Konten Berdampak Bisa Jadi Opsi Solusi Hadapi Kompetisi Era Disrupsi Digital

Hengky Sulaksono
Ditulis oleh Hengky Sulaksono diterbitkan Kamis 11 Sep 2025, 19:28 WIB
Konten berdampak hadir ketika informasi mampu menumbuhkan perubahan nyata, memberi manfaat, atau menciptakan keterlibatan yang lebih dalam antara media dengan publiknya. (Sumber: Ayobandung.com | Foto: Irfan Al-Faritsi)

Konten berdampak hadir ketika informasi mampu menumbuhkan perubahan nyata, memberi manfaat, atau menciptakan keterlibatan yang lebih dalam antara media dengan publiknya. (Sumber: Ayobandung.com | Foto: Irfan Al-Faritsi)

AYOBANDUNG.ID -- Apa yang membuat sebuah konten disebut berdampak? Pertanyaan itu menjadi inti diskusi dalam workshop Membangun Konten Berdampak untuk Ekosistem Informasi Publik pada Jabar Media Summit 2025, Kamis, 11 September 2025, di Holiday Inn Pasteur, Kota Bandung.

Di hadapan puluhan peserta, para narasumber sepakat bahwa konten berdampak bukan sekadar soal klik, jumlah tayangan, atau viral sesaat. Konten berdampak hadir ketika informasi mampu menumbuhkan perubahan nyata, memberi manfaat, atau menciptakan keterlibatan yang lebih dalam antara media dengan publiknya.

“Konten yang kita buat itu tidak hanya dibaca, lalu selesai. Itu bisa dievaluasi, menjadi aset juga,” ujar Pemimpin Redaksi Ayobandung.id, Andres Fatubun.

Ia mencontohkan kanal Ayo Biz, yang awalnya hanya memuat profil UMKM di Bandung dan sekitarnya. Seiring waktu, kanal itu berubah menjadi pintu masuk kebutuhan lain: pelatihan keuangan, akses perbankan, hingga strategi pemasaran.

Dipaparkan Andres, jurnalisme semacam ini mampu menghadirkan dampak sosial langsung. Bukan hanya publik mengetahui produk UMKM, tapi juga ada jembatan menuju solusi. “Kami menggandeng rumah BUMN. Dari situ, konten tak berhenti jadi berita, tapi ikut mendorong ekosistem berkembang,” katanya.

Bagi Andres, keberlanjutan adalah kata kunci. Konten bisa berkembang menjadi modal, bahkan aset yang diakui di luar negeri. Ia menyinggung liputan Ayobandung tentang lahan kritis di Kawasan Bandung Utara yang kemudian terpilih mengikuti program internasional EJN. “Kami diundang sebagai salah satu media lokal dari empat negara. Itu langkah awal menuju grant,” ujarnya.

Dampak lain adalah melibatkan warga sebagai bagian dari proses produksi informasi. Kanal Ayo Netizen menjadi contoh. Di sana, warga Bandung bisa menulis pengalaman sehari-hari: dari naik angkot, mencicipi cuanki, sampai kunjungan ke perpustakaan. “Justru laporan-laporan warga itu lebih menarik, lebih dekat, lebih intim,” kata Andres.

Dengan keterlibatan warga, publik tak hanya sebagai pembaca, tapi ikut memiliki media dengan memperkuat ekosistem informasi publik.

General Manager Harapan Rakyat, Subagja Hamara, menyatakan ada kriteria dasar yang membuat sebuah konten bisa disebut berdampak: topiknya menyangkut kepentingan khalayak luas, serta menjawab pertanyaan atau rasa penasaran publik.

Namun, kriteria itu tidak berdiri sendiri. Ada komponen penting lain, mulai dari akurasi dan penguasaan substansi, relevansi dengan segmen pembaca, hingga narasi yang mudah dipahami. Semua harus tetap berada dalam koridor Kode Etik Jurnalistik.

Dia juga menekankan bahwa konten di era digital tak cukup sekadar ramai di media sosial. “Konten harus terdistribusi dengan baik. Seperti kemarin kejadian di DPR dan di setiap daerah. Jadi ini adalah bagaimana parameter kita,” kata dua.

Di forum itu, Subagja juga mengurai soal strategi keterlibatan audiens. Ia menekankan distribusi lintas platform digital, dari Google, Facebook, Instagram, TikTok, hingga YouTube. Distribusi, katanya, harus berjalan beriringan dengan kualitas konten.

