Pengolahan Sampah dengan Sistem RDF, Antara Bandung dan Jakarta

Netizen
Ditulis oleh Netizen diterbitkan Rabu 21 Mei 2025, 09:22 WIB
Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) Babakan Siliwangi, Kecamatan Coblong, Kota Bandung. (Sumber: Ayobandung.id)

Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) Babakan Siliwangi, Kecamatan Coblong, Kota Bandung. (Sumber: Ayobandung.id)

Ditulis oleh Nabila Annuria

AYOBANDUNG.ID – Akar persoalan sampah adalah semakin meningkatnya volume sampah yang diangkut ke tempat pengolahan akhir. Seperti misalnya sampah yang berasal dari sekitar Bandung Raya atau sampah dari Jakarta ke Bantargebang, Bekasi. Akar persoalan diatas membutuhkan solusi teknologi dan membangun budaya warga terkait sampah.

Tren pengolahan sampah saat ini menggunakan sistem Refuse-Derived Fuel (RDF). Di Bandung Raya sistem ini bisa kita lihat pada TPST RDF Mekarrahayu dan Tegallega. Pada prinsipnya kedua mengolah sampah anorganik menjadi bahan bakar alternatif berbentuk pelet melalui proses homogenisasi. Pelet ini kemudian dapat digunakan sebagai co-firing atau bahan pembakar awal penyalaan batu bara dalam PLTU.

Fasilitas ini merupakan bagian dari Program Improvement of Solid Waste Management to Support Metropolitan and Regional Cities Project (ISWMP) yang didanai oleh Bank Dunia, bertujuan untuk meningkatkan sistem pengelolaan sampah di daerah perkotaan, khususnya di Daerah Aliran Sungai (DAS) Citarum, yang selama ini dikenal sebagai salah satu sungai yang paling tercemar di Indonesia.

Kapasitas pengolahan 20 ton sampah per hari, TPST RDF Oxbow Mekarrahayu diharapkan dapat menghasilkan 9 ton biomassa, 500 kilogram kompos, dan 200 kilogram larva Black Soldier Fly (BSF) per hari. Biomassa yang dihasilkan menjadi bahan bakar alternatif, sedangkan kompos dan larva BSF dapat dimanfaatkan untuk pertanian dan pakan ternak. Sedangkan TPST Tegallega Kota Bandung dirancang untuk melayani pengolahan sampah sebanyak 6.700 KK.

Baca Juga: Adakah Solusi Pendapatan Mitra Angkutan Online yang Terus Merosot ?

RDF Jakarta Terbesar Sedunia

Pengelolaan sampah di pasar. (Sumber: Ayobandung.id | Foto: Irfan Al-Faritsi)

.Antara Bandung dan Jakarta terkait penerapan sistem RDF sama tetapi kapasitasnya jauh berbeda. Pemprov Jakarta telah membangun infrastruktur pengolahan sampah RDF Plant Rorotan, Jakarta Utara. Untuk diketahui, RDF Rorotan ini akan menjadi RDF terbesar di dunia. Sebab, kapasitas pengolahan sampahnya mencapai 2.500 ton per hari. Diharapkan proyek ini bisa efektif mengelola dan memproses volume sampah dan mengurangi volume sampah Jakarta yang selama ini dibuang ke Bantargebang, Bekasi. 

Proses pengelolaan sampah dengan metode Refuse Derived Fuel (RDF) pada akhirnya digunakan sebagai bahan bakar alternatif. Pada prinsipnya proses RDF adalah mengubah sampah menjadi bahan bakar alternatif. Jika diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia, Refuse Derived Fuel pun berarti bahan bakar yang berasal dari sampah. Sampah-sampah  itu berjenis anorganik atau sulit terurai. Nilai bahan bakar dari RDF setara dengan batu bara muda. Bahan bakar inilah yang bisa digunakan oleh berbagai industri, seperti pabrik semen. Untuk mencapai hasil akhirnya, RDF perlu menjalani proses penyaringan (screening), pemilahan (separating),pencacahan (shredding), dan pengeringan (drying).

