Jejak Dua Seniman Eks Tahanan Politik Tersembunyi Puluhan Tahun di Hutan Maribaya

Restu Nugraha Sauqi
Ditulis oleh Restu Nugraha Sauqi diterbitkan Senin 11 Agu 2025, 08:44 WIB
Pengunjung berfoto di relief adu domba jantan di Maribaya, sebelah timur Lembang tahun 1971. (Sumber: collectie.wereldculturen)

Pengunjung berfoto di relief adu domba jantan di Maribaya, sebelah timur Lembang tahun 1971. (Sumber: collectie.wereldculturen)

AYOBANDUNG.ID - Tersembunyi di balik rimbunnya pepohonan dan semak belukar kawasan Hutan Maribaya, sebuah penemuan unik menyimpan misteri masa lalu yang terlupakan. Koswara, pria 42 tahun dari Kampung Maribaya, Desa Langensari, Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat, secara tak sengaja menemukan sebuah patung kepala manusia berukuran jauh lebih besar daripada kepala manusia biasa.

Patung itu memiliki diameter sekitar tiga meter, lengkap dengan mulut, hidung, dan telinga, berdiri kokoh di bawah tebing tak jauh dari Air Terjun Curug Omas. Namun, jika dilihat dari kejauhan, sosok raksasa ini sulit terlihat, tersembunyi di balik semak belukar dan rumpun bambu, dengan seluruh permukaannya tertutup rumput liar dan lumut.

Ada yang membuatnya berbeda dari patung biasa—bentuknya menyerupai arca dwarapala, sosok penjaga yang kerap ditemukan di gerbang candi atau keraton di Jawa. Namun yang ditemukan hanya bagian kepala, tanpa badan yang utuh.

Tak jauh dari lokasi itu, sekitar 500 meter jauhnya, Koswara juga menemukan sebuah ukiran relief di lereng curam. Relief tersebut menggambarkan sosok manusia berkuncir, mengenakan selendang, dan menaiki binatang mirip kuda. Berbeda dengan patung kepala yang terlihat sangat kuno, relief ini justru memberi kesan lebih modern, terlihat dari sisa warna cat merah dan kuning yang masih melekat pada ukiran tersebut.

Koswara masih ingat betul saat penemuan itu terjadi. Waktu itu, ia tengah memasang perangkap lebah di kawasan hutan tersebut. Ia teringat cerita kakek buyutnya tentang dua tempat bernama Bubutaan dan Cadas Kuda Lumping—nama-nama yang selama ini hanya dianggap sebagai sebutan biasa untuk area hutan itu.

Namun kini, nama-nama tersebut menemukan makna baru setelah melihat patung kepala manusia raksasa yang kemudian disebut Bubutaan, dan relief manusia menaiki kuda yang dinamai Cadas Kuda Lumping.

Meski begitu, Koswara tak mengetahui siapa pembuat patung dan relief itu, atau kapan keduanya dibuat. Keluarganya pun tak pernah membicarakan asal-usul benda-benda tersebut. Lebih aneh lagi, keduanya ditemukan jauh di dalam hutan belantara yang sepi, seolah sengaja disembunyikan.

Menurut cerita ayah Koswara, dulunya lokasi itu kerap menjadi tempat bertapa atau semedi. Di sana sering ditemukan dupa, rokok, atau sesaji berupa kelapa muda sebagai tanda penghormatan dan ritual spiritual. Kini, tradisi itu telah lama hilang dan jejak-jejak sesaji pun tak lagi tampak.

Karya seni berbentuk patung di tengah Hutan Maribaya yang diduga kuat merupakan karya dua orang seniman anggota Lembaga Kebudayaan Rakyat yaitu Tubagus Chutbani BA dan Unu Pandi. (Sumber: ayobandung.id | Foto: Restu Nugraha)
Karya seni berbentuk patung di tengah Hutan Maribaya yang diduga kuat merupakan karya dua orang seniman anggota Lembaga Kebudayaan Rakyat yaitu Tubagus Chutbani BA dan Unu Pandi. (Sumber: ayobandung.id | Foto: Restu Nugraha)
Relief yang menggambarkan sosok manusia berkuncir yang mengenakan selendang dan menaiki binatang mirip kuda.Karya seni di tengah hutan Maribaya ini diduga kuat merupakan karya dua orang seniman anggota Lembaga Kebudayaan Rakyat. (Sumber: ayobandung.id | Foto: Restu Nugraha)
Relief yang menggambarkan sosok manusia berkuncir yang mengenakan selendang dan menaiki binatang mirip kuda.Karya seni di tengah hutan Maribaya ini diduga kuat merupakan karya dua orang seniman anggota Lembaga Kebudayaan Rakyat. (Sumber: ayobandung.id | Foto: Restu Nugraha)

Dari Seniman ke Tahanan Politik

Keberadaan sejumlah karya seni berbentuk patung dan relief di tengah Hutan Maribaya diduga kuat merupakan karya dua seniman anggota Lembaga Kebudayaan Rakyat (Lekra), yaitu Tubagus Chutbani BA dan Unu Pandi.

