Menjaga Irama Tradisi: Semangat Panca Wijaya Art dalam Melestarikan Tari Jaipong di Era Modern

Keira arumi wijaya
Ditulis oleh Keira arumi wijaya diterbitkan Rabu 19 Nov 2025, 19:18 WIB
Deretan kostum tari memenuhi ruang Latihan Sanggar Panca Wijaya Art di Kecamatan Kiaracondong, Bandung, Minggu (02/11/25). (Foto: Keira Arumi Wijaya)

Deretan kostum tari memenuhi ruang Latihan Sanggar Panca Wijaya Art di Kecamatan Kiaracondong, Bandung, Minggu (02/11/25). (Foto: Keira Arumi Wijaya)

Deretan kostum warna-warni menggantung rapi di sudut ruangan, sementara piala dan piagam berjejer di atas lemari kecil yang menandakan panjangnya jejak prestasi. Di antara gemerlap kain dan hiasan kepala penari, aroma semangat terasa kental di ruang latihan para penari. Tempat ini bukan sekadar wadah berlatih, tetapi pusat kreativitas yang menjaga denyut hidup tari Jaipong agar tetap berirama di tengah derasnya budaya modern. Panca Wijaya Art, Jalan Kiara Asri Barat II No.4, Sukapura, Kec. Kiaracondong, Kota Bandung.

Sanggar yang dibina oleh Yosep Gunawan, pengajar sekaligus pembina Sanggar Panca Wijaya Art, menegaskan bahwa Jaipong merupakan bagian penting dari warisan budaya Sunda yang berasal dari tarian rakyat bernama Ketuk Tilu.

“Jaipong berkembang dari tarian rakyat yang digarap ulang oleh Gugum Gumbira. Gerakannya mencerminkan semangat dan keanggunan perempuan Sunda,” ujarnya pada Minggu (02/11/25).

Ia menjelaskan, menjaga eksistensi Jaipong di tengah arus modernisasi bukan perkara sederhana. Perubahan selera generasi muda dan pengaruh budaya global menjadi tantangan tersendiri.

“Sekarang anak-anak lebih tertarik pada Jaipong kreasi. Mereka banyak memberi ide baru dalam gerakan, dan itu jadi tugas kami untuk tetap mengenalkan nilai tradisi di baliknya,” tuturnya.

Meski begitu, minat terhadap Jaipong masih cukup tinggi. Banyak anak-anak dan remaja yang rutin berlatih di sanggar setiap pekan. Sebelum mulai menari, mereka selalu diperkenalkan pada makna serta sejarah di balik setiap gerakan agar memahami bahwa Jaipong bukan sekadar tarian, melainkan sarana untuk menelusuri filosofi budaya Sunda.

Untuk menjaga antusiasme peserta latihan, sanggar terus berinovasi dengan memadukan unsur klasik dan modern dalam setiap karya tari. Musik tradisional sering dikombinasikan dengan aransemen kekinian tanpa meninggalkan ciri khas Jaipong sebagai tarian tradisional. Pendekatan ini membuat Jaipong tetap relevan dan diminati oleh generasi muda.

Para penari Sanggar Panca Wijaya Art menampilkan tarian Jaipong di West Java Festival, Kecamatan Batununggal, Bandung, Sabtu (25/10/2025), sebagai bentuk pelestarian budaya Sunda di era modern. (Foto: Yosep Gunawan)
Para penari Sanggar Panca Wijaya Art menampilkan tarian Jaipong di West Java Festival, Kecamatan Batununggal, Bandung, Sabtu (25/10/2025), sebagai bentuk pelestarian budaya Sunda di era modern. (Foto: Yosep Gunawan)
  • Selain berlatih, Sanggar Panca Wijaya Art juga aktif berpartisipasi dalam berbagai kegiatan seni dan kebudayaan, seperti West Java Festival, Bandung Fair, hingga perayaan Hari Jadi Kota Bandung. Keterlibatan dalam berbagai acara tersebut menjadi bukti bahwa Jaipong masih memiliki tempat di hati masyarakat dan terus berkembang mengikuti zaman.

