Semangat 'Ngeunah Pisan' Mode Bandung

Djoko Subinarto
Ditulis oleh Djoko Subinarto diterbitkan Kamis 28 Agu 2025, 08:37 WIB
Penampakan distro brand lokal di Jalan Trunojoyo, Kota Bandung. (Sumber: ayobandung.com | Foto: Rahmat Herman Simabur)

Penampakan distro brand lokal di Jalan Trunojoyo, Kota Bandung. (Sumber: ayobandung.com | Foto: Rahmat Herman Simabur)

BANDUNG sudah lama menyandang julukan sebagai Kota Kembang. Meski begitu, sejatinya, Bandung bukan sekadar Kota Kembang. Ia juga kota yang tahu caranya tampil keren.

Mau pagi, siang, atau malam, selalu ada saja orang yang bergaya. Bahkan, tukang cilok pun kadang terlihat lebih modis daripada mahasiswa semester awal.

Nah, kalau kita bicara soal mode berbusana di Bandung, rasanya tidak lengkap tanpa menyebut kata ‘distro.’ Kata tersebut merupakan singkatan dari distribution store.

Di Bandung  sendiri, distro lebih dari sekadar toko. Ia adalah simbol perlawanan anak muda yang ingin punya gaya sendiri.

Semangat independen

Dulu, sekitar akhir 1990-an, distro lahir dari semangat independen. Anak-anak muda bosan pakai baju merek luar negeri yang mahal. Mereka lantas bikin desain sendiri, nyablon sendiri, jual sendiri. Keren, kan? Mirip DIY punk, tapi versi lebih rapi.

Maka, jadilah distro bukan sekadar tempat jualan kaos, melainkan juga ruang pertemuan ide. Orang datang bukan hanya beli baju, tapi juga ngobrol, nongkrong, dan tentu saja pamer gaya.

Di sinilah Bandung mungkin berbeda dengan kota lain. Kalau di Jakarta, gaya sering kali ditentukan oleh majalah fesyen mahal. Di Bandung, gaya ditentukan oleh imajinasi anak kos yang lagi cari modal sablonan.

Itu sebabnya, banyak distro awalnya buka di garasi rumah. Konsepnya sederhana: ada kaos, ada logo, ada komunitas. Dan tetiba semua jadi tren.

Yang bikin unik, tak sedikit distro punya identitas. Ada yang fokus pada skateboard, ada yang ke musik underground, ada yang campuran. Jadi, beli baju di distro itu rasanya seperti masuk ke subkultur tertentu.

Ibukota distro

Di tengah semaraknya skena distro yang telah lama menjadi identitas Kota Bandung, ada satu nama yang begitu lekat dalam benak pencinta fesyen dan skateboard, Sch. (Sumber: Instagram @schofficials)
Di tengah semaraknya skena distro yang telah lama menjadi identitas Kota Bandung, ada satu nama yang begitu lekat dalam benak pencinta fesyen dan skateboard, Sch. (Sumber: Instagram @schofficials)

Tak ayal, Bandung pun pelan-pelan mendapat julukan “ibukota distro Indonesia. Orang dari Jakarta, Surabaya, bahkan Kalimantan rela datang ke Bandung hanya untuk belanja di distro.

Bayangkan, dulu ada istilah “belanja baju ke Bandung”, yang jadi kebanggaan. Itu sama prestisenya dengan “liburan ke Singapura” buat generasi sekarang.

Namun, masa kejayaan itu tentu tidak berlangsung selamanya. Seperti tren lain, dunia distro juga mengalami pasang surut. Awal 2000-an, distro meledak. Tapi setelah 2010-an, banyak yang mulai lesu. Persaingan ketat, gaya cepat berubah, dan e-commerce mulai menjamur.

Tapi, jangan salah, dari rahim distro inilah lahir banyak brand lokal yang keren dan beken. Sebut, misalnya, C59, Ouval Research, UNKL347, sampai Screamous. Nama-nama itu tidak asing buat mereka yang pernah jadi anak gaul Bandung.

Para pendiri distro pun bukan sekadar pedagang. Mereka seniman, musisi, dan desainer yang paham bahwa kaos bisa jadi medium ekspresi. 

Karena banyak yang lahir dari scene musik dan komunitas, hubungan distro dengan dunia musik jadi tak terpisahkan. Band-band indie Bandung sering menjual merchandise lewat distro. Jadi, baju distro itu semacam identitas.

Pada titik inilah refleksi menarik pun muncul. Bandung sejak lama punya tradisi kreatif yang lahir dari keterbatasan. Karena tidak bisa beli merek mahal, orang-orang Bandung menciptakan gaya baru.

