Maskulinitas dan Isu Pelecehan Seksual terhadap Laki-Laki

Dias Ashari
Ditulis oleh Dias Ashari diterbitkan Selasa 28 Okt 2025, 11:24 WIB
Isu pelecehan seksual umumnya terjadi kepada perempuan. Namun ada satu hal yang luput dari perhatian serta pengakuan masyarakat bahwa laki-laki pun berpotensi mengalami pelecehan seksual. (Sumber: Freepik)

Isu pelecehan seksual umumnya terjadi kepada perempuan. Namun ada satu hal yang luput dari perhatian serta pengakuan masyarakat bahwa laki-laki pun berpotensi mengalami pelecehan seksual. (Sumber: Freepik)

Selama ini pelecehan seksual kerap terjadi pada perempuan. Namun di balik semua kasus tersebut, ada yang luput dari perhatian yaitu pelecehan terhadap laki-laki. Mungkin awalnya terdengar aneh karena perilaku pelecehan seksual kerap kali terjadi terhadap pihak yang dianggap lemah seperti perempuan.

Sementara laki-laki yang dikenal dengan sifat maskulinitasnya dianggap tidak lazim ketika mendapat kekerasan yang sama seperti yang sering terjadi pada perempuan.

Dunia dalam sistem patriarki menempatkan laki-laki sebagai subjek yang dominan. Sering kali laki-laki yang mengekspresikan kesedihan melalui tangisannya itu dianggap sebagai laki-laki yang lemah atau cengeng. Padahal sejatinya laki-laki juga bagian dari manusia yang sama-sama diberikan perasaan untuk merasakan segala jenis emosi yang ada.

Sistem patriarki membiarkan narasi bahwa laki-laki yang bersedia membantu istrinya untuk mengerjakan pekerjaan rumah dengan istilah "Suami-suami takut istri". Padahal sejatinya pernikahan adalah bentuk komitmen yang diperlukan kerja sama untuk mencapai tujuan yang diharapkan.

Laki-laki yang ikut terlibat mengurus anak sering kali dianggap tidak bisa menikmati hidupnya dengan baik sebagai kepala keluarga. Bahkan sejak kecil anak laki-laki yang tidak menyukai olahraga yang menunjukkan kemaskulinannya dianggap bukan laki-laki sejati.

Sosial seolah membuat laki-laki dilarang untuk bercerita, dilarang untuk menyampaikan keluh-kesahnya. Begitu juga dengan pandangan sosial yang sering menyepelekan kemaskulinan laki-laki ketika sebagian dari mereka mengalami pelecehan dan kekerasan secara seksual.

Meski isu pelecehan terhadap perempuan belum sepenuhnya bisa diberantas tapi setidaknya perempuan memiliki lembaga hukum yang melindunginya. Perempuan memiliki Komisi Nasional Anti Kekerasan Terhadap Perempuan (KOMNAS Perempuan) sebagai lembaga yang hak-hak perempuan ketika mendapat kasus kekerasan atau pelecehan seksual.

Perempuan juga bisa melaporkan kasus seperti ini melalui Kemen PPPA sebagai pusat bantuan. Kemudian hadirnya LPSK yang membantu dan memberikan perlindungan secara hukum kepada korban pelecehan. Dan masih banyak lembaga bantuan lainnya yang bisa diakses oleh perempuan ketika menjadi korban.

Sementara ketika sebagian laki-laki mendapatkan kekerasan atau pelecehan seksual yang sama mereka sulit mengakses Lembaga Swadaya Masyarakat yang menangani kasus pelecehan terhadap laki-laki. Justru laki-laki yang menjadi korban sering dianggap dan disalahkan ketika tidak mampu melawan aksi pelecehan tersebut.

Hal ini yang membuat laki-laki yang menjadi korban bisa bermanifestasi menjadi pelaku--yang kemudian bisa merubah orientasi seksualnya menjadi belok atau justru jadi pelaku kejahatan seksual bagi perempuan yang dianggapnya menjadi kaum yang lebih lemah bagi dirinya.

Dalam penelitian yang dilakukan oleh psikolog bernama Elizabeth Harteney yang berjudul The Cycle of Sexsual Abuse and Abusive Adult Relationships bahwa pelecehan seksual yang dilakukan oleh pelaku bukan saja berdasarkan pada nafsu.