Media sosial kini berperan penting dalam memperluas jangkauan kesenian Jaipong. Melalui unggahan foto dan video latihan di Instagram dan TikTok, sanggar berhasil menarik perhatian banyak anak muda yang sebelumnya belum mengenal Jaipong.

Menurutnya, kunci utama dalam menjaga keberlangsungan Jaipong adalah konsistensi dan semangat berkarya. Dunia seni tidak akan bertahan tanpa inovasi dan dedikasi pelaku seninya.

“Kalau bukan kita yang menjaga, siapa lagi? Kalau bukan sekarang, kapan lagi? Anak-anak harus terus berkarya agar budaya ini tidak hilang,” ucapnya.

Dengan komitmen dan kerja keras, Sanggar Panca Wijaya Art membuktikan bahwa Jaipong tetap relevan di tengah perkembangan zaman. Gerak dan iramanya tidak hanya menjadi pertunjukan, tetapi juga wujud kebanggaan dan jati diri masyarakat Sunda. Selama masih ada generasi muda yang mau menari dan memahami maknanya, Jaipong akan terus bergema di setiap panggung, menjadi simbol semangat budaya yang tak lekang oleh waktu. (*)

Disclaimer

Tulisan ini merupakan artikel opini yang sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Pandangan yang disampaikan dalam artikel ini tidak mewakili pandangan atau kebijakan organisasi dan redaksi AyoBandung.id.

Keira arumi wijaya
Mahasiswa Digital PR Telkom University
Nilai artikel ini
Klik bintang untuk menilai

Berita Terkait

News Update

Ayo Netizen 21 Nov 2025, 16:13 WIB

Bukan Sekadar Gaya Hidup, Work From Cafe jadi Penunjang Produktivitas Kalangan Muda

Work from Café (WFC) menawarkan suasana baru untuk mengatasi kejenuhan dalam bekerja.
Salah satu mahasiswa sedang mengerjakan tugas di salah satu Café di Kota Bandung (30/10/2025) (Foto: Syifa Givani)
Ayo Netizen 21 Nov 2025, 16:04 WIB

Kisah Jajanan Sore 'Anget Sari' yang Dekat dengan Mahasiswa

Kisah Anget Sari, lapak gorengan di Sukapura yang dikenal karena mendoan hangat, bahan segar, dan pelayanan ramah.
Suasana hangat di lapak Anget Sari saat pemilik menyajikan gorengan untuk pelanggan, di Kampung Sukapura, Kecamatan Dayeuhkolot, Bandung, Selasa (28/10/2025) (Sumber: Nailah Qurratul Aini | Foto: Nailah Qurratul Aini)
Ayo Netizen 21 Nov 2025, 15:41 WIB

UMKM Tahura Bandung Tumbuh Bersama di Tengah Perubahan Kawasan Wisata

Mengkisahkan tentang seorang pedagang pentol kuah yang ikut tumbuh bersama dengan berkembangnya kawasan wisata alam Tahura
Seorang pedagang sedang menjaga warungnya di Kawasan wisata tahura, (25/10/25) (Foto: M. Hafidz Al Hakim)
Ayo Netizen 21 Nov 2025, 15:21 WIB

Fenomena Turisme Bandung: Pesona Edukatif dan Konservatif di Lembang Park & Zoo

Lembang Park & Zoo menghadirkan wisata edukatif dan konservatif di Bandung.
Siap berpetualang di Lembang Park & Zoo! Dari kampung satwa sampai istana reptil, semua seru buat dikunjungi bareng keluarga (Sumber: Dokumentasi Pribadi | Foto: Adil Rafsanjani)
Ayo Netizen 21 Nov 2025, 15:10 WIB

Pengalaman Rasa yang Tidak Sesuai dengan Ekspektasi

Hunting kuliner memang tidak selalu berbuah dengan rasa yang lezat, beberapa di antaranya rasa yang tidak sesuai dengan review dan harga yang sangat fantastis.
Hunting kuliner memang tidak selalu berbuah dengan rasa yang lezat, beberapa di antaranya rasa yang tidak sesuai dengan review dan harga yang sangat fantastis (Sumber: Dokumentasi Penulis | Foto: Dias Ashari)
Ayo Netizen 21 Nov 2025, 14:49 WIB

Scroll Boleh, Meniru Jangan, Waspada Memetic Violence!