“Kalau distribusi kontennya lemah, ya percuma. Kalau distribusinya bagus tapi kontennya tidak bermutu, juga percuma. Artinya, dua kekuatan ini yang menjadi kunci. Pertama, kualitas konten. Yang kedua, distribusi konten,” tutur Subagja.

Ia lalu menyinggung pengalamannya di era adsense besar beberapa tahun silam. Ketika itu, Harapan Rakyat rela mengeluarkan biaya iklan hingga puluhan juta rupiah per bulan untuk mendorong distribusi konten ke kota-kota sekitar, dari Pangandaran sampai Tasikmalaya. Modal yang besar, kata dia, berbanding lurus dengan hasil: audiens lokal tumbuh, performa distribusi meningkat.

Selain soal distribusi, eksplorasi format juga menjadi catatan penting. Subagja menilai, redaksi media tidak bisa berhenti pada produk tulisan. Konten perlu dieksplorasi dalam bentuk video, live report, infografis, hingga storytelling sinematik. Bahkan, penggunaan teknologi kecerdasan buatan untuk visual ilustrasi bisa menjadi solusi agar konten lebih menarik sekaligus aman dari klaim hak cipta.

Country Coordinator Earth Journalism Network (EJN), Dewi Laila Sari, memaparkan bagaimana lanskap media digital membawa logika baru yang berbeda dari media tradisional. (Sumber: Ayobandung.com | Foto: Irfan Al-Faritsi)
Country Coordinator Earth Journalism Network (EJN), Dewi Laila Sari, memaparkan bagaimana lanskap media digital membawa logika baru yang berbeda dari media tradisional. (Sumber: Ayobandung.com | Foto: Irfan Al-Faritsi)

Country Coordinator Earth Journalism Network (EJN), Dewi Laila Sari, memaparkan bagaimana lanskap media digital membawa logika baru yang berbeda dari media tradisional. Menurut dia, ada empat hal utama yang menjadi penanda perbedaan: uses and gratification theory, konten buatan pengguna, interaktivitas, dan keterikatan audiens.

Ia mencontohkan perbedaan motivasi audiens dalam mengonsumsi media. Televisi dan radio cenderung menempatkan penonton sebagai pihak pasif, hanya menerima sajian yang ada. Sementara media digital menuntut keterlibatan aktif. Orang mencari informasi dengan kata kunci tertentu, memilih sendiri konten yang sesuai kebutuhannya, bahkan membandingkannya dengan sumber lain. Dari situlah teori uses and gratification bekerja: audiens datang dengan tujuan, bukan sekadar menonton atau mendengar.

Konten buatan pengguna, atau user-generated content, juga menjadi ciri khas baru. Jika dulu khalayak hanya pasrah pada berita yang disajikan media besar, kini siapa saja bisa memproduksi konten sendiri, dengan platform yang beragam, dari TikTok hingga Instagram reels. Hal ini membuka jalan bagi lahirnya citizen journalism yang berkembang cepat sejak pertengahan 2010-an.

Interaktivitas pun berubah. Pada era televisi, interaksi penonton dengan media sebatas telepon atau surat pembaca. Kini, komentar, like, atau bahkan share menjadi bentuk interaksi yang instan dan terbuka. Dari sana lahir ukuran baru: keterikatan audiens. Engagement bukan lagi monopoli lembaga survei rating, melainkan data nyata yang bisa diakses dan dianalisis langsung oleh media maupun kreator.

“Kalau dulu kita pasrah sama AC Nielsen. Rating tiga ya sudah tiga, lima ya sudah lima. Kalau sekarang enggak, real. Orangnya bisa komen, kita bisa tahu siapa yang nonton,” ujar Dewi.

Ia juga menyinggung soal strategi bertahan di tengah derasnya kompetisi. Bagi banyak media lokal, sumber daya terbatas sering kali jadi alasan untuk berhenti berinovasi. Padahal, menurut Dewi, justru efisiensi dan fokus pada kekuatan sendiri yang akan menentukan keberlanjutan.

“Sekarang zamannya sudah hiperlokal. Semakin lokal, semakin jelas target audiensnya, semakin niche market-nya. Itu yang kemudian banyak dicari,” katanya.

Penanggung Jawab Radarcirebon.com, Yuda Sanjaya menyatakan media lokal harus berani memimpin narasi informasi publik di tengah perubahan ekosistem digital.

“Jadi, media itu harus jadi leader narasi informasi publik. Editorial harus jadi acuan publik, bukan sekadar menuruti maunya orang,” kata Yuda. Menurutnya peran media lokal berbeda dengan media nasional karena berhadapan langsung dengan pembaca. “Kalau salah sedikit, ya kantornya yang didatangi. Hubungannya dekat, tapi resistensinya tinggi,” ujarnya.

