Klise Wacana 6 Agama Resmi di Indonesia

Arfi Pandu Dinata
Ditulis oleh Arfi Pandu Dinata diterbitkan Senin 27 Okt 2025, 11:16 WIB
‘Enam agama resmi’ bertebaran di mana-mana, di setiap jenjang pendidikan. Kita Diajarkan untuk memahami hal ini. (Sumber: Pexels/Mochammad Algi)

‘Enam agama resmi’ bertebaran di mana-mana, di setiap jenjang pendidikan. Kita Diajarkan untuk memahami hal ini. (Sumber: Pexels/Mochammad Algi)

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh,

Salam sejahtera untuk kita semuanya,

Shalom,

Om Swastiastu,

Namo Buddhaya,

Salam Kebajikan,

***

Sesekali tambah “Rahayu”, itu pun kalau ingat sama nasib penghayat Kepercayaan. Jujur saja, rasanya template banget. Salam berbagai agama jadi formalitas yang enggak ada hangat-hangatnya. Apalagi kalau di panggung acara pemerintahan, apa iya biar negara kelihatan mengakui macam-macam agama? atau gimmick pengen terkesan inklusif?

Mohon maaf nih sebelumnya, kadang buat aku lebih kerasa freak-nya ketimbang serius merangkul semua agama dengan setara. Bagaimana enggak, pengelolaan agama di negeri ini kentara banget setengah hati. Coba deh lihat polanya.

Selain salam, kita juga sering banget berhadapan dengan kolom agama di berbagai blanko administrasi. Mulai dari urusan keuangan sampai kesehatan. Enggak apa-apa sih sebenernya, tapi kadang kalau dipikir lebih jauh memangnya nyambung ya? Kalaupun iya, kok kolomnya cuma enam? Mana sering ketemu lagi sama penulisan yang typo. Hindhu, Budha, Katholik, Khonghuchu, tiba-tiba semua pakai huruf H. Ngakak dan buat aku yang baca merasa malu, kayak yang enggak pernah niat mengenal agama-agama lain.

‘Enam agama resmi’ bertebaran di mana-mana. Di sekolah dan kampus tampil jadi pendidikan agama. Korbannya teman sendiri mahasiswa PTN, seorang Baha’i yang kerepotan mengurus nilai agama yang bertahun-tahun kosong. Begitu juga di pusat unjuk jadi dirjen bimas (direktorat jenderal bimbingan masyarakat) dalam struktur Kementerian Agama. Ya meskipun Khonghucu belum dapat jatah, “Doain aja” kata seorang pegiat sekolah minggu di Kong Miao Bandung.

Mungkin yang paling seru cuma satu, soal tanggal merah di kalender, termasuk bonus cuti bersamanya. Tapi sayang akomodasinya masih berat sebelah juga. Padahal kan semakin banyak agama yang sumbang hari suci, semakin enak kita. Penganut agama apapun bisa dapat kesempatan banyak buat icip diskon, promo, dan liburan. Syukur-syukur sih dapat tunjangan hari raya.

‘Enam Agama Resmi’

Agama mengubah dunia dengan cara yang sangat manusiawi, lewat cerita, kebersamaan, simbol, dan upacara. (Sumber: Pexels/Muhammed Zahid Bulut)
Agama mengubah dunia dengan cara yang sangat manusiawi, lewat cerita, kebersamaan, simbol, dan upacara. (Sumber: Pexels/Muhammed Zahid Bulut)

Agama memang dapat tempat yang khusus di hati republik ini. Meskipun jatuhnya kaya orang yang HTS-an. Kagak jadian officially, tapi tiap hari sayang-sayangan, pap foto, malah cemburuan. Kalau ditanya statusnya selalu jawabnya “ya gitu deh, jalanin aja.” Ujung-ujungnya tetep saling sayang, walaupun enggak dibilang pacaran.