Lekra merupakan organisasi yang dibentuk sejumlah tokoh Partai Komunis Indonesia (PKI) pada 17 Agustus 1950 sebagai wadah bagi para seniman pada masa itu. Namun, dalam perjalanannya, lembaga ini kerap dituding menjadi media propaganda politik PKI hingga dibubarkan tahun 1966.

Hasil penelusuran menyebutkan, kedua seniman Lekra tersebut sengaja membuat patung dan relief untuk mempercantik destinasi wisata Maribaya pada tahun 1970-an. Saat itu, pemandian air panas Maribaya, Air Terjun Maribaya, dan Air Terjun Omas masih dikelola oleh pemerintah Kabupaten Bandung.

Status keduanya adalah mantan tahanan politik (Tapol) peristiwa G30S. Mereka sempat diburu rezim Orde Baru dan ditahan di Jalan Jawa, Kota Bandung. Karena tak terbukti bersalah, pada tahun 1970-an Bupati Bandung Lily Sumantri meminta agar Chutbani dan Unu dibebaskan dan dipekerjakan di Maribaya.

“Chutbani dan Unu ini dikenal sebagai Tapol golongan C. Meski telah bebas, mereka tetap dikenakan wajib lapor,” kata Entun Suryana Alamsyah (76), rekan kerja keduanya di Maribaya.

Beberapa patung dan relief karya Chutbani dan Unu masih tersisa di hutan. Di antaranya patung kepala manusia raksasa lengkap dengan detail wajah, serta relief sosok manusia berkuncir menaiki kuda. Kini, keduanya nyaris tak terlihat karena tertutup lumut dan semak.

Tak hanya dua, menurut Entun, karya mereka mencapai puluhan, tersebar di berbagai titik Hutan Maribaya. Ada yang berada di tepi sungai, di depan pintu masuk, hingga lokasi terpencil. Beberapa masih utuh, lainnya rusak atau hanyut terbawa arus Sungai Cikapundung.

“Banyak sekali—ada patung kuda lumping, singa, katak, kera, rusa, buaya, sampai relief tradisi adu domba,” ujarnya.

Entun bercerita, selain Chutbani dan Unu, ada sekitar 30 Tapol ’65 yang bekerja di Maribaya pada 1970–1975. Mereka bisa bebas berkat jaminan langsung dari Bupati Lily Sumantri, meski tetap mendapat stigma negatif dan diskriminasi.

“Bupati Lily yakin mereka tidak bersalah. Tapi dalam kehidupan sehari-hari, mereka tetap sering dituduh PKI dan tidak bisa diangkat menjadi PNS seperti warga lain,” katanya.

Entun menyebut selama bekerja, Chutbani dan Unu tak pernah bercerita detail soal keterlibatan mereka di Lekra. Mereka hanya mengaku pernah belajar seni rupa kepada Hendra Gunawan, tokoh Lekra terkenal di Bandung dan Jawa Barat.

Kedua seniman ini menegaskan tidak pernah merencanakan atau terlibat dalam peristiwa G30S.

“Saat bekerja bersama saya, mereka membantah terlibat. Mereka hanya sempat belajar pada Hendra Gunawan. Tapi tiba-tiba dituduh PKI dan ditahan militer,” jelasnya.

Senada dengan Entun, mantan Kepala Balai Pengelolaan Tahura Ir. H. Djuanda, Lianda Lubis, mengatakan patung kepala raksasa dan relief manusia naik kuda itu memang karya Chutbani BA dan Unu Pandi sekitar tahun 1972.

Ia menjelaskan, patung dan relief itu merupakan karya seni luar ruang yang dibuat dari campuran batu, semen, dan pasir. Dulu, masyarakat melihatnya sebagai patung biasa, namun seiring waktu dan tertutup lumut, karya itu justru terlihat lebih artistik.

“Kalau ada yang bertanya ini peninggalan Belanda atau kerajaan, jawabannya bukan. Ini peninggalan dua seniman,” kata Lianda. (*)

Nilai artikel ini
Klik bintang untuk menilai

Berita Terkait

News Update

Ayo Biz 30 Sep 2025, 08:08 WIB

Ada Apa Saja di Pasar Cihapit?