Selama ini Pemprov Jakarta masih belum berhasil atau gagal mengoperasikan infrastruktur pengelola sampah yang dikenal dengan sebutan Intermediate Treatment Facility (ITF). Saat lalu Jakarta direncanakan memiliki empat infrastruktur ITF yang dilengkapi dengan incinerator atau tungku pembakar sampah yang canggih dan ramah lingkungan. Empat ITF tersebut masing-masing berada di kawasan Cakung-Cilincing, Sunter, Duri Kosambi-Cengkareng, dan Marunda. Direncanakan masing-masing ITF memiliki kapasitas pengolahan sampah sedikitnya 1.000 ton perhari. Dan setiap tahun kapasitasnya akan ditingkatkan.

Dengan demikian sebanyak ribuan ton per hari sampah Jakarta diharapkan bisa tertanggulangi dan sisanya bisa diangkut dan diolah di Bantargebang dan lainnya.

Namun, rencana swakelola sampah oleh Pemprov Jakarta dengan cara membangun infrastruktur ITF dengan teknologi incinerator mendapat resistensi berbagai pihak karena berpotensi menimbulkan pencemaran udara.

Infrastruktur ITF tanpa spesifikasi teknologi dan tidak dikelola secara baik maka akan menimbulkan malapetaka. Selain itu kesalahan perencanaan dan lemahnya pengawasan di ITF akan menjadi sumber manipulasi dan korupsi.

Baca Juga: Jangan Biarkan Sungai di Bandung Jadi Noda Peradaban

Membangun incinerator atau tungku pembakar sampah justru bisa menjadi pemborosan serta dapat melahirkan masalah yang baru. Pasalnya alat atau instalasi yang diklaim sebagai incinerator itu dari aspek teknologi bisa jadi hanyalah tungku pembakaran biasa yang sangat boros BBM dan harganya sangat mahal. Sehingga proses pembakaran sampah, utamanya sampah yang sulit diurai seperti sampah industri kimia menjadi tidak sempurna karena spesifikasi incinerator tidak terpenuhi.

Pada umumnya teknologi pengelolaan sampah yang diterapkan oleh pemerintah daerah hingga saat ini masih sangat memprihatinkan. Banyak sistem dan instalasi pengolahan sampah yang sarat dengan manipulasi. Baik itu manipulasi teknologi, spesifikasi, unjuk kerja sampai manipulasi harga dan biaya operasi.

Untuk itu perlu dilakukan audit teknologi dan biaya dalam menangani persoalan sampah. Banyak instalasi pengolahan sampah yang memakan biaya milyaran rupiah tetapi mengalami kesalahan teknis yang serius sehingga unjuk kerjanya tidak sesuai dengan ketentuan.

Sudah waktunya pemerintah daerah menerapkan sistem sanitary landfill yang sebenar-benarnya dalam membangun infrastruktur sampah melalui proses tender yang ketat. Dimana sanitary landfill adalah suatu sistem pengelolaan sampah yang mengembangkan lahan cekungan dengan syarat tertentu, antara lain jenis dan porositas tanah. Dasar cekungan pada sistem ini dilapisi geotekstil. Yakni lapisan yang menyerupai plastik yang dapat mencegah peresapan lindi ( limbah cair berbahaya ) ke  dalam tanah. Diatas lapisan ini dibuat jaringan pipa yang akan mengalirkan lindi ke kolam penampungan. Lindi yang telah melalui instalasi pengolahan baru dapat dibuang ke sungai. Sistem ini juga mensyaratkan sampah ditimbun dengan tanah setebal 15 cm tiap kali timbunan yang mencapai ketinggian 2 meter.

Hingga saat ini jarang infrastruktur pembuangan sampah di berbagai daerah yang menerapkan sistem sanitary landfill dalam arti dengan metode yang benar. Yang dilakukan hanya sekedar menumpuk sampah lalu begitu saja menimbunnya dalam tanah. Sistem Sanitary Landfill yang benar harus memenuhi desain teknis dengan standar tertentu sehingga sampah yang dimaksudkan ke tanah tidak mencemarkan tanah dan air tanah.