Dan dari keterbatasan itulah muncul kemandirian. Bandung tidak menunggu majalah Vogue turun ke Braga. Bandung bikin tren sendiri, lalu justru diikuti oleh kota lain.

Kalau direnungkan, ini mirip teori Pierre Bourdieu tentang distinction. Orang Bandung tidak sekadar pakai baju, mereka membangun identitas sosial lewat mode.

Bedanya, kalau di Eropa distinction lahir dari aristokrat dan kaum elite, di Bandung justru lahir dari anak kosan yang mungkin modalnya pas-pasan. Dan ini keren.

Label Kota Kreatif

Tren distro kemudian menjadi fondasi lahirnya fashion district di Bandung. Kawasan seperti Cihampelas, Riau, atau Dago menjadi destinasi belanja. Bukan cuma karena ada mall besar, tapi karena kreativitas mode yang melahirkan distro yang mewarnai sudut kota.

Maka. tak perlu heran jika muncul pula wisata belanja sebagai paket khusus. Orang datang ke Bandung bukan hanya untuk kulineran, tapi juga untuk beli baju.

Yang menarik, pemerintah kemudian ikut melabeli Bandung sebagai kota kreatif. UNESCO pun mengakui Bandung sebagai Creative City of Design. Ini bukan pencapaian kecil. 

Namun, di balik prestasi itu, ada tantangan baru yang tidak kalah berat. Dunia fesyen sekarang bergerak ke arah fast fashion. Kalau tidak hati-hati, brand lokal bisa tergilas.

Bandung perlu mempertahankan kekuatan otentiknya, yakni desain orisinal, cerita lokal, dan komunitas yang solid. Karena pada akhirnya, baju itu bukan hanya kain. Ia adalah narasi yang dipakai. 

Distro dulu sukses karena ada cerita di balik kaos. “Kaos ini bikinan teman saya.” “Logo ini simbol komunitas kami.” Itu yang membuatnya berbeda dengan baju massal dari pabrik besar. Jadi, kuncinya bukan sekadar bikin baju murah meriah, tapi bikin baju yang punya makna.

Orang sekarang makin sadar soal etika fesyen. Isu lingkungan, tenaga kerja, dan keberlanjutan menjadi penting. Bandung bisa masuk ke wilayah ini.

Bayangkan, kalau kaos bikinan Bandung bukan hanya keren, tapi juga ramah lingkungan. Dunia pasti melirik lebih jauh. Dan tentu saja, humor khas Bandung jangan pula hilang. Karena mode Bandung itu bukan mode yang kaku, tapi yang santai, kadang nyeleneh, tapi tetap estetik.

Mungkin itulah alasan kenapa orang selalu merasa muda ketika belanja baju di Bandung. Ada semangat rebel sekaligus playful yang terus hidup.

Pada akhirnya, Bandung telah ikut mengajarkan bahwa gaya tidak harus lahir dari kemewahan. Gaya bisa lahir dari kreativitas, dari keberanian berbeda, dan tentu saja, dari semangat ngeunah pisan ala anak muda Bandung. (*)

Artikel Rekomendasi Untuk Anda

Disclaimer

Tulisan ini merupakan artikel opini yang sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Pandangan yang disampaikan dalam artikel ini tidak mewakili pandangan atau kebijakan organisasi dan redaksi AyoBandung.id.

Djoko Subinarto
Penulis lepas, blogger
Nilai artikel ini
Klik bintang untuk menilai

Berita Terkait

News Update

Ayo Netizen 02 Des 2025, 20:17 WIB

Seakan Tidak Ada Habisnya, Juru Parkir Liar makin Bertambah di Beberapa Kawasan Bandung

Tak sedikit warga mengeluhkan kejadian terhadap parkir liar yang semakin marak terjadi di Kota Bandung.
Seorang juru parkir yang sedang bertugas di Kiaracondong, Kota Bandung, Sabtu 29 November 2025 (Sumber: Dokumentasi Penulis | Foto: Asti Alya Anggraini)
Ayo Netizen 02 Des 2025, 19:49 WIB

Harmoni Harga dan Kualitas yang Menyatu dalam Berbelanja di Butik Bandung Modern

Blossom, sebuah toko pakaian di Bandung yang menyediakan beragam pilihan pakaian, dengan menawarkan harga yang cukup bersahabat.
Suasana toko Blossom pada 8 November 2025, Kecamatan Coblong, Kota Bandung. (Sumber: Sumber: Dokumentasi Penulis | Foto: foto : Amalia Putri Aditia)
Ayo Netizen 02 Des 2025, 19:29 WIB