Dalam hubungan kayak gini resiko banget kena toksik malah overprotektif yang aneh-aneh. Hal yang paling kentara overclaim ngerasa si paling agama yang diakui. Akibatnya bikin publik ovt kalau ngeliat berbagai penganut agama yang enggak mainstream, termasuk keluargaku sendiri.

Pas aku cerita salah seorang temanku penghayat Kepercayaan (penganut agama leluhur), bibiku nyeletuk “Memangnya dibolehin ya ada di Indonesia?” Nah kan repot, seolah-olah ada agama yang ilegal. Padahal kan jelas enggak ada regulasi yang melarangnya, sekalipun Penpres No. 1/ PNPS 1965 yang bermasalah itu bilang “Ini tidak berarti bahwa agama-agama lain, misalnya: Yahudi, Zarasustrian, Shinto, Taoism dilarang di Indonesia. Mereka mendapat jaminan penuh seperti yang diberikan oleh Pasal 29 ayat 2 dan mereka dibiarkan adanya, asal tidak melanggar ketentuan-ketentuan yang terdapat dalam peraturan ini atau peraturan perundangan lain.

Lagipun kategori ‘enam agama resmi’ juga sering banget bikin sesat pikir. Misalnya anggapan kalau Katolik dan Protestan sebagai dua agama yang berbeda, “Ini mah Katolik, bukan Kristen”. Lah kan bingung, sering banget aku ketemu sama komentar model gini. Padahal keduanya merupakan denominasi utama dari Kekristenan.

Selain itu ada juga celotehan dari temenku seorang dosen Buddhi, “Duh, apalagi di tradisi Theravada enggak ada tuh sosok yang kita kenal sebagai Tuhan yang personal.” Sedangkan temanku yang guru pasraman Hindu mengeluhkan “Jadi Hindu gak harus Bali kan? Aku ini orang Banyuwangi loh, tapi ya sudahlah.” Buddha di Indonesia didesak buat punya konsep Tuhan ala agama abrahamik, begitu juga Hindu seringkali direpresentasikan homogen jadi wajah Bali saja.

Baca Lagi Konstitusi Kita

‘Enam agama resmi’ adalah mispersepsi soal agama-agama yang banyak dianut oleh masyarakat Indonesia, soal agama-agama besar yang dapat fasilitas dan pelayanan khusus dari negara. Kementerian Agama memang enggak punya definisi agama yang ajeg, tapi Ismatu Ropi di bukunya Religion and Regulation di Indonesia (2017) kasih tahu kalau negara punya daftar ceklis tentang syarat-sayarat agama. Awalnya kudu percaya Tuhan Yang Maha Esa. Makin sini makin-makin, copy-paste monoteisme ala Islam. Eh ujung-ujungnya pake standar kitab suci, ada nabi, dan pengakuan dunia luar.

Gereget, apa boleh buat? Mustahil kan kalau kolom agama di KTP dihapus, enggak masuk akal juga kalau pendidikan agama dibalikin lagi ke orang tuanya masing-masing. Tapi ya minimal jangan pilih kasih. PBM Dua Menteri No. 9/2006 dan No. 8/2006, jangan dong bikin ribet pembangunan gereja. SKB Tiga Menteri No. 3/ 2008, janganlah usik-usik Ahmadiyah. Begitu juga SEMA No. 2/ 2023, jangan dong segitunya sensi sama dua sejoli yang mau nikah beda agama. Apalagi Kementerian Haji dan Umrah udah otw launching, kurang apalagi sih kawan?

Kita yang bergerak di isu dialog lintas iman, bukan mau sompral dan ingkar pada komitmen kebangsaan. Justru kita ingin pemerintahan kembali ke fitrahnya menjadi pengayom semua umat. Jika favoritisme agama dibiarkan rasanya bukan sekedar bikin aturan mahiwal kayak pemaksaan/ pelarangan jilbab di sekolah yang terus bergeliat jadi perda-perda bernuansa keagamaan yang inkonstitusional. Tapi lebih dari itu, status bangsa ini dipertaruhkan, semata jadi akal-akalan politik diskriminatif yang melanggeng. Keragaman agama, barang-barang pajangan di etalase yang dikasih merek Bhinneka Tunggal Ika.