Hingga saat ini sebagian besar infrastruktur tempat pembuangan akhir sampah hanya menggunakan metode open dumping. Dengan metode yang primitif itu sampah hanya ditumpuk yang akhirnya menggunung. Lebih parah lagi cara itu ternyata masih disertai dengan pembakaran sampah secara sengaja atau tidak sengaja. Maka timbul malapetaka lingkungan berupa polusi udara yang sangat mengancam kesehatan warga.

Sudah jelas, pembakaran sampah itu menurut ilmu lingkungan hukumnya terlarang. Karena pembakaran sampah hanya menghasilkan oksidan berbahaya bagi kesehatan.

Baca Juga: Inisiatif Beasiswa Luar Negeri lewat Program Sister City Kota Bandung

Perlu agenda aksi nyata untuk menggerakkan warga agar membudayakan hidup tanpa kantong plastik atau tas kresek. Serta menggantikan dengan kantong yang dapat dipakai berulang-ulang atau reusable bag. Sudah saatnya segenap warga membudayakan hidup tanpa kantong plastik dan mengawasi secara ketat bagi produsen kantong plastik yang tidak ramah lingkungan. Karena dampak lingkungan yang ditimbulkannya sudah sangat serius.

Selama ini masyarakat juga terancam oleh kantong plastik kresek yang bisa merusak kesehatan. Kantong plastik  kresek berwarna kebanyakan merupakan produk daur ulang yang berbahaya karena riwayat penggunaan tidak diketahui. Bisa jadi bekas tempat pestisida, limbah rumah sakit, limbah logam berat, dan lain-lain. Masalah diatas secara tidak langsung memiliki tali temali dengan persoalan makro industri plastik nasional. Masalah plastik menjadi simalakama pada saat ini. Jika impor plastik bekas dilakukan maka negeri ini bisa menjadi lautan limbah plastik. Namun jika impor ditutup rapat maka banyak industri plastik yang bangkrut karena kekurangan bahan baku. Mengingat produsen kemasan plastik selama ini mengalami kekurangan pasokan bahan baku. (*)

Nabila Annuria, praktisi kimia, netizen peminat masalah lingkungan hidup.

Nilai artikel ini
Klik bintang untuk menilai

Berita Terkait

News Update

Ayo Biz 09 Sep 2025, 10:56 WIB

Cara Memperkuat Kemampuan Motorik Halus Anak dengan Mainan yang Tepat

Mainan anak dapat mengasah kemampuan motorik halus dan motorik kasar. Untuk melatih motorik halus, anak bisa menggunakan mainan seperti balok susun atau Lego yang membantu koordinasi mata dan fokus
Ilustrasi foto LEGO sebagai permainan yang memperkuat motorik anak. (Foto: Pixabay)
Ayo Biz 09 Sep 2025, 09:00 WIB

Kuliner Legendaris: Ada Bubur Ayam Murah Meriah di Jantung Kota Bandung

Bandung dikenal dengan ragam kulinernya yang unik. Namun, ada satu sajian sederhana yang tetap jadi favorit warga, yaitu bubur ayam.
Ilustrasi bubur ayam dengan toping melimpah di Bandung. (Sumber: Youtube/Evan Media)
Ayo Netizen 09 Sep 2025, 08:33 WIB

Bandung, ABCD

Membacakan cerita ternyata bukan hanya tentang menghibur, melainkan ikhtiar menanamkan benih pengetahuan.
Gerakan Ayah Bacain Cerita Dong (ABCD) (Sumber: YouTube Topi Amali | Foto: Hasil tangkapan layar)
Ayo Jelajah 08 Sep 2025, 23:14 WIB