Yuda menuturkan perubahan besar terjadi ketika trafik media sosial tidak lagi otomatis mengalir ke situs berita. “Dulu kita berharap bisa mengalirkan traffic dari media sosial ke website. Tapi kenyataannya, orang buka Instagram ya sudah di Instagram. Mereka enggak mau pindah platform,” katanya.

Bukannya memaksa audiens masuk ke laman web, Radar Cirebon memilih menyesuaikan diri. “Instagram punya cara bisnis sendiri, Facebook dan TikTok juga begitu. Sekarang kalau mau lihat berita cukup habis di IG saja, enggak apa-apa,” ucapnya. Model bisnis pun diarahkan untuk memaksimalkan engagement di tiap platform, bukan sekadar mengejar klik ke situs.

Di ruang redaksi, Yuda mengaku proses peliputan kini lebih ringkas. Wartawan diminta merekam video wawancara dan gambar pendukung, lalu mengirimkannya ke grup WhatsApp redaksi.

“Editor bisa bikin empat atau lima angle dari satu video. Konferensi pers belum kelar, berita sudah naik,” katanya. Berita kemudian disesuaikan dengan format masing-masing platform: foto untuk Instagram, video untuk Facebook dan TikTok.

Walaupun trafik tak lagi menembus puluhan juta seperti era kejayaan iklan programatik 2022, Yuda menyebut fokus ke pembaca lokal justru lebih realistis. “Traffic kita memang tidak sebesar dulu, tapi audiensnya nyata. Berita jalan rusak, tarif angkot, itu yang dibutuhkan warga,” ujarnya.

Jabar Media Summit 2025 digelar di Pasteur Conventions Center, Holiday Inn Hotel, Kota Bandung, Kamis (11/9/2025). Acara ini merupakan hasil kolaborasi antara AyoBandung.id, Suara.com, dan Radar Cirebon, yang menghadirkan ratusan peserta dari perwakilan media se-Jawa Barat, akademisi, pemerintahan, hingga pelaku usaha.

Tahun ini, Jabar Media Summit mengusung tema Pendalaman Model Bisnis dan Konten Berdampak. Terdiri atas empat sesi utama materi, yakni Masa Depan Media Lokal di Era Digital, Penggunaan AI untuk Mendukung Kerja Local Media, Membangun Konten Berdampak untuk Ekosistem Informasi Publik, serta Kolaborasi Media Lokal dan Stakeholder.

Event didukung oleh bank bjb, Bank BNI, Harita Nikel, Bio Farma, JNE, Eiger Adventure, PLN UID Jabar, Bank Indonesia Jawa Barat, bjb Syariah, Pos Indonesia, Cirebon Power, Modena, Diskominfo Kota Cirebon, dan Yamaha.

Nilai artikel ini
Klik bintang untuk menilai

Berita Terkait

Komunikasi Politik Pajak

Ayo Netizen 11 Sep 2025, 08:45 WIB
Komunikasi Politik Pajak

Religiusitas Pengemis

Ayo Netizen 11 Sep 2025, 14:27 WIB
Religiusitas Pengemis

Vox populi, vox Dei

Ayo Netizen 11 Sep 2025, 16:26 WIB
Vox populi, vox Dei

Peran AI Bantu Kinerja Media

Ayo Biz 11 Sep 2025, 19:16 WIB
Peran AI Bantu Kinerja Media

News Update

Ayo Netizen 30 Okt 2025, 19:42 WIB

Perempuan Pemuka Agama, Kenapa Tidak?

Namun sejarah dan bahkan tradisi suci sendiri, tidak sepenuhnya kering dari figur perempuan suci.
Dalam Islam, Fatimah az-Zahra, putri Nabi, berdiri sebagai teladan kesetiaan, keberanian, dan pengetahuan. (Sumber: Pexels/Mohamed Zarandah)
Beranda 30 Okt 2025, 19:40 WIB

Konservasi Saninten, Benteng Hidup di Bandung Utara

Hilangnya habitat asli spesies ini diperkirakan telah menyebabkan penurunan populasi setidaknya 50% selama tiga generasi terakhir.
Leni Suswati menunjukkan pohon saninten. (Sumber: ayobandung.id | Foto: Restu Nugraha)
Ayo Biz 30 Okt 2025, 17:33 WIB

Mental Mengemis sebagai Budaya, Bandung dan Jalan Panjang Menuju Kesadaran Sosial