Kawasan Cihapit, Bandung, tidak hanya dikenal sebagai pusat belanja tradisional, tetapi juga menjadi salah satu spot kuliner yang selalu ramai dikunjungi. Dari jajanan ringan hingga makanan berat
Pasar Cihapit. (Foto: Ayobandung.com/Kavin Faza)
Ayo Netizen 30 Sep 2025, 07:04 WIB

Mengapa Penataan Sungai Penting untuk Bandung

Bandung membutuhkan paradigma baru di mana sungai diperlakukan sebagai aset penting kota.
Kawasan permukiman di pinggiran Sungai Cikapundung, Bandung. (Sumber: ayobandung.com | Foto: Gilang Fathu Romadhan)
Ayo Netizen 29 Sep 2025, 20:35 WIB

Menjelajahi Waktu di Antara Sunda dan Hindu

Darinyalah kemudian lahir kerajaan-kerajaan, Galuh di Ciamis dan Pakuan-Pajajaran di Bogor, yang pada abad ke-16 bersatu dalam nama Sunda.
Prasasti Batu Tulis di Bogor. (Sumber: Dokumentasi Penulis | Foto: Arfi Pandu Dinata)
Ayo Biz 29 Sep 2025, 19:29 WIB

Fundamental Dulu, Ekspor Kemudian: Strategi UMKM Sukses ala Bechips

Setiap lembar keripik Bechips yang mendarat di rak-rak toko Jepang membawa cerita panjang tentang ketekunan, strategi, dan mimpi besar seorang pelaku UMKM.
Produk UMKM asal Bandung, Bechips yang bersukses diekspor ke pasar Jepang. (Sumber: Ayobandung.id | Foto: Eneng Reni Nuraisyah Jamil)
Beranda 29 Sep 2025, 17:25 WIB

Keracunan MBG di Bandung Barat, Kronik Tragedi Hidangan Basi di Balik Santapan Bergizi

Kronologi ribuan siswa di Bandung Barat tumbang usai menyantap menu MBG. Program yang dijanjikan sehat malah berubah jadi “Makan Basi Gratis.”
Potret sejumlah siswa yang terkapar lemasakibat keracunan massal MBG di Bandung Barat. (Sumber: Ayobandung | Foto: Restu Nugraha)
Ayo Biz 29 Sep 2025, 17:04 WIB

Post-Grunge Tak Pernah Mati: Freak dan Semangat Bandung

Freak, yang mengusung aliran post-grunge, telah menjadi bagian dari denyut nadi skena independen Kota Bandung sejak awal 2000-an.
Freak saat launching party album ketiga “Revelation of Universe” pada 2016, berisi 11 track yang dirilis di Indonesia dan Malaysia. (Sumber: dok. Freak)
Ayo Netizen 29 Sep 2025, 16:31 WIB

Longser Sunda 'Kabayan Ngalalana' Menampilkan Figur yang Berbeda dari Mang Kabayan

Dalam Longser Sunda “Kabayan Ngalalana”, Mang Kabayan ditampilkan sebagai sosok Profesor Kabayan, seorang penemu mesin waktu.
Dalam Longser Sunda “Kabayan Ngalalana”, Mang Kabayan ditampilkan sebagai sosok Profesor Kabayan, seorang penemu mesin waktu. (Sumber: Istimewa)
Ayo Netizen 29 Sep 2025, 15:45 WIB

Budaya Serobot Antrean oleh Sebagian Emak-Emak di Kota Bandung

Budaya emak-emak yang serobot antrian memang meresahkan tapi mirisnya perilaku menyimpang itu mendapat pembenaran di sebagian kalangan masyarakat
Perilaku emak-emak menyerobot antrian memang sudah dinormalisasi di kalangan masyarakat (Sumber: Instagram | sushrusa_deafschool)
Ayo Biz 29 Sep 2025, 15:27 WIB

Uap Hangat Cimanggu dan Cerita yang Tak Pernah Usang

Bandung dengan lanskap alamnya yang memesona, terus menjadi panggung utama bagi wisata healing.
Pemandian Air Panas Cimanggu-- Bandung dengan lanskap alamnya yang memesona, terus menjadi panggung utama bagi wisata healing. (Sumber: Ayobandung.id | Foto: Eneng Reni Nuraisyah Jamil)
Ayo Jelajah 29 Sep 2025, 14:37 WIB

Jejak Sejarah Kabupaten Bandung, Lahir 1641 karena Pemberontakan Dipati Ukur

Lahir lewat piagam Sultan Agung, Kabupaten Bandung jadi simpul penting Priangan. Dari Dipati Ukur, Dayeuhkolot, hingga pindah ke Cikapundung.
Foto para wedana di Banjaran sebelum tahun 1880. (Sumber: KITLV)
Ayo Netizen 29 Sep 2025, 12:20 WIB