Melainkan sebagai bentuk balas dendam dalam upaya untuk menyembuhkan dengan merebut kembali kekuasaan atau kontrol. Mereka yang pernah menjadi korban mengambil posisi yang berlawanan yaitu menjadi pelaku yang membuat dirinya meras lebih kuat.

Baca Juga: Secuil tentang Psikologi Agama

Dilansir dari froyonion.com bahwa terdapat studi bahwa terdapat satu dari lima anak, menjadi pelaku kekerasan seksual terhadap anak-anak lainnya di kemudian hari. Bayangkan bila pelecehan seksual terhadap laki-laki tidak mendapatkan perhatian khusus maka kejahatan seksual baik terhadap perempuan atau laki-laki akan terus terjadi.

Bahkan menurut penelitian yang dilakukan Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) pada tahun 2018 menyatakan bahwa korban kekerasan banyak didominasi oleh laki-laki.

Pada tahun 2016 Lentera Sains Indonesia pernah melakukan penelitian yang membahas secara mendalam terkait pelecehan seksual yang dialami oleh laki-laki baik secara verbal maupun non-verbal serta bagaimana perspektif maskulinitas masyarakat yang ada di Kota Purwokerto.

Penelitian yang berjudul Sexual Harassment of Men and Society's Perspective On Masculinity (Norman Fairclough Critical Discourse Analysis) menyebutkan bahwa stigma maskulinitas yang menempel kepada laki-laki justru membuat laki-laki terbebani dengan pandangan sosial. Pelecehan terhadap laki-laki melahirkan hierarki kelelakian terutama jika posisi korban dianggap lebih rendah dibandingkan dengan pelaku kejahatan seksual.

Sejumlah penyintas laki-laki korban seksual yang dihadirkan melalui wawancara dalam youtube Menjadi Manusia mengalami kejadian yang beragam perihal pelecehan seksual. Ada laki-laki yang mengalami pelecehan saat masih kecil dan dilakukan oleh pria dewasa. Dirinya merasa hidupnya hancur dan memiliki trauma yang mendalam setelah kejadian tersebut.

Bahkan dari penyitas lain ada yang mengalami pelecehan secara berkali-kali. Nahasnya kejadian ini dilakukan pria dewasa kepada anak SMA di depan publik setelah pelaku melihat sejumlah perempuan yang sedang melakukan syuting tapi dengan penampilan yang sedikit terbuka. Hal ini memicu pria dewasa tersebut langsung melakukan aksi bejatnya kepada anak SMA laki-laki yang sedang diboncengnya dalam motor.

Melalui segala bentuk pelecehan yang terjadi kepada laki-laki sudah sepatutnya kita menghilangkan stigma "Laki-laki itu harus selalu kuat, atau laki-laki itu enggak mungkin mendapatkan pelecehan seksual" karena tindakan ini justru membungkam suara laki-laki yang mengalami pelecehan untuk sembuh dari segala traumanya.

Perempuan atau pun laki-laki yang sama-sama sebagai manusia tentu mendapatkan hak yang sama untuk menyuarakan keadilan dari masa depan yang sempat dirampas. Berhak mendapatkan kenyamanan dan keamanan yang sama dari negara yang menaunginya. Laki-laki dan perempuan berhak sembuh dari luka dan trauma yang disebabkan oleh pelaku tindak kejahatan seksual. (*)

Artikel Rekomendasi Untuk Anda

Disclaimer

Tulisan ini merupakan artikel opini yang sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Pandangan yang disampaikan dalam artikel ini tidak mewakili pandangan atau kebijakan organisasi dan redaksi AyoBandung.id.

Dias Ashari
Tentang Dias Ashari
Menjadi Penulis, Keliling Dunia dan Hidup Damai Seterusnya...
Nilai artikel ini
Klik bintang untuk menilai

Berita Terkait

News Update

Ayo Biz 28 Okt 2025, 14:41 WIB

Meluncur di Meja Makan: Sushi Konveyor dan Dinamika Kuliner Bandung

Jika dulu makanan Jepang identik dengan restoran eksklusif dan sajian formal, kini hadir cara baru yang lebih dinamis dan interaktif yakni sushi konveyor.
Jika dulu makanan Jepang identik dengan restoran eksklusif dan sajian formal, kini hadir cara baru yang lebih dinamis dan interaktif yakni sushi konveyor. (Sumber: Ayobandung.id | Foto: Eneng Reni Nuraisyah Jamil)
Ayo Netizen 28 Okt 2025, 13:59 WIB