Menelusuri Kesamaan ‘Nasab’ 3 Kue Jadul: Burayot, Ali Agrem, dan Cucur

Tiga kue atau camilan jadul dengan “nasab” yang nyaris sama ini: Burayot, Ali Agrem, dan Cucur.
Kue Ali atau Ali Agrem merupakan cemilan tradisional Jawa Barat. (Foto: Pixabay)
Ayo Netizen 02 Des 2025, 18:50 WIB

Tentang Suara, Perjuangan, dan Cara Musik Mengubah Seseorang Memandang Hidup

Nurul A’ini menutup matanya sejenak, membiarkan alunan Queen of the Night memenuhi ruang kecil itu.
Nurul A'ini, seseorang yang mempunyai gaya hidup dalam bernyanyi (Sumber: Paduan Suara Mahasiswa UIN SGD | Foto: Paduan Suara Mahasiswa UIN SGD)
Ayo Netizen 02 Des 2025, 18:13 WIB

Friday Carfree Belum Efektif bagi Pemerintah Kota Bandung

Program Friday Carfree bagi ASN dinilai belum efektif karena masih ditemukan pelanggaran parkir yang memicu kemacetan di sekitar Balai Kota Bandung.
Banner Friday Carfree di Balaikota Bandung (Sumber: Pikiran rakyat)
Ayo Netizen 02 Des 2025, 17:51 WIB

Dari Gang Sempit, Usaha Camilan Lokal Ini Tumbuh Jadi Peluang Besar

Dari gang sempit di Bandung, Kripik Bujangan tumbuh menjadi usaha camilan yang membuka peluang bagi banyak orang.
Seorang konsumen sedang mendatangi rumah produksi Bujangan di Jl. Muararajeun Baru, Cihaur Geulis, Cibeunying Kaler, Kota Bandung,  (05/11/2025) (Sumber: Dokumentasi Penulis | Foto: Amelia Ulya)
Ayo Netizen 02 Des 2025, 17:31 WIB

Akulturasi Budaya Jepang dan Indonesia, Matcha Mulai Hadir dengan Cita Rasa Inovatif

Mengunjungi salah satu pelopor matcha autentik yang berpadu dengan selera lidah lokal di Bandung, yakni Kusuma Matcha.
Tempat transaksi Kusuma Matcha dengan nuansa Jepang modern yang kerap dijadikan spot foto pengunjung, (30/10/2025) (Sumber: Dokumentasi Penulis | Foto: Andrea Keira)
Ayo Netizen 02 Des 2025, 16:25 WIB

Taman Main Mili-Mili: Keajaiban Kecil Penuh Petualangan di Hutan Pinus Lembang

Taman Main Mili-Mili adalah wisata alam edukasi, interaktif, dan merupakan pengembangan dari Wisata Hutan Mycelia.
Gerbang masuk dengan instalasi lampu yang indah di Taman Main Mili-Mili (13/11/2025). (Sumber: Dok. Penulis | Foto: Rafy Lovinka)
Ayo Netizen 02 Des 2025, 15:29 WIB

Bubur di Bawah Pohon Rindang, Tempat Sarapan Favorit Warga Bandung

Salah satu yang belakangan banyak dibicarakan adalah Toko Bubur di Bawah Pohon Rindang di kawasan Pinus Regency.
Suasana Toko Bubur di Bawah Pohon Rindang, Pinus Regency, Cinambo, Bandung. (Sumber: Rifa Windi | Foto: Rifa Windi)
Ayo Netizen 02 Des 2025, 13:38 WIB

Berawal dari 'Nongkrong Santai', Empat Sekawan di Bandung Dirikan UMKM Fotografi

UMKM fotografi yang berkembang menjadi agensi kreatif dan siap menangani proyek dokumentasi.
Salah satu pendiri Foursix mengabadikan momen di lapangan mini soccer Bromus Cisaranten. (Sumber: Dokumentasi Penulis).
Ayo Netizen 02 Des 2025, 11:58 WIB

Pariwisata Alam ini Berikan Pengalaman Menarik dan Edukasi Sesar Lembang

Uncle D Backyard menawarkan keindahan alam serta edukasi mengenai mitigasi bencana sesar lembang kepada masyarakat.
Nuansa damai dan asri di bawah langit pepohonan Uncle D Backyard. (Sumber: Dokumentasi Penulis | Foto: Carissa Syarafina)
Ayo Netizen 02 Des 2025, 10:53 WIB

Kata-Kata Kecil yang Menghangatkan: 'Teh', 'Mah', 'Atuh', dan 'Meuni' Penanda Rasa dalam Bahasa Sunda

Terdapat sekian kata dalam Bahasa Sunda yang menjadi bumbu kehangatan dan kedekatan dalam setiap percakapan.
Abah Endang sedang melaksanakan kegiatan belajar mengajar di MAS Manba'ul Huda. Bandung, 05 November 2025. (Sumber: Dok. Penulis | Foto: Tsaqifa Dhiyaul Hawa)
Ayo Netizen 02 Des 2025, 09:50 WIB