Zainal Abidin Bagir dan kawan-kawannya dalam Pluralisme Kewargaan: Arah Baru Politik Keragaman di Indonesia (2011) bilang kalau ngomongin keragaman agama mestinya bukan pengakuan doang. Negara kudu beri rekognisi dan penghormatan akan identitas yang bermakna. Termasuk representasi, biar kelompok yang berbeda-beda itu bisa nongol dan didengerin di ruang publik. Begitu juga yang enggak kalah penting redistribusi, negara mesti turun tangan menyebarkan keadilan, entah lewat regulasi atau sumber daya.

Semua ini jelas kok satu ruh dengan amanat konstitusi pasal 28E dan pasal 29 ayat (2). Belum lagi adanya UU No. 12 tahun 2005 yang nge-acc International Covenant on Civil and Political Rights (ICCPR). Pasal 18-nya, fix no debat. Negara sebagai pemikul kewajiban, mestinya enggak perlu sok sibuk di urusan pengakuan agama resmi. Yang penting itu menjamin hak asasi manusia dengan melindungi, menghormati, dan memenuhi kebebasan beragama warganya.

Jadi gas aja nih reset konsep ‘enam agama resmi’ di Indonesia? Yoi. Caranya dengan cabut regulasi yang diskriminatif dan bikin aturan penegakkan kebebasan beragama yang sejati. Baru itu bisa disebut kebijakan, kalau enggak bijak sih ogah. (*)

Artikel Rekomendasi Untuk Anda

Disclaimer

Tulisan ini merupakan artikel opini yang sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Pandangan yang disampaikan dalam artikel ini tidak mewakili pandangan atau kebijakan organisasi dan redaksi AyoBandung.id.

Arfi Pandu Dinata
Menulis tentang agama, budaya, dan kehidupan orang Sunda
Nilai artikel ini
Klik bintang untuk menilai

Berita Terkait

News Update

Ayo Netizen 11 Des 2025, 20:00 WIB

Emas dari Bulu Tangkis Beregu Putra Sea Games 2025, Bungkam Kesombongan Malaysia

Alwi Farhan dkk. berhasil membungkam “kesombongan” Tim Malaysia dengan angka 3-0.
Alwi Farhan dkk. berhasil membungkam “kesombongan” Tim Malaysia dengan angka 3-0. (Sumber: Dok. PBSI)
Beranda 11 Des 2025, 18:37 WIB

Media Ditantang Lebih Berpihak pada Rakyat: Tanggapan Aktivis Atas Hasil Riset CMCI Unpad

Di tengah situasi dinamika sosial-politik, ia menilai media memegang peran penting untuk menguatkan suara warga,baik yang berada di ruang besar maupun komunitas kecil yang jarang mendapat sorotan.
Ayang dari Dago Melawan menanggapi hasil riset CMCI Unpad bersama peneliti Detta Rahmawan dan moderator Preciosa Alnashava Janitra. (Sumber: CMCI Unpad)
Ayo Netizen 11 Des 2025, 18:01 WIB

Nelangsa Bojongsoang Setiap Musim Hujan: Siapa Harus Bertanggung Jawab?

Banjir yang melanda Bojongsoang memicu kemacetan lalu lintas yang kian menggila. Lalu, pihak mana yang semestinya memikul tanggung jawab?
Kemacetan lalu lintas terjadi di Bojongsoang akibat banjir (04/12/2025). (Sumber: Khalidullah As Syauqi)
Ayo Netizen 11 Des 2025, 17:23 WIB

Hidup Lebih Bersih, Sungai Lebih Bernyawa

Kegiatan ini mengangkat isu berapa pentingnya menjaga kebersihan lingkungan dan sungai agar terhindar dari bencana alam serta penyakit.
Mahasiswa Universitas Sunan Gunung Djati Bandung anggota Komunitas River Cleanup. (Foto: Rizki Hidayat)
Ayo Netizen 11 Des 2025, 16:57 WIB