Sejarah Pemekaran Cimahi, Kota Tentara yang Lepas dari Bayangan Bandung

Cimahi resmi jadi kotip pada 1975, lalu lepas dari Bandung tahun 2001. Perjalanannya unik, dari kota tentara hingga kota penyangga industri.
Logo Kota Cimahi.
Ayo Netizen 08 Sep 2025, 20:48 WIB

Betapa Menyebalkan Pungutan Liar Wisata di Jawa Barat

Jawa Barat adalah salah satu destinasi yang tak hanya memikat pagi para wisatawan dari luar tapi sumber pemasukan ekonomi bagi masyarakat sekitar.
Situs Bersejarah Stadion Malabar Gunung Puntang (Sumber: Dokumentasi Penulis | Foto: Dias Ashari)
Ayo Netizen 08 Sep 2025, 17:53 WIB

Encuy ‘Preman Pensiun’: Sosok Aktor Pekerja Keras yang Mau Belajar

Encuy (Nandi Juliawan) Preman Pensiun berpulang pada Sabtu, 7 September 2025.
Encuy (Nandi Juliawan)-- berpulang pada Sabtu, 7 September 2025. (Sumber: Instagram/abenk_marco)
Ayo Netizen 08 Sep 2025, 16:14 WIB

'Agama Rakyat' di Kota Bandung, Cuma Kita yang Enggak Ngeh

Membicarakan 'agama rakyat' memang tidak seperti membicarakan 'agama formal'.
Membicarakan 'agama rakyat' memang tidak seperti membicarakan 'agama formal'. (Sumber: Pexels/Ismail saja)
Ayo Netizen 08 Sep 2025, 15:15 WIB

Dampak Kemarau Basah pada Potensi Produksi Pangan

Fenomena kemarau basah akan berpengaruh pada potensi produksi pangan sebagai upaya mencapai program kemandirian atau swasembada pangan di Indonesia
Ilustrasi kemarau di masa panen. (Sumber: Ayobandung.id | Foto: Restu Nugraha)
Ayo Biz 08 Sep 2025, 13:02 WIB

Hanya Buka di Malam Hari, Pelanggan Nasi Kuning Pungkur Ngantre Sampai Subuh

Jika biasanya nasi kuning identik dengan sarapan pagi, lain halnya dengan warung kaki lima yang satu ini. Warung Nasi Kuning Pungkur, yang berlokasi di Jalan Pungkur No. 216, Kota Bandung, justru baru
Nasi Kuning Pungkur (Foto: GMAPS)
Ayo Jelajah 08 Sep 2025, 12:22 WIB

Sejarah Stadion GBLA, Panggung Kontroversi yang Hampir Dinamai Gelora Dada Rosada

Stadion Gelora Bandung Lautan Api lahir dengan ambisi besar untuk menjadi kandang Persib, namun sejak awal pembangunannya sudah penuh polemik, dari kasus korupsi, kerusakan, hingga tragedi suporter.
Stadion Gelora Bandung Lautan Api (GBLA) Gedebage yang diproyeksikan jadi kandang Persib.
Ayo Biz 08 Sep 2025, 12:06 WIB

Kisah Panjang Pampam Craft, Kerajinan Rajut yang Muncul dari Kecintaan Terhadap Seni

Di balik setiap helai benang yang terjalin menjadi boneka, tas, atau gantungan kunci, tersimpan kisah panjang tentang kecintaan pada seni rajut. Itulah yang melahirkan Pampam Craft, usaha rajutan yang
Minishop Pampam Craft dan Owner Pampam Craft, Defrina Miftahurrahma. (Foto: Rizma Riyandi)
Ayo Netizen 08 Sep 2025, 12:03 WIB

Mengintip Koleksi Buku Internasional di Festival Big Bad Wolf (BBW) Bandung Barat

Festival Big Bad Wolf merupakan pameran buku internasional yang diselenggarakan di Bandung mulai dari 28 Agustus 2025- 07 September 2025.
Festival BBW Bandung 2025 di Parahyangan Convention (Sumber: Dokumentasi Penulis | Foto: Dias Ashari)
Beranda 08 Sep 2025, 10:15 WIB