Trotoar di Bandung, Aksesibilitas bagi Tunanetra Masih Terabaikan

Keprihatinan akan kondisi trotoar di Kota Bandung bagi penyandang disabilitas yang masih perlu diperhatikan Wali Kota Bandung .
Kondisi trotoar yang sudah rusak parah, pada Jumat 28 November 2025. (Sumber: Dokumentasi Penulis | Foto: Ruth Maretha)
Ayo Netizen 02 Des 2025, 08:45 WIB

Dari Ide Spontan Kini Menjadi Produk Berkarakter, Bukti Kreativitas Anak Muda Indonesia

Rewear Project lahir dari ide spontan dan menghadirkan produk berkualitas, nyaman, dan tahan lama.
Koleksi unggulan Rewear Project yang menampilkan gaya kasual hadir di Kabupaten Bandung, Sabtu (8/11/25) (Sumber: Dokumentasi Penulis | Foto: Siti Octaviani)
Ayo Netizen 02 Des 2025, 07:59 WIB

Wisata Religius untuk Mengenang Eril

Para peziarah mulai berdatangan menuju tempat peristirahatan terakhir Emmeril Kahn Mumtadz.
Makam Eril di Cimaung, Kabupaten Bandung. (Sumber: Ayobandung.id | Foto: Kavin Faza)
Ayo Biz 01 Des 2025, 21:40 WIB

Bernapas Budaya, Tjitarum Menyulam Rasa dan Cerita Jawa Barat dalam Setiap Gigitan

Kehadiran Tjitarum sebagai toko bolu dan kue bukan sekadar membuka ruang baru bagi wisatawan untuk membeli buah tangan. Namun simbol bagaimana kuliner bisa menjadi bahasa pelestarian budaya.
Kehadiran Tjitarum sebagai toko bolu dan kue bukan sekadar membuka ruang baru bagi wisatawan untuk membeli buah tangan. Namun simbol bagaimana kuliner bisa menjadi bahasa pelestarian budaya. (Sumber: Ayobandung.id | Foto: Eneng Reni Nuraisyah Jamil)
Ayo Netizen 01 Des 2025, 20:07 WIB

Rajutan Keberuntungan: Kisah Yumna Craft Merajut Asa dari Tali Makrame di Kabupaten Bandung

Berawal dari hobi, Yumna Craft kini produknya dikenal luas dan sering tampil dalam pameran UMKM Kabupaten Bandung.
Ibu Lia Yulia selaku owner Yumna Craft memamerkan hasil kerajian makrame berupa tas dan gantungan kunci di rumahnya, Bojongsoang, Kabupaten Bandung, (05/11/2025) (Sumber: Dokumentasi Penulis | Foto: Dheana Husnaini)
Ayo Netizen 01 Des 2025, 18:24 WIB

Perjalanan Panjang Sanggar Tari Pusbitari: Lestarikan Tari Klasik Tradisional Sunda hingga Saat Ini

Sanggar Pusbitari yang didirikan di tahun 1986 di Kota Bandung ini, memiliki keinginan untuk mempertahankan budaya warisan nenek moyang.
Para penari Sanggar Pusbitari sedang melakukan latihan rutin tarian klasik tradisional di ruangan sanggar pusbitari, Jalan Ir. H. Juanda, Kec Bandung Wetan, Kota Bandung, Rabu (29/10/2025) (Sumber: Dokumentasi Penulis | Foto: Nayla Aurelia)
Ayo Netizen 01 Des 2025, 17:46 WIB

Kualitas dan Konsistensi Menjadi Fondasi Brand Lokal Cosmic untuk Terus Eksis

Cosmic adalah brand fashion asal Bandung yang berdiri sejak 2001 dan dikenal melalui desain simple, minimalis, serta mudah dikenali.
Bangunan bergaya modern ini menjadi identitas kuat gerai fashion lokal di Jalan Trunojoyo No. 30, Kota Bandung, pada Sabtu (29/10/2025). (Sumber: Bunga Citra Kemalasari)
Ayo Netizen 01 Des 2025, 16:45 WIB

Mencicipi Kolaborasi Rasa Tradisional dan Western lewat Menu Autentik Mami Palolo

Usaha kuliner Mami Palolo hadirkan perpaduan Sunda-Western di Bojongsoang.
Momen saat kelezatan Mami Palolo disantap dengan lahap oleh konsumen di Jalan Cikoneng Nomor 19, Bojongsoang, Kabupaten Bandung, Selasa (6/11/2025). (Sumber: Dok. Pribadi | Foto: Nabila Nazwa Saina)