Sistem Pengelolaan Limbah di Bandung yang Berantakan: Sebaiknya Prioritaskan Langkah Inovatif Sungguhan

Sistem pengelolaan limbah di Bandung yang Berantakan, saran saya sebagai warga Bandung untuk M. Farhan prioritaskan langkah inovatif sungguhan.
Sistem pengelolaan limbah di Bandung yang Berantakan, saran saya sebagai warga Bandung untuk M. Farhan prioritaskan langkah inovatif sungguhan.
Ayo Netizen 11 Des 2025, 16:32 WIB

Masyarakat Kota Bandung Berharap Wali Kota Tindak Tegas Penanganan Kasus Begal

Maraknya tindak kriminalitas seperti begal di Kota Bandung meningkatkan keresahan warga untuk beaktivitas di luar.
Suasana jalan yang sepi pada malam hari di daerah Jalan Inhoftank, Kota Bandung. (Sumber: Nayla Aurelia) (Foto: Nayla Aurelia)
Ayo Netizen 11 Des 2025, 16:13 WIB

Gunung Api Palasari Purba

Adanya lava, batuan beku yang berasal dari letusan efusif Gunung Palasari Purba, meninggalkan jejak letusan yang sangat megah dan mengagumkan.
Lava raksasa kawasan Cibanteng – Panyandaan, Desa Mandalamekar, Kecamatan Cimenya. (Sumber: Dokumentasi Penulis | Foto: Taufanny Nugraha)
Ayo Netizen 11 Des 2025, 15:39 WIB

Pengunjung Mengeluhkan Teras Cihampelas yang Semakin Kumuh

Mulai dari lantai yang tak terawat, fasilitas rusak, hingga area Teras Cihampelas yang tampak sepi dan tidak terurus.
Suasana Teras Cihampelas Menampakan suasana kosong pada Senin (1/12/2025). (Sumber: Dokumentasi Penulis | Foto: Rafli Ashiddieq)
Ayo Jelajah 11 Des 2025, 15:36 WIB

Sejarah Kawasan Tamansari, Kampung Lama yang Tumbuh di Balik Taman Kolonial Bandung

Sejarah Tamansari Bandung sebagai kampung agraris yang tumbuh diam-diam di balik taman kolonial, dari desa adat hingga kampung kota padat.
Suasana pemukiman di kawasan Tamansari, Kota Bandung. (Sumber: Ayobandung | Foto: Irfan al Faritsi)
Ayo Netizen 11 Des 2025, 14:48 WIB

Mengeja Bandung Utama, Merawat Keragaman Agama

Menjaga dan memperkuat “benih-benih toleransi” baik melalui edukasi, kebijakan yang inklusif, maupun upaya nyata di tingkat komunitas, pemerintah.
Gang Ruhana, Kelurahan Paledang, berdiri Kampung Toleransi, ikon wisata religi yang diresmikan Pemerintah Kota Bandung. (Sumber: Ayobandung.id | Foto: Eneng Reni Nuraisyah Jamil)
Ayo Netizen 11 Des 2025, 13:37 WIB

Ini Titik-Titik Kemacetan di Kota Bandung menurut Wali Kota Farhan: Mana Tata Kelolanya?

