Literasi Digital Sejak Dini, Bekal Anak Masa Kini

Femi  Fauziah Alamsyah, M.Hum
Ditulis oleh Femi Fauziah Alamsyah, M.Hum diterbitkan Kamis 06 Nov 2025, 16:50 WIB
Ilustrasi teknologi digital di sekitar anak-anak saat ini. (Sumber: Pexels/Ron Lach)

Ilustrasi teknologi digital di sekitar anak-anak saat ini. (Sumber: Pexels/Ron Lach)

Anak-anak masa kini tumbuh bersama layar, sebagaimana generasi sebelumnya yang tumbuh bersama buku dan permainan di halaman rumah. Gawai telah menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari, bahkan sejak usia balita. Anak-anak menonton video kartun di YouTube, bermain gim edukatif, atau ikut panggilan video dengan keluarga jauh. Teknologi digital menawarkan hiburan, kemudahan, sekaligus peluang belajar baru.

Namun di sisi lain, muncul kekhawatiran tentang ketergantungan layar dan dampaknya terhadap tumbuh kembang anak.

Di sinilah pentingnya literasi digital sejak dini, bukan untuk menjauhkan anak dari teknologi, melainkan untuk menyiapkan mereka agar bijak dan bertanggung jawab di dunia yang serba terhubung.

Antara Hiburan dan Ketergantungan

Fenomena anak-anak yang terlalu lama bermain dengan gadget kini menjadi isu serius di banyak negara. Sebuah survei Kementerian Kominfo (2023) menunjukkan, lebih dari 60% anak Indonesia usia 5–11 tahun menggunakan internet setiap hari, sebagian besar untuk menonton video atau bermain games. Aktivitas ini seringkali tidak diimbangi dengan pendampingan orang tua, sehingga anak mudah terpapar konten yang tidak sesuai usia.

Dampaknya nyata, para ahli kesehatan anak mencatat adanya peningkatan kasus speech delay, gangguan tidur, serta penurunan kemampuan sosial pada anak yang terlalu lama menatap layar.

Namun menariknya, penelitian lain menunjukkan bahwa teknologi tidak selalu berdampak negative, selama ada pendampingan dan arahan yang tepat. Gadget bukan musuh, melainkan alat yang harus dipahami dan dikelola.

Banyak orang tua mengira literasi digital berarti sekadar bisa menggunakan perangkat atau aplikasi, padahal maknanya jauh lebih dalam. UNESCO (2021) mendefinisikan literasi digital sebagai kemampuan untuk “mengakses, memahami, mengevaluasi, dan menciptakan informasi melalui teknologi digital secara aman dan etis.”

Artinya, anak-anak bukan hanya diajari cara menonton video atau bermain games, tapi juga belajar mengenali mana informasi yang benar, mana yang menyesatkan, serta bagaimana bersikap sopan dan aman di dunia maya.

Di usia dini, hal ini tentu dilakukan dengan cara yang sederhana dan menyenangkan. Misalnya, mengenalkan konsep waktu layar (screen time) melalui permainan, menjelaskan bahwa tidak semua video di internet “benar”, atau mengajak anak membuat konten sederhana, seperti menggambar, bercerita, atau membuat foto bersama yang kemudian dibahas maknanya. Dengan begitu, teknologi menjadi sarana eksplorasi dan pembelajaran, bukan pelarian dari interaksi sosial.

Anak-anak belajar dari meniru. Jika orang tua sibuk menatap layar, anak pun akan menganggap itu hal biasa. Maka, literasi digital di rumah harus dimulai dari keteladanan orang tua. Bukan sekadar melarang, tapi mencontohkan cara berinteraksi sehat dengan teknologi.

Psikolog anak Elizabeth Milovidov (2022) menyebut konsep “co-use” atau penggunaan Bersama, yaitu ketika orang tua ikut terlibat dalam aktivitas digital anak. Misalnya, menonton video bersama lalu berdiskusi tentang pesan di dalamnya. Pendekatan ini terbukti lebih efektif daripada sekadar memberi batas waktu tanpa penjelasan.

Selain itu, penting juga membuat aturan keluarga digital yang disepakati bersama. Misalnya, tidak ada gawai saat makan, waktu layar maksimal dua jam sehari, atau tidak membawa gawai ke kamar tidur. Aturan ini bukan untuk membatasi semata, melainkan untuk melatih disiplin dan kontrol diri.

Lingkungan Kedua Literasi Digital

Literasi digital membantu mereka memahami cara kerja media sosial. (Sumber: Pexels/Akhil Antony)
Literasi digital membantu mereka memahami cara kerja media sosial. (Sumber: Pexels/Akhil Antony)

Pendidikan literasi digital tidak bisa hanya dibebankan kepada keluarga. Sekolah memiliki peran strategis untuk memperkuat nilai-nilai tanggung jawab digital. Guru dapat mengenalkan konsep dasar seperti privasi, keamanan data, dan etika daring dalam bentuk yang mudah dipahami.

Contohnya, salah satu sekolah dasar di Yogyakarta, program “Kelas Aman Digital” melatih anak-anak untuk mengenali hoaks dan belajar berbagi informasi yang baik. Anak diajak bermain peran menjadi “detektif kebenaran”, memeriksa mana berita yang bisa dipercaya. Aktivitas seperti ini membentuk kebiasaan berpikir kritis sejak dini, tanpa harus membuat suasana belajar terasa menegangkan.