Saatnya cerdas dan bijak bermedsos, karena satu unggahan kita hari ini bisa membawa pengaruh besar bagi seseorang di luar sana.
Ilustrasi asyiknya bermedia sosial. (Sumber: pixabay.com | Foto: Istimewa)
Ayo Netizen 21 Nov 2025, 13:02 WIB

Hangatnya Perpaduan Kopi dan Roti dari Kedai Tri Tangtu

Roti Macan dimulai dari ruang yang jauh lebih kecil dan jauh lebih sunyi, yaitu kedai kopi.
Kedai kecil itu menciptakan suasana hangat dari aroma Roti Macan pada hari Selasa (04/11/2025). (Sumber: Dokumentasi Penulis | Foto: Wafda Rindhiany)
Ayo Jelajah 21 Nov 2025, 11:17 WIB

Sejarah Soreang dari Tapak Pengelana hingga jadi Pusat Pemerintahan Kabupaten Bandung

Sejarah Soreang dari tempat persinggahan para pengelana hingga menjelma pusat pemerintahan modern Kabupaten Bandung.
Menara Sabilulunga, salah satu ikon baru Soreang. (Sumber: Wikimedia)
Ayo Jelajah 21 Nov 2025, 11:16 WIB

Sejarah Black Death, Wabah Kematian Perusak Tatanan Eropa Lama

Sejarah wabah Black Death yang menghancurkan Eropa pada awal abad ke-14, menewaskan sepertiga penduduk, dan memicu lahirnya tatanan baru.
Lukisan The Triumph of Death dari Pieter Bruegel (1562) yang terinspirasi dari Black Death. (Sumber: Wikipedia)
Ayo Netizen 21 Nov 2025, 10:17 WIB

History Cake Bermula dari Kos Kecil hingga Jadi Bagian 'Sejarah Manis' di Bandung

History Cake dimulai dari kos kecil pada 2016 dan berkembang lewat Instagram.
Tampilan area display dan kasir History Cake yang menampilkan beragam Korean cake dan dessert estetik di Jalan Cibadak, Kecamatan Bojongloa Kaler, Kota Bandung. (30/10/2025) (Sumber: Naila Husna Ramadhani)
Ayo Netizen 21 Nov 2025, 09:29 WIB

Dari Tiktok ke Trotoar, ‘Iseng’ Ngumpulin Orang Sekota untuk Lari Bareng

Artikel ini menjelaskan sebuah komunitas lari yang tumbuh hanya iseng dari Tiktok.
Pelari berkumpul untuk melakukan persiapan di Jl. Cilaki No.61, Cihapit, Kecamatan Bandung Wetan, Kota Bandung, pada Sabtu pagi 15 November 2025 sebelum memulai sesi lari bersama. (Sumber: Rafid Afrizal Pamungkas | Foto: Rafid Afrizal Pamungkas)
Ayo Netizen 21 Nov 2025, 08:06 WIB

Giri Purwa Seni Hadirkan Kecapi Suling sebagai Pelestarian Kesenian Tradisional Sunda

Giri Purwa Seni di Cigereleng menjaga warisan kecapi suling melalui produksi, pelatihan, dan pertunjukan.
Pengrajin Giri Purwa Seni menampilkan seperangkat alat musik tradisional berwarna keemasan di ruang pamer Giri Purwa Seni, Jl. Soekarno Hatta No. 425, Desa Cigereleng, Astana Anyar, Karasak, pada Senin, 10 November 2025. (Sumber: Dokumentasi Penulis)
Ayo Biz 20 Nov 2025, 21:19 WIB

Desa Wisata Jawa Barat Menumbuhkan Ekonomi Kreatif dengan Komitmen dan Kolaborasi