Stigma terhadap pengemis di kota besar seperti Bandung bukan hal baru. Mereka kerap dilabeli sebagai beban sosial, bahkan dianggap menipu publik dengan kedok kemiskinan.
Stigma terhadap pengemis di kota besar seperti Bandung bukan hal baru. Mereka kerap dilabeli sebagai beban sosial, bahkan dianggap menipu publik dengan kedok kemiskinan. (Sumber: Pexels)
Ayo Netizen 30 Okt 2025, 17:24 WIB

Review Non-Spoiler Shutter versi Indonesia: Horor lewat Kamera yang Tidak Biasa

Shutter (2025) adalah sebuah film remake dari film aslinya yang berasal dari Negeri Gajah Putih (Thailand), yaitu Shutter (2004).
Shutter (2025) adalah sebuah film remake dari film aslinya yang berasal dari Negeri Gajah Putih (Thailand), yaitu Shutter (2004). (Sumber: Falcon)
Ayo Netizen 30 Okt 2025, 16:33 WIB

Sastra dan Prekariat: Ketimpangan antara Nilai Budaya dan Realitas Ekonomi

Kehidupan penulis sastra rentan dengan kondisi prekariat, kaum yang rentan dengan kemiskinan.
Para penulis yang mengabdikan diri pada sastra terjebak dalam kondisi prekariat—kelas sosial yang hidup dalam ketidakpastian ekonomi. (Sumber: Pexels/Tima Miroshnichenko)
Ayo Biz 30 Okt 2025, 15:56 WIB

Dorong Kolaborasi dan Literasi Finansial, Sosial Media Meetup Bakal Digelar di Bandung

Indonesia Social Media Network (ISMN) yang digagas Ayo Media Network akan menggelar kegiatan ISMN Meetup 2025 di Bandung, pada 2 Desember 2025 mendatang.
Indonesia Social Media Network (ISMN) yang digagas Ayo Media Network akan menggelar kegiatan ISMN Meetup 2025 di Bandung, pada 2 Desember 2025 mendatang. (Sumber: dok. Indonesia Social Media Network (ISMN))
Ayo Netizen 30 Okt 2025, 15:43 WIB

Gaya Komunikasi Teknokrat

Komunikasi dalam pemerintahan sejatinya dipakai untuk saling mendukung dalam mensukseskan program atau kebijakan pemerintah untuk publik.
Purbaya sebagai seorang figur dan representasi pemerintah, gaya komunikasi menjadi bagian yang tidak kalah pentingnya, dan selalu menjadi sorotan. (Sumber: inp.polri.go.id)
Ayo Netizen 30 Okt 2025, 15:13 WIB

Sarkanjut, Cekungan Berair yang Tersebar Luas

Toponimi Sarkanjut, gabungan dari kata sar dan kanjut, secara arti kata, sarkanjut adalah kantong yang banyak tersebar di kawasan itu.
Citra satelit Situ Sarkanjut, di Tambaksari, Kecamatan Leuwigoong, Kabupaten Garut. (Sumber: Citra satelit: Google maps)
Ayo Jelajah 30 Okt 2025, 14:42 WIB

Sejarah Stadion Sidolig, Saksi Bisu Perjuangan Sepak Bola Bandung

Sidolig dulunya simbol diskriminasi di Hindia Belanda, kini jadi saksi lahirnya legenda-legenda Persib Bandung.
Pertandingan antara SIDOLIG dengan de Militaire Gymnastiek- en Sportschool. (Sumber: KITLV)
Ayo Netizen 30 Okt 2025, 14:41 WIB

Penguatan Fondasi Numerasi melalui Kelas Berhitung Sederhana

Numerasi merupakan kemampuan dasar yang menjadi fondasi penting bagi anak-anak dalam memahami berbagai aspek perhitungan di kehidupan.
Kelas mengitung sederhana di padepokan kirik nguyuh(11/10/2025)
Ayo Biz 30 Okt 2025, 14:36 WIB

Kemacetan Bandung Bukan Sekadar Lalu Lintas, Ini Soal Kesadaran Kolektif

Kemacetan bukan sekadar gangguan lalu lintas, tapi cerminan tata kelola kota yang belum sepenuhnya adaptif terhadap lonjakan urbanisasi dan perubahan perilaku mobilitas warganya.
Kemacetan bukan sekadar gangguan lalu lintas, tapi cerminan tata kelola kota yang belum sepenuhnya adaptif terhadap lonjakan urbanisasi dan perubahan perilaku mobilitas warganya. (Sumber: Ayobandung.id)
Ayo Netizen 30 Okt 2025, 13:15 WIB