Utamakan Akhlak, Sebarkan Kedamaian

Mendahulukan akhlak dalam setiap menyelesaikan perselisihan dengan cara menghormati atas segala perbedaan dan berlomba-lomba dalam kebaikan.
Suasana malam di Masjid Raya Al Jabbar. (Sumber: Ayobandung.com | Foto: Irfan Al-Faritsi)
Ayo Biz 29 Sep 2025, 09:58 WIB

Meneguk Kesegaran Es Goyobod, Sari Rasa Buah-buahan Langsung Bikin Tenggorokan Segar dan Perut Kenyang

Cuaca panas di Kota Kembang akhir-akhir ini bikin banyak orang mencari minuman segar. Salah satu jawabannya ada pada es goyobod, minuman tradisional khas Garut yang kini semakin populer di Bandung.
Ilustrasi Foto Es Goyobod. (Foto: Freepik)
Ayo Biz 29 Sep 2025, 08:58 WIB

Menerka Asal Usul Seblak, Benarkah dari Cianjur dan Sudah Ada Sejak 1940?

Seblak kini menjadi salah satu jajanan yang paling digemari masyarakat. Tidak hanya populer di Bandung atau Jawa Barat, makanan berkuah pedas ini bahkan sudah merambah ke berbagai daerah di Indonesia,
Ilustrasi Foto Seblak. (Foto: Dok. Ayobandung.com)
Ayo Netizen 29 Sep 2025, 07:05 WIB

Beralihnya Persawahan Jadi Perumahan di Kabupaten Bandung

Lahan persawahan di Bandung kian tahun mulai menghilang dan berganti dengan sejumlah perumahan.
Lahan Persawahan yang Berubah Menjadi Perumahan Al-Maas (Sumber: Dokumentasi Penulis | Foto: Dias Ashari)
Ayo Netizen 29 Sep 2025, 05:20 WIB

Henky Timisela Berpulang, Pernah Bawa Persib Juara Kejurnas PSSI usai Tekuk Persija

Henky Timisela berpulang dalam usia 86 tahun. Sejumlah prestasi di sepak bola pernah diraihnya khususnya bersama Persib pada 1961.
Henky Timisela. (Sumber: Pikiran Rakjat)
Ayo Biz 28 Sep 2025, 19:02 WIB

Bandung, Kota Kreatif yang Kini Menjadi Magnet Ritel Global

Bandung bukan hanya kota kreatif, namun juga barometer pasar ritel Indonesia yang terus bergerak dinamis.
AEON membuka gerainya di Paris Van Java menjadi pengakuan atas kekuatan Bandung sebagai kota dengan denyut ritel yang tak pernah padam. (Sumber: dok. AEON)
Ayo Netizen 28 Sep 2025, 18:01 WIB

Bandung di Persimpangan Kiri Jalan: Dari Ingatan ke Gerakan

Sebuah resensi dari diskusi buku "Bandung Di Persimpangan Kiri Jalan" karya Hafidz Azhar, yang penulis temukan di Pasar Minggu edisi 14 Jl. Garut No. 2 Bandung.
Buku Bandung di Persimpangan Kiri Jalan karya Hafidz Azhar. (Sumber: Istimewa)
Ayo Biz 28 Sep 2025, 16:34 WIB

Transformasi Lulusan Musik Indonesia di Tengah Revolusi Industri Kreatif

Di tengah gempuran teknologi dan pergeseran pola konsumsi, para lulusan seni musik dituntut untuk lebih dari sekadar berbakat. Mereka harus tangguh, adaptif, dan memiliki wawasan lintas disiplin.
Ilustrasi. Di tengah gempuran teknologi dan pergeseran pola konsumsi, para lulusan seni musik dituntut untuk lebih dari sekadar berbakat. Mereka harus tangguh, adaptif, dan memiliki wawasan lintas disiplin. (Sumber: dok. Universitas Taruna Bakti)
Ayo Biz 28 Sep 2025, 15:49 WIB

Klinik Estetik dan Kesadaran Kulit di Bandung, Antara Tren Kekinian dan Transformasi Diri

Tren perawatan kecantikan 2025 memang menunjukkan pergeseran signifikan. Konsumen kini lebih memilih perawatan yang bersifat personal, minim invasif, dan berkelanjutan.
Ilustrasi tren perawatan kecantikan. (Sumber: Ist)
Ayo Jelajah 28 Sep 2025, 15:37 WIB

Hikayat Konflik Lahan dan Penggusuran Tamansari Bandung 2019

Sengketa status tanah, gugatan hukum, hingga gas air mata. Tamansari 2019 jadi bukti peliknya wajah pembangunan dan politik kota.
Lokasi pembangunan rumah deret (rudet) Tamansari hasil penggusuran warga. (Sumber: Ayobandung | Foto: Irfan al Faritsi)