63 Tahun TVRI: Antara Nostalgia dan Tantangan Relevansi

Muhammad Sufyan Abdurrahman
Ditulis oleh Muhammad Sufyan Abdurrahman diterbitkan Selasa 26 Agu 2025, 10:21 WIB
Televisi Republik Indonesia (TVRI). (Sumber: TVRI)

Televisi Republik Indonesia (TVRI). (Sumber: TVRI)

Enam puluh tiga tahun adalah usia yang tidak singkat bagi lembaga penyiaran publik. Televisi Republik Indonesia (TVRI), sejak mengudara pertama kali pada 24 Agustus 1962, sudah melalui begitu banyak fase politik, teknologi, dan sosial.

Ia pernah menjadi satu satunya jendela televisi bangsa, lalu menyaksikan hadirnya televisi swasta yang agresif, hingga kini berjuang keras di tengah derasnya arus digital. Namun pertanyaan besar selalu muncul setiap kali ulang tahun TVRI dirayakan: apakah televisi publik ini masih relevan, atau sekadar menjadi monumen sejarah yang menua bersama penontonnya.

Pada masa awal, TVRI tampil sebagai simbol kemajuan dan sekaligus instrumen kontrol negara. Siaran berita, program hiburan, sampai tayangan budaya diatur ketat untuk mendukung stabilitas politik dan pembangunan ala pemerintah pusat.

Tiga dekade lamanya masyarakat Indonesia hidup bersama layar tunggal, dengan sedikit ruang bagi perbedaan suara. TVRI bukan sekadar televisi, ia adalah representasi negara. Baru ketika televisi swasta muncul lewat RCTI pada 1989, dominasi itu sedikit tereduksi, meski kendali pemerintah terhadap isi siaran tetap kuat.

Runtuhnya Orde Baru pada 1998 menjadi titik balik dramatis. Euforia kebebasan pers menjelma ledakan jumlah media cetak, radio, televisi, hingga portal online. TVRI pun harus mencari bentuk baru, karena publik kini punya pilihan lain. Namun di sinilah tantangan bermula.

Sementara televisi swasta berlomba menghadirkan hiburan segar, TVRI sering tertinggal dengan pola lama. Alih alih menjadi kanal publik yang kritis, ia cenderung memilih aman. Padahal harapan publik cukup besar: TVRI semestinya tampil sebagai televisi independen yang netral, bukan sekadar bayangan birokrasi.

Memasuki era 2000-an, transformasi teknologi makin menekan posisi televisi publik. Media sosial seperti Facebook, Twitter, YouTube, lalu Instagram dan TikTok mengubah pola konsumsi informasi masyarakat.

Riset Nielsen menunjukkan jumlah pemirsa televisi konvensional terus turun rata rata 5 persen setiap tahun, sementara laporan Asia Magnite 2024 menyebut 88 persen pengguna internet Indonesia atau sekitar 197 juta orang mengakses konten digital setidaknya dua kali seminggu.

Angka ini menjelaskan mengapa televisi tidak lagi menjadi panggung utama percakapan publik. Generasi muda memilih layar kecil di genggaman ketimbang layar besar di ruang keluarga.

TVRI sebenarnya tidak kehilangan modal. Jangkauan siarannya sangat luas, mencakup lebih dari 78 persen populasi Indonesia dan ditargetkan mencapai 95 persen lewat program Digital Broadcasting System.

Rencana besar untuk menjadi World Class Broadcaster pada 2031 pun sudah dicanangkan. Namun pertanyaan terpenting bukan pada infrastruktur, melainkan pada isi. Sehebat apa pun jangkauan sinyal, tanpa konten yang menggugah, publik akan tetap berpaling.

Kita bisa belajar dari momentum pandemi. Program “Belajar dari Rumah” yang disiarkan TVRI membuktikan bahwa televisi publik mampu mengambil peran signifikan sebagai kanal pendidikan nasional. Selama beberapa bulan, jutaan siswa dan orang tua bergantung pada TVRI.

Sayangnya, langkah ini berhenti sebagai program darurat, tidak dijadikan warisan permanen. Padahal di tengah ketimpangan akses internet, televisi pendidikan seperti itu bisa menjadi solusi jangka panjang.