Inspirasi dari Kampung Nyalindung, Petani Inovatif yang Mengubah Desa

Seorang petani biasa yang mengubah desanya daei sektor pertanian.
Petani Biasa yang mengubah desa dari sektor pertanian, Ahmad Suryana asal kampung nyalindung. (Foto: fikri syahrul mubarok/Sumber: Dokumentasi penulis)
Ayo Netizen 30 Okt 2025, 11:11 WIB

Nongkrong Estetik Tanpa Khawatir Kantong Jebol

Mau nongkrong santai, nugas bareng, atau sekadar hunting foto estetik, semua bisa kamu lakuin di sini tanpa takut kantong jebol!
 (Sumber: Akun Instagram @hangout Oi_)
Beranda 30 Okt 2025, 09:50 WIB

Ulin Barong Sekeloa, Tarian Tua yang Hidup Kembali di Tangan Generasi Z Bandung

Ia menyesalkan bahwa dulu, banyak kegiatan kesenian tidak terekam dengan baik. Kini, dokumentasi menjadi prioritas agar generasi mendatang punya jejak untuk dipelajari.
Seni Ulin Barong kesenian khas Sekeloa Kelurahan Lebakgede yang usianya sudah lebih dari satu abad. (Sumber: ayobandung.id | Foto: Ikbal Tawakal)
Ayo Netizen 30 Okt 2025, 09:20 WIB

Belajar di Era Digital: Media, Sahabat Baru ASN

Di era digital, belajar tidak bisa lepas dari peran media.
Aparatur Sipil Negara (ASN). (Sumber: dinkominfo.demakkab.go.id)
Ayo Netizen 30 Okt 2025, 07:04 WIB

Bukan Sekedar Tren 'Clean Eating' Bentuk Tanggung Jawab terhadap Bumi

Clean eating tidak hanya sekedar upaya dalam menjaga tubuh tetap sehat melainkan bisa menjadi upaya menjaga bumi.
Siapa sangka Clean Eating adalah langkah paling kecil dan sederhana untuk menjaga bumi (Sumber: Freepik)
Ayo Biz 29 Okt 2025, 20:38 WIB

Sunyi yang Tak Pernah Sepi, Rumah Cemara dan Luka yang Dirawat Diam-diam

Datang tanpa suara, menyusup pelan ke dalam tubuh, lalu menetap. HIV bukan penyakit yang berteriak. Ia diam, menyembunyikan diri di balik senyum, rutinitas, dan pakaian bersih.
Datang tanpa suara, Menyusup pelan ke dalam tubuh, lalu menetap. HIV bukan penyakit yang berteriak. Ia diam, menyembunyikan diri di balik senyum, rutinitas, dan pakaian bersih.
Ayo Netizen 29 Okt 2025, 20:24 WIB

Mengenal Sel Super Maximum Security (SMS) yang Ditempati Artis Ammar Zoni di Nusakambangan

Kali ini bukan terkait terorisme, tetapi menyangkut Ammar Zoni yang baru saja menjadi penghuni baru Lapas Nusakambangan.
Ammar Zoni. (Sumber: PMJ News)
Ayo Biz 29 Okt 2025, 18:40 WIB

Bandung, Kota Bakmi Baru? Menakar Potensi Pasar Kuliner Lewat Festival Tematik

Bandung, dengan populasi lebih dari 2,5 juta jiwa dan tingkat kunjungan wisata yang tinggi, menjadi lahan subur bagi pertumbuhan bisnis kuliner berbasis mie.
Bandung, dengan populasi lebih dari 2,5 juta jiwa dan tingkat kunjungan wisata yang tinggi, menjadi lahan subur bagi pertumbuhan bisnis kuliner berbasis mie. (Sumber: Ayobandung.id | Foto: Eneng Reni Nuraisyah Jamil)
Ayo Jelajah 29 Okt 2025, 18:03 WIB

Yang Dilakukan Ratu Belanda Saat KAA Dihelat di Bandung

Sejarah mencatat ketika suasana Bandung memanas dengan pekik kemerdekaan dalam Konferensi Asia-Afrika, Ratu Juliana leih memlih utuk terhanyut dalam suasana dingin ala Eropa, sedingin sikapnya terhada
Ratu Juliana (kiri) berfoto di Paleis Soestdijk saat ultah ke-46. (Sumber: Het Nieuewesblad van Het Zuiden 2 Mei 1955)