Bandung didapuk sebagai “Kota Nomor 1 Termacet di Indonesia 2024” oleh TomTom Traffic Index.
Kemacetan di Jalan Dr. Djundjunan, Kota Bandung. (Sumber: Ayobandung.com | Foto: Irfan Al-Faritsi)
Ayo Netizen 11 Des 2025, 12:30 WIB

Saparua Ramai tapi Minim Penataan: Wali Kota Bandung Diharap Lebih Peduli

Taman Saparua selalu ramai, namun penataan dan fasilitasnya masih kurang memadai.
Track lari Saparua yang tampak teduh dari samping namun area sekitarnya masih perlu perbaikan dan penataan. Jumat siang, 28 November 2025. (Sumber: Dokumentasi penulis | Foto: Najmi Zahra A)
Ayo Jelajah 11 Des 2025, 11:01 WIB

Gunung Tangkubanparahu, Ikon Wisata Bandung Sejak Zaman Kolonial

Sejarah Tangkubanparahu sebagai destinasi klasik Bandung sejak masa kolonial, lengkap dengan rujukan Gids Bandoeng dan kisah perjalanan para pelancong Eropa.
Gunung Tangkubanparahu tahun 1910-an. (Sumber: Wikimedia)
Ayo Netizen 11 Des 2025, 10:48 WIB

Kenyaman Wisata Bandung Terancam oleh Pengamen Agresif

Warga mendesak Wali Kota M. Farhan bertindak tegas dan memberi solusi agar kota kembali aman dan nyaman.
Keramaian di kawasan wisata malam Bandung memperlihatkan interaksi tidak nyaman antara pengunjung dan pengamen memaksa, 02/12/2025. (Foto: Hakim)
Ayo Netizen 11 Des 2025, 10:25 WIB

Kenyamanan Taman Badak di Bandung Masih Menyisakan Kritikan

Taman Badak yang berpusat di tengah-tengah kota Bandung adalah salah satu tempat favorit di kalangan pengunjung.
Taman Badak Kota Bandung, Jawa Barat, Jumat 28 November 2025. (Sumber: Dokumentasi Penulis | Foto: Wan Maulida Kusuma Syazci)
Ayo Netizen 11 Des 2025, 10:03 WIB

Lumpia Basah Katadji, Nikmatnya Sampai Suapan Terakhir

Kuliner viral di Banjaran, Kabupaten Bandung, yakni Lumpia Basah Katadji.
Seporsi lumpia basah katadji dengan bumbu dan topping yang melimpah. (Sumber: Dokumentasi Penulis | Foto: Tantia Nurwina)
Ayo Netizen 11 Des 2025, 09:32 WIB

Mengapa Summarecon Bandung Kini Ramai Dijadikan Tempat Olahraga Warga?

Summarecon Bandung kini ramai dijadikan tempat olahraga warga, khususnya pada pagi dan sore hari.
Aktivitas olahraga di kawasan Summarecon Bandung terlihat meningkat terutama pada akhir pekan. (Dokumentasi Penulis)
Beranda 11 Des 2025, 05:16 WIB

Generation Girl Bandung Kikis Kesenjangan Gender di Bidang Teknologi

Mematahkan anggapan bahwa belajar STEM itu sulit. Selain itu, anggapan perempuan hanya bisa mengeksplorasi bidang non-tech adalah keliru.
Exploring Healthy Innovation at Nutrihub, salah satu aktivitas dari Generation Girl Bandung. (Sumber: Generation Girl Bandung)
Ayo Netizen 10 Des 2025, 21:09 WIB

Minat Baca Warga Bandung Masih Rendah meski Fasilitas Mencukupi, Catatan untuk Wali Kota

Menyoroti masalah rendahnya minat baca di Bandung meski fasilitas memadai.
Sebuah Street Library tampak lengang dengan buku-buku yang mulai berdebu di samping Gedung Merdeka, Jalan Asia-Afrika, Bandung, Jumat (05/12/2025). (Sumber: Dokumentasi Penulis | Foto: Adellia Ramadhani)
Ayo Netizen 10 Des 2025, 20:16 WIB

Bubur Mang Amir, Bubur Ayam Termurah se-Dunia Seporsi Cuma Rp5.000

Pengakuan Mang Amir, ia sudah berjualan bubur ayama selama 25 tahun.
Pengakuan Mang Amir, penjual bubur seporsi Rp5.000, ia sudah berjualan bubur ayama selama 25 tahun. (Sumber: Dokumentasi Penulis)