Televisi Republik Indonesia (TVRI). (Sumber: Dok. TVRI)
Televisi Republik Indonesia (TVRI). (Sumber: Dok. TVRI)

Bandingkan dengan BBC di Inggris atau NHK di Jepang. Keduanya sama sama televisi publik, tetapi berhasil menjaga relevansi. BBC dikenal karena dokumenter investigatif dan liputan internasional yang kredibel, sementara NHK konsisten menghadirkan program pendidikan berkualitas dengan kanal digital khusus pelajar.

TVRI seharusnya bisa mengambil inspirasi, menyesuaikan dengan kebutuhan lokal Indonesia yang kaya budaya. Tayangan budaya dan lokalitas mestinya jadi kekuatan, bukan sekadar sisipan di jam non-prime.

Masalahnya, TVRI masih terjebak dalam pola aman. Program berita lebih mirip seremoni ketimbang ruang kritis, tayangan hiburan kurang memikat, dan program budaya jarang viral.

Padahal publik kini menilai relevansi dari seberapa besar sebuah konten menembus percakapan digital, bukan sekadar berapa lama mengudara. Generasi muda ingin melihat konten yang interaktif, segar, dan berhubungan dengan realitas mereka.

Kepercayaan terhadap TVRI memang masih ada, terutama dari generasi tua yang tumbuh bersamanya. Namun kepercayaan saja tidak cukup. Generasi baru akan menilai dari kualitas dan konsistensi. Jika TVRI terus mempertahankan pola lama, ia berisiko berubah menjadi museum televisi.

Tetapi jika mampu memanfaatkan momentum ulang tahun ke 63 ini sebagai titik awal reformasi, TVRI bisa kembali relevan sebagai rumah bersama.

Reformasi itu harus menyentuh tiga hal. Pertama, keberanian menghadirkan konten kritis yang independen, bukan hanya mengikuti agenda pemerintah. Kedua, kreativitas untuk menggarap program budaya dan pendidikan dengan kemasan yang dekat dengan anak muda.

Ketiga, strategi digital yang serius, bukan sekadar unggah ulang tayangan televisi ke YouTube, tetapi menciptakan format yang memang didesain untuk platform digital.

TVRI punya modal, punya sejarah, dan masih punya jangkauan. Yang dibutuhkan hanya satu hal: keberanian untuk bertransformasi. Publik tidak menuntut TVRI menjadi televisi sempurna.

Publik hanya ingin TVRI kembali menjadi televisi publik, yang netral, relevan, dan jujur menyuarakan kepentingan rakyat di tengah kebisingan dunia digital. Jika itu dilakukan, usia 63 bukan sekadar angka tua, tetapi awal dari kebangkitan baru. (*)

Disclaimer

Tulisan ini merupakan artikel opini yang sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Pandangan yang disampaikan dalam artikel ini tidak mewakili pandangan atau kebijakan organisasi dan redaksi AyoBandung.id.

Muhammad Sufyan Abdurrahman
Peminat komunikasi publik & digital religion (Comm&Researcher di CDICS). Berkhidmat di Digital PR Telkom University serta MUI/IPHI/Pemuda ICMI Jawa Barat
Nilai artikel ini
Klik bintang untuk menilai

Berita Terkait

News Update

Ayo Netizen 26 Agu 2025, 20:06 WIB

Blunder Pratikno sambil Cengengesan: Saya Agak Ngantuk

Gaya Bahasa Para Pemangku Kebijakan seringkali menjadi sorotan masyarakat.
Menteri Kemenko PMK, Pratikno. (Sumber: Kemenko PMK)
Ayo Biz 26 Agu 2025, 18:16 WIB

Dari Tradisi ke Prestasi, Long Qing dan Ekonomi Kreatif Berbasis Budaya

Bertahan dengan seni tradisional, kelompok barongsai Long Qing membuktikan bahwa budaya bisa jadi fondasi bisnis yang berkelanjutan dan berdampak luas.
Bertahan dengan seni tradisional, kelompok barongsai Long Qing membuktikan bahwa budaya bisa jadi fondasi bisnis yang berkelanjutan dan berdampak luas. (Sumber: dok. kelompok barongsai Long Qing)
Ayo Netizen 26 Agu 2025, 18:01 WIB