Dari Mimbar Kecil di Tasikmalaya sampai ke TVRI Bandung

Di era digital yang serba cepat, Ustaz Atus hadir sebagai sosok pendakwah yang mampu menyentuh hati lewat layar.
Dakwah di program TVRI Bandung "Cahaya Qolbu" (Foto: Tim TVRI Bandung)
Ayo Netizen 28 Okt 2025, 12:25 WIB

Perkawinan (Cinta) Beda Agama: Mangu, Peri Cintaku, Realitas Sosial, SEMA 2/2023, dan Bhinneka Tunggal Ika

Di lagu-lagu itu, cinta beda agama hampir selalu digambarkan seperti relasi yang seru tapi mustahil, so far selalu romantis tapi terlarang.
Ilustrasi pasangan menikah. (Sumber: Pexels/Danu Hidayatur Rahman)
Ayo Netizen 28 Okt 2025, 11:24 WIB

Maskulinitas dan Isu Pelecehan Seksual terhadap Laki-Laki

Ada yang luput dari perhatian yaitu pelecehan seksual terhadap laki-laki.
Isu pelecehan seksual umumnya terjadi kepada perempuan. Namun ada satu hal yang luput dari perhatian serta pengakuan masyarakat bahwa laki-laki pun berpotensi mengalami pelecehan seksual. (Sumber: Freepik)
Ayo Netizen 28 Okt 2025, 10:16 WIB

'The Way Home' dan Keberanian Melawan Penyesalan

Sebuah drama keluarga Tiongkok tentang penyesalan, tradisi, dan keberanian untuk pulang.
Poster film "The Way Home". (Sumber: IMDB)
Ayo Netizen 28 Okt 2025, 09:04 WIB

Secuil tentang Psikologi Agama

Psikologi agama selalu berhasil bikin kangen menyelam ke dunianya lagi.
Anak-anak beragama Islam sedang mengaji di masjid. (Sumber: Pexels/Hera hendrayana)
Ayo Netizen 28 Okt 2025, 06:13 WIB

Seperti Kita, Gie Juga Manusia Biasa

Soe Hok-gie, seorang aktivis keturunan Tionghoa yang hidupnya terasing seiring dirinya semakin berani dalam menyampaikan kritiknya kepada pemerintah.
Poster film GIE (2005). (Sumber: IMDB)
Ayo Biz 27 Okt 2025, 20:13 WIB

Dari Pohon Keramat ke Camilan Kekinian, Nurhaeti Menyulap Daun Kelor Jadi Pangan Bernutrisi

Dikenal sebagai tanaman mistis, Nurhaeti mengolah daun kelor menjadi aneka panganan bernutrisi mulai dari cheese stick, bolu, keripik pisang, hingga cookies.
Nurhaeti, warga Cinunuk, yang sejak 2015 mengolah daun kelor menjadi aneka panganan bernutrisi. (Sumber: Ayobandung.id | Foto: Mildan Abdalloh)
Ayo Biz 27 Okt 2025, 19:36 WIB

Bandung Menuju Transportasi Publik Berkelas: Menelisik Potensi Metro Jabar Trans dan Feeder MJT

Kemacetan yang kian parah, dominasi kendaraan pribadi, serta keterbatasan infrastruktur menjadi momok yang menggerus kualitas hidup warga Bandung.
Kehadiran Metro Jabar Trans (MJT) dan feeder MJT, sebuah inisiatif ambisius yang digadang-gadang mampu merevolusi sistem transportasi publik Bandung Raya. (Sumber: Ayobandung.id | Foto: Kavin Faza)
Ayo Netizen 27 Okt 2025, 18:03 WIB

Memulangkan Bandung pada Purwadaksina Setelah Absen dalam Daftar 'Kota Hijau'

Kawasan yang kehilangan akar ekologisnya. Terjebak citra kolonial dan ilusi kemajuan, ia lupa pada asalnya. Kini saatnya kembali ke martabat sendiri.
Proses pengerukan sedimentasi Sungai Cikapundung oleh petugas menggunakan alat berat di Kota Bandung. (Sumber: Ayobandung.id | Foto: Kavin Faza)
Ayo Biz 27 Okt 2025, 17:40 WIB