Desa wisata di Jawa Barat bukan sekadar destinasi yang indah, namun juga ruang ekonomi kreatif yang menuntut ketekunan, komitmen, dan keberanian untuk terus berinovasi.
Upacara Tutup Tahun Kampung Cireundeu, Merawat Tradisi dan Syukur Kepada Ibu Bumi. (Sumber: Ayobandung.id | Foto: Restu Nugraha)
Ayo Netizen 20 Nov 2025, 20:18 WIB

Ngaruat Gunung Manglayang, Tradisi Sakral Menjaga Harmoni Alam dan Manusia

Ngaruat Gunung Manglayang adalah tradisi tahunan untuk menghormati alam.
Warga adat melakukan ritual ruatan di kaki Gunung Manglayang sebagai bentuk ungkapan syukur dan doa keselamatan bagi alam serta masyarakat sekitar.di Gunung Manglayang, Cibiru, Bandung 20 Maret 2025 (Foto: Oscar Yasunari)
Ayo Biz 20 Nov 2025, 18:23 WIB

Desa Wisata, Ekonomi Kreatif yang Bertumbuh dari Akar Desa

Desa wisata, yang dulu dianggap sekadar pelengkap pariwisata, kini menjelma sebagai motor ekonomi kreatif berbasis komunitas.
Wajah baru ekonomi Jawa Barat kini tumbuh dari desa. Desa wisata, yang dulu dianggap sekadar pelengkap pariwisata, kini menjelma sebagai motor ekonomi kreatif berbasis komunitas. (Sumber: Ayobandung.id | Foto: Eneng Reni Nuraisyah Jamil)
Ayo Netizen 20 Nov 2025, 17:21 WIB

Lenggak-lenggok Jaipong di Tengah Riuh Bandung dan Pesona Tradisi

Tari Jaipong tampil memukau di West Java Festival 2025. Gerak enerjik dan musik riuh membuat penonton antusias.
Penampilan tari Jaipong menghiasi panggung West Java Festival 2025 dengan gerakan energik yang memukau penonton, Minggu (9/11/2025). (Sumber: Selly Alifa | Foto: Dokumentasi Pribadi)
Ayo Netizen 20 Nov 2025, 17:07 WIB

Curug Pelangi Punya Keindahan Ikonik seperti di Luar Negeri

Wisata alam Bandung memiliki banyak keunikan, Curug Pelangi punya ikon baru dengan pemandangan pelangi alami.
Pelangi asli terlihat jelas di wisata air terjun Curug Pelangi, Kabupaten Bandung Barat (2/11/25) (Sumber: Dokumentasi Penulis | Foto: Tazkiya Hasna Putri S)
Ayo Netizen 20 Nov 2025, 16:55 WIB

Wayang Golek Sindu Parwata Gaungkan Pelestarian Budaya Sunda di Manjahlega

Pagelaran Wayang Golek Sindu Parwata di Manjahlega gaungkan pelestarian budaya Sunda dan dorong generasi muda untuk mencintai budaya lokal sunda.
Suasana pagelaran Wayang Golek di Kelurahan Manjahlega, Kecamatan Rancasari, Kota Bandung, Jumat (5/9/2025), di halaman Karang Taruna Caturdasa RW 14. (Sumber: Dokumentasi penulis | Foto: Ayu Amanda Gabriela)
Ayo Netizen 20 Nov 2025, 16:30 WIB

Menyoal 'Sora' Sunda di Tengah Sorak Wisatawan

Sora Sunda tidak harus berteriak paling keras untuk tetap hidup dan bertahan. Ia cukup dimulai dari kebiasaan kecil.
Mengenalkan budaya dan nilai kesundaan bisa dilakukan lewat atraksi kaulinan barudak. (Sumber: ayobandung.com | Foto: Kavin Faza)
Ayo Netizen 20 Nov 2025, 16:10 WIB

Kenaikan Gaji ASN, antara Harapan Dompet dan Reformasi Birokrasi

Kenaikan gaji ASN bukan sekadar soal dompet, tapi ujian sejauh mana birokrasi mampu menukar kesejahteraan menjadi kinerja.
Ilustrasi PNS di Bandung Raya. (Sumber: Ayobandung.id | Foto: Irfan Al-Faritsi)