Raya, Bukti Nyata Potret Buram Penanganan Kesehatan di Negeri Ini

Raya seorang balita berusia 4 tahun asal Kabupaten Sukabumi menjadi bukti nyata potret buram bagaimana penanganan kesehatan di negeri ini
Raya, balita di Sukabumi yang meninggal akibat cacingat akut. (Sumber: Screenshoot Video Rumah Teduh)
Ayo Biz 26 Agu 2025, 17:07 WIB

Bayar Seikhlasnya Tak Selalu Mulus, Pelajaran dari Me Time Cafe

Membawa semangat inklusif, eksperimen berani Me Time Cafe untuk menerapkan sistem “bayar seikhlasnya” jadi batu sandungan dalam merintis bisnis kuliner.
Membawa semangat inklusif, eksperimen berani Me Time Cafe untuk menerapkan sistem “bayar seikhlasnya” jadi batu sandungan dalam merintis bisnis kuliner. (Sumber: Ayobandung.id | Foto: Eneng Reni Nuraisyah Jamil)
Ayo Netizen 26 Agu 2025, 16:00 WIB

Jati Kasilih ku Junti: Nasib Kebudayaan Sunda dari Krisis Pangan

Sebuah refleksi tentang kebudayaan Sunda yang lahir dari ladang kini tergerus.
Ilustrasi orang Sunda. (Sumber: Unsplash/Mahmur Marganti)
Ayo Biz 26 Agu 2025, 15:30 WIB

Batik Tulis Kaki dan Ayu Tri Handayani, Menenun Harapan Lewat Canting di Ujung Kaki

Ayu membuktikan bahwa kreativitas dan ketekunan mampu menembus batas fisik, bahkan melahirkan karya seni yang memikat hati banyak orang.
Ketika sebagian orang melihat keterbatasan sebagai penghalang, Ayu Tri Handayani menjadikannya sebagai titik awal untuk berkarya. (Sumber: Ayobandung.id | Foto: Eneng Reni Nuraisyah Jamil)
Ayo Biz 26 Agu 2025, 14:13 WIB

Bolu Pisang Bu Wita, Oleh-Oleh Legendaris yang Jadi Buruan Pelancong di Bandung

Bandung punya banyak oleh-oleh yang selalu jadi buruan pelancong. Salah satunya adalah Bolu Pisang Bu Wita, kue berbahan dasar pisang yang kini menjadi ikon oleh-oleh khas kota kembang.
Bolu Pisang Bu Wita (Foto: Dok. Ayobandung.com)
Ayo Biz 26 Agu 2025, 12:11 WIB

Demi Keamanan, Jangan Asal Pilih Sepatu Gunung

Sepatu gunung berfungsi melindungi kaki sekaligus menunjang keselamatan saat mendaki atau berjalan di medan berat. Dibuat dengan material yang lebih tebal dan kuat, sepatu ini mampu melindungi kaki da
Ilustrasi Foto Sepatu Gunung. (Foto: Pixabay)
Ayo Biz 26 Agu 2025, 10:46 WIB

Mamata, Tas Handmade Cantik dari Limbah Kain

Bermula dari hobi merajut, Ondang Dahlia mendirikan Mamata, sebuah UMKM yang memproduksi tas ramah lingkungan berbahan kain sisa. Nama Mamata sendiri diambil dari singkatan 'mamahnya Ata', putri semat
Tas Mamata. (Foto: Rizma Riyandi)
Ayo Netizen 26 Agu 2025, 10:21 WIB

63 Tahun TVRI: Antara Nostalgia dan Tantangan Relevansi

Dulu sekali, saat satu-satunya tontonan adalah TVRI, maka setiap rumah memutarnya.
Televisi Republik Indonesia (TVRI). (Sumber: TVRI)
Ayo Netizen 26 Agu 2025, 08:38 WIB

Politik Minta Maaf Berhasil Melegalkan Kesalahan para Pemangku Kebijakan

Kata maaf seolah menjadi mantra sakti bagi para pejabat yang salah berucap atau membuat kebijakan secara asal-asalan.
Bupati Pati, Sudewo (tengah). (Sumber: Humas Kabupaten Pati)
Ayo Netizen 25 Agu 2025, 20:20 WIB

Menyikapi Rasa Sepi yang Berujung Haus Validasi lewat Film 'Tinggal Meninggal'

