, Tarian Tua yang Hidup Kembali di Tangan Generasi Z Bandung

Ia menyesalkan bahwa dulu, banyak kegiatan kesenian tidak terekam dengan baik. Kini, dokumentasi menjadi prioritas agar generasi mendatang punya jejak untuk dipelajari.
Seni Ulin Barong kesenian khas Sekeloa Kelurahan Lebakgede yang usianya sudah lebih dari satu abad. (Sumber: ayobandung.id | Foto: Ikbal Tawakal)
Ayo Netizen 30 Okt 2025, 09:20 WIB

Belajar di Era Digital: Media, Sahabat Baru ASN

Di era digital, belajar tidak bisa lepas dari peran media.
Aparatur Sipil Negara (ASN). (Sumber: dinkominfo.demakkab.go.id)
Ayo Netizen 30 Okt 2025, 07:04 WIB

Bukan Sekedar Tren 'Clean Eating' Bentuk Tanggung Jawab terhadap Bumi

Clean eating tidak hanya sekedar upaya dalam menjaga tubuh tetap sehat melainkan bisa menjadi upaya menjaga bumi.
Siapa sangka Clean Eating adalah langkah paling kecil dan sederhana untuk menjaga bumi (Sumber: Freepik)
Ayo Biz 29 Okt 2025, 20:38 WIB

Sunyi yang Tak Pernah Sepi, Rumah Cemara dan Luka yang Dirawat Diam-diam

Datang tanpa suara, menyusup pelan ke dalam tubuh, lalu menetap. HIV bukan penyakit yang berteriak. Ia diam, menyembunyikan diri di balik senyum, rutinitas, dan pakaian bersih.
Datang tanpa suara, Menyusup pelan ke dalam tubuh, lalu menetap. HIV bukan penyakit yang berteriak. Ia diam, menyembunyikan diri di balik senyum, rutinitas, dan pakaian bersih.
Ayo Netizen 29 Okt 2025, 20:24 WIB

Mengenal Sel Super Maximum Security (SMS) yang Ditempati Artis Ammar Zoni di Nusakambangan

Kali ini bukan terkait terorisme, tetapi menyangkut Ammar Zoni yang baru saja menjadi penghuni baru Lapas Nusakambangan.
Ammar Zoni. (Sumber: PMJ News)
Ayo Biz 29 Okt 2025, 18:40 WIB

Bandung, Kota Bakmi Baru? Menakar Potensi Pasar Kuliner Lewat Festival Tematik

Bandung, dengan populasi lebih dari 2,5 juta jiwa dan tingkat kunjungan wisata yang tinggi, menjadi lahan subur bagi pertumbuhan bisnis kuliner berbasis mie.
Bandung, dengan populasi lebih dari 2,5 juta jiwa dan tingkat kunjungan wisata yang tinggi, menjadi lahan subur bagi pertumbuhan bisnis kuliner berbasis mie. (Sumber: Ayobandung.id | Foto: Eneng Reni Nuraisyah Jamil)
Ayo Jelajah 29 Okt 2025, 18:03 WIB

Yang Dilakukan Ratu Belanda Saat KAA Dihelat di Bandung

Sejarah mencatat ketika suasana Bandung memanas dengan pekik kemerdekaan dalam Konferensi Asia-Afrika, Ratu Juliana leih memlih utuk terhanyut dalam suasana dingin ala Eropa, sedingin sikapnya terhada
Ratu Juliana (kiri) berfoto di Paleis Soestdijk saat ultah ke-46. (Sumber: Het Nieuewesblad van Het Zuiden 2 Mei 1955)