Adaptasi Jadi Kunci Hadapi Krisis Iklim: Mulai Kebijakan Global hingga Gotong Royong Masyarakat Lokal

Adaptasi adalah upaya untuk mempersiapkan dan menyesuaikan diri terhadap dampak perubahan iklim yang sudah terjadi atau yang akan datang.
Siswa SD Darul Hikam Bandung memperingati Hari Bumi 2024 dengan aksi nyata menanam pohon di kawasan Dago Giri. Kegiatan kongkret berperan penting menyerap karbon.
Ayo Netizen 08 Sep 2025, 09:46 WIB

Dialog dengan Cermin: Saat Mesin Mempertanyakan Hakikat Kita

Opini ini menengok kembali derasnya perkembangan kecerdasan buatan yang kini semakin memudarkan sisi kemanusiaan kita.
Ilustrasi teknologi canggih masa kini. (Sumber: Pexels/cottonbro studio)
Ayo Biz 08 Sep 2025, 07:25 WIB

Celana Jeans Ternyata Tidak Dibuat untuk Bergaya

Celana jeans pada dasarnya berfungsi sebagai pakaian bawahan yang nyaman, kuat, dan praktis untuk digunakan sehari-hari.
Foto produk Levi's. (Foto: Levi's)
Ayo Netizen 07 Sep 2025, 19:01 WIB

Bubur Ayam Gang Irit, Roti Cari Rasa Kosambi, dan Kenangan Masa SMA

Berbicara tentang kuliner roti dan bubur ayam legendaris saya selalu teringat saat masa-masa indah SMA dulu, tahun 1986-1988.
Roti Bumbu Cari Rasa di dekat Pasar Kosambi, Kota Bandung. (Sumber: Pemerintah Kota Bandung)
Ayo Biz 07 Sep 2025, 18:20 WIB

Jurig Jadi Cuannya: Cosplay Horor di Ruang Publik, Antara Hiburan dan Peluang Bisnis Kreatif

Di balik kostum dan riasan menyeramkan, ada komunitas kreatif yang menjadikan cosplay sebagai medium ekspresi sekaligus peluang ekonomi.
Di balik kostum dan riasan menyeramkan, ada komunitas kreatif yang menjadikan cosplay sebagai medium ekspresi sekaligus peluang ekonomi. (Sumber: Ayobandung.id | Foto: Eneng Reni Nuraisyah Jamil)
Ayo Biz 07 Sep 2025, 16:48 WIB

Treat a Cup Menyulap Minuman Sehat Jadi Gaya Hidup Baru Anak Muda Bandung

Treat a Cup hadir bukan hanya sebagai tempat ngopi, tapi sebagai brand yang merangkul tren hidup sehat dengan cara yang menyenangkan dan tetap kekinian.
Treat a Cup hadir bukan hanya sebagai tempat ngopi, tapi sebagai brand yang merangkul tren hidup sehat dengan cara yang menyenangkan dan tetap kekinian. (Sumber: Ayobandung.id | Foto: Eneng Reni Nuraisyah Jamil)
Ayo Biz 07 Sep 2025, 14:14 WIB

Bandung dari Lensa Kamera: Sarae Hills dan Fenomena Wisata Instagrammable

Wisata swafoto telah menjadi fenomena sosial yang tak bisa diabaikan. Generasi muda menjadikan estetika visual sebagai bagian penting dari pengalaman berwisata.
Sarae Hills destinasi wisata yang tidak hanya indah, tapi juga Instagrammable. (Sumber: Ayobandung.id | Foto: Eneng Reni Nuraisyah Jamil)
Ayo Netizen 07 Sep 2025, 11:27 WIB

Ci Sanggiri Sungai yang Menggentarkan

Ci Sanggiri, aliran sungai di lembah rangkaian pegunungan selatan yang berarus deras, di aliran sungai yang lebar dan dalam.
Tempuran Ci Hurip (kiri) dengan Ci Sanggiri (kanan). (Sumber: Citra satelit: Google maps)