Film Tinggal Meninggal menjadi repesentasi dari fenomena manusia di zaman ini.
Film Tinggal Meninggal (Sumber: Imajinari Pictures)
Ayo Biz 25 Agu 2025, 18:15 WIB

Menanam Bisnis dari Tanah Kosong: Komunitas 1.000 Kebun dan Ekonomi Hijau di Bandung

Dari hasil panen, komunitas ini membangun Warung 1.000 Kebun, ruang transaksi yang menjual produk organik langsung dari tangan petani kota kepada konsumen.
Komunitas 1.000 Kebun lahir dari keresahan akan gaya hidup urban yang semakin jauh dari alam. (Sumber: Ayobandung.id | Foto: Eneng Reni Nuraisyah Jamil)
Ayo Biz 25 Agu 2025, 17:17 WIB

Myloc Coffee & Cafe: Ketika Warna, Musik, dan Rasa Menyatu di Jantung Braga

Bandung memang kota kuliner tapi Myloc menunjukkan bahwa kuliner bukan hanya soal rasa tapi juga medium ekspresi hingga ruang nostalgia.
Bandung memang kota kuliner tapi Myloc menunjukkan bahwa kuliner bukan hanya soal rasa tapi juga medium ekspresi hingga ruang nostalgia. (Sumber: Ayobandung.id | Foto: Eneng Reni Nuraisyah Jamil)
Ayo Biz 25 Agu 2025, 15:30 WIB

Dari Serum ke Klinik, Adeeva dan Gelombang Baru Bisnis Kecantikan di Bandung

Di tengah geliat industri kecantikan yang terus berkembang, Kota Bandung menjelma menjadi salah satu pusat tren perawatan kulit di Indonesia.
Di tengah geliat industri kecantikan yang terus berkembang, Kota Bandung menjelma menjadi salah satu pusat tren perawatan kulit di Indonesia. (Sumber: dok. Adeeva Aesthetic Clinic)
Ayo Netizen 25 Agu 2025, 15:29 WIB

Diajar Biantara, Ngarasa Reueus Bahasa Sunda

Sabtu Lalu perlombaan Biantara Putra (Pidato Bahasa Sunda) dalam ajang Festival Tunas Bahasa Ibu (FTBI) Tingkat Kecamatan Cileunyi kelar digelar.
Poster Festival Tunas Bahasa Ibu (FTBI) yang berlangsung di berbagai daerah. (Sumber: Youtube/Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa)
Ayo Netizen 25 Agu 2025, 14:34 WIB

Menilik Kasus Pernikahan Anak KDM: Hukum Tajam ke Bawah dan Tumpul ke Atas?

Kasus hajatan Gubernur KDM yang memakan korban menggantung. Tak jelas seperti apa penyidikannya. Situasi akan beda jika rakyat biasa yang alaminya.
Tangkapan layar kekacauan pesta pernikahan anak KDM di Garut. (Sumber: Istimewa)
Ayo Biz 25 Agu 2025, 13:02 WIB

Lumpia Basah Bandung, Kuliner yang Sulit Ditemukan di Kota Lain

Bandung terkenal dengan jajanan tradisional yang selalu dirindukan. Salah satunya adalah lumpia basah, kudapan sederhana dengan isian bengkuang, tauge, dan telur, dibalut kulit lembut lalu disiram sau
Ilustrasi Foto Lumpia Basah (Foto: Dok. Ayobandung.com)
Ayo Biz 25 Agu 2025, 11:44 WIB

Ngopi Sambil Menikmati Suasana Vintage di Roemah Sangrai Tua

Di tengah ramainya Dago, Bandung, ada sebuah kedai kopi baru yang sedang jadi perbincangan. Bukan semata karena racikan kopinya, melainkan suasana yang membuat siapa pun serasa melangkah mundur ke mas
Kopi di Rumah Sangrai Tua (Foto: Dok. Rumah Sangrai tua)
Ayo Netizen 25 Agu 2025, 09:48 WIB

Kritik Sosial Pram terhadap Kondisi Indonesia Era 50-an

Keterbatasan di balik jeruji dan pengasingan justru membuat Pram banyak melahirkan karya luar biasa yang bisa dinikmati.
Midah Si Gadis Bergigi Emas (Sumber: Dinas Arsip dan Perpustakaan Bandung)