Air Isi Ulang Tanpa Sertifikasi, Celah Regulasi yang Mengancam Kesehatan Publik

SLHS seharusnya menjadi bukti bahwa air yang dijual telah melalui proses yang memenuhi standar kebersihan dan sanitasi.
Ilustrasi air minum. (Sumber: Freepik)
Ayo Netizen 27 Okt 2025, 17:04 WIB

Indisipliner, Hukuman, dan Perlawanan: Mengurai Benang Kusut Disiplin Sekolah

Sebuah analisis tentang pergeseran makna kenakalan remaja, solidaritas buta, dan tantangan yang dihadapi guru.
 (Sumber: Gemini AI Generates)
Ayo Jelajah 27 Okt 2025, 16:32 WIB

Sejarah Lapas Sukamiskin Bandung, Penjara Intelektual Pembangkang Hindia Belanda

Lapas Sukamiskin di Bandung dulu dibangun untuk kaum intelektual pembangkang Hindia Belanda. Kini, ia jadi rumah mewah bagi koruptor.
Lapas Sukamiskin.
Ayo Netizen 27 Okt 2025, 16:29 WIB

Problem Deforestasi Mikro Kota Bandung

Deforestasi mikro di Kota Bandung makin sering terjadi. Ujungnya, suhu kota merangkak naik. Malam terasa lebih hangat.
Hutan Kota Babakan Siliwangi, Kota Bandung. (Sumber: Ayobandung.id | Foto: Irfan Al-Faritsi)
Ayo Netizen 27 Okt 2025, 15:06 WIB

5 Cara Bikin Voice Over Kontenmu Jernih Tanpa Alat Mahal

Suara berisik ganggu hasil kontenmu? Tenang! Artikel ini kasih 5 trik simpel biar voice over terdengar jernih dan profesional.
Suara berisik ganggu hasil kontenmu? Tenang! Artikel ini kasih 5 trik simpel biar voice over terdengar jernih dan profesional. (Sumber: Pexels/Karola G)
Ayo Jelajah 27 Okt 2025, 13:47 WIB

Batavia jadi Sarang Penyakit, Bandung Ibu Kota Pilihan Hindia Belanda

Gedung Sate seharusnya jadi jantung pemerintahan Hindia Belanda. Tapi rencana besar itu kandas sebelum Bandung sempat berkuasa.
Alun-alun Bandung sebelum tahun 1930-an. (Sumber: KITLV)
Ayo Netizen 27 Okt 2025, 12:46 WIB

Bandung Raya dan Mimpi Kota Berkelanjutan yang Masih Setengah Jalan

Keberhasilan Bandung Raya dalam menjadi kawasan hijau tidak akan diukur dari penghargaan semata.
Bandros atau Bandung Tour on Bus adalah bus wisata ikonik Kota Bandung. (Sumber: Pexels/arwin waworuntu)
Ayo Netizen 27 Okt 2025, 11:16 WIB

Klise Wacana 6 Agama Resmi di Indonesia

‘Enam agama resmi’ bertebaran di mana-mana, di setiap jenjang pendidikan.
‘Enam agama resmi’ bertebaran di mana-mana, di setiap jenjang pendidikan. Kita Diajarkan untuk memahami hal ini. (Sumber: Pexels/Mochammad Algi)
Ayo Netizen 27 Okt 2025, 09:41 WIB

Mengulas Kekurangan Film 'Gowok: Kamasutra Jawa'

Artikel ini berisi opini tentang film "Gowok: Kamasutra Jawa".
Salah satu adegan film "Gowok: Kamasutra Jawa". (Sumber: MVP Pictures)
Ayo Netizen 27 Okt 2025, 07:57 WIB

Mengapa Tokoh Agama Kita Perlu Membaca Realitas?

Tokoh agama kita sangat perlu membaca realitas agar setiap keputusan atau nasihat yang diberikan bisa tetap relevan dengan kondisi zaman saat ini.
Tokoh agama perlu membaca realitas agar dapat menafsirkan ajaran agama secara relevan dan kontekstual dengan kehidupan masyarakat. (Sumber: Kolase Canva)