Program seperti ini sejalan dengan Kebijakan Literasi Digital Nasional yang dicanangkan pemerintah sejak 2021. Tujuannya bukan sekadar meningkatkan kemampuan teknis, tapi membangun karakter digital yang sehat, cerdas, beretika, dan berempati.

Anak-anak yang lahir hari ini akan tumbuh di dunia yang jauh lebih kompleks daripada generasi sebelumnya. Dunia mereka dipenuhi algoritma, kecerdasan buatan, dan interaksi lintas budaya di ruang digital. Karena itu, literasi digital bukan sekadar keterampilan tambahan, melainkan bekal hidup utama.

Tanpa kemampuan memilah informasi dan mengatur diri, anak mudah terbawa arus konten yang tak terkendali. Namun dengan literasi digital, mereka belajar mengenali nilai, empati, dan tanggung jawab, kualitas yang membuat manusia tetap manusia di tengah derasnya teknologi.

Membangun literasi digital sejak dini bukan proyek instan. Ia tumbuh dari kebiasaan kecil, mengajak anak berdialog tentang apa yang ia lihat di layar, memberi waktu bermain di alam, membacakan buku, atau sekadar menyediakan ruang hening tanpa notifikasi.

Keseimbangan antara dunia digital dan dunia nyata adalah kunci. Anak perlu tahu bahwa layar hanyalah satu jendela untuk mengenal dunia, bukan dunia itu sendiri. Ketika teknologi diajarkan dengan nilai, maka anak-anak tidak akan sekadar “terampil menggunakan”, tapi juga bijak memilih dan bertanggung jawab terhadap apa yang mereka lakukan secara digital.

Baca Juga: Tembok Demokrasi dalam Keadilan Buku-Buku Cetak

Di era ketika layar menjadi bagian dari kehidupan sejak usia dini, literasi digital bukan pilihan, melainkan kebutuhan. Tugas kita bukan melarang anak berinteraksi dengan teknologi, tetapi membekali mereka dengan kemampuan memahami dan menggunakannya secara sehat.

Seperti bekal perjalanan, literasi digital membantu anak menapaki masa depan dengan arah yang jelas. Ia bukan sekadar soal “bisa pakai gadget”, tapi tentang tumbuh menjadi manusia yang cerdas, kritis, dan berempati di dunia yang semakin terhubung.

Artikel Rekomendasi Untuk Anda

Disclaimer

Tulisan ini merupakan artikel opini yang sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Pandangan yang disampaikan dalam artikel ini tidak mewakili pandangan atau kebijakan organisasi dan redaksi AyoBandung.id.

Femi  Fauziah Alamsyah, M.Hum
Peminat Kajian Budaya dan Media, Dosen Universitas Muhammadiyah Bandung, Prodi Komunikasi dan Penyiaran Islam
Nilai artikel ini
Klik bintang untuk menilai

Berita Terkait

News Update

Ayo Netizen 22 Des 2025, 19:04 WIB

Alam sebagai Ruang Pemulihan

Stres di zaman sekarang memerlukan tempat untuk istirahat.
Alam sering menjadi tempat relaksasi. (Sumber: Dokumentasi Pribadi)
Ayo Biz 22 Des 2025, 17:37 WIB

Ketika Banjir dan Longsor Menguji, Kepedulian Sosial dan Ekologis Menjadi Fondasi Pemulihan Sumatra

Banjir dan longsor yang melanda Aceh serta sejumlah wilayah di Sumatra pada Desember lalu menjadi salah satu tragedi kemanusiaan terbesar dalam beberapa tahun terakhir.
Ilustrasi. Pemulihan Aceh dan Sumatra membutuhkan energi besar dan napas panjang. Bantuan logistik hanyalah langkah awal. (Sumber: EIGER Adventure)
Ayo Netizen 22 Des 2025, 17:19 WIB

Bebek Om Aris Dipati Ukur: Sajian Legendaris yang Terjangkau dan Nyaman di Kota Bandung

Bebek Om Aris Dipati Ukur Bandung menawarkan daging empuk, sambal variatif, harga terjangkau.
Menu Favorit yang ada di Bebek Om Aris. (Sumber: Dokumen Pribadi)
Ayo Netizen 22 Des 2025, 17:09 WIB

Warga Puas dengan Transportasi Umum, tapi Terkendala Minimnya Halte dan Sistem Transit

Kepuasan warga terkait transportasi umum yang ada di Kota Bandung.
Warga sedang mengantri untuk masuk ke TransMetro Bandung di Halte Pelajar Pejuang 45 (3/12/2025). (Sumber: Fauzi Ananta)
Ayo Biz 22 Des 2025, 16:55 WIB

Solidaritas Kemanusiaan Menjadi Pilar Pemulihan Sumatera Pascabencana

Solidaritas publik menjadi denyut nadi dari gerakan ini. Donasi mengalir dari berbagai penjuru negeri, membuktikan bahwa rasa kepedulian masih kuat.
Solidaritas publik menjadi denyut nadi dari gerakan ini. Donasi mengalir dari berbagai penjuru negeri, membuktikan bahwa rasa kepedulian masih kuat. (Sumber: Dok Rumah Zakat)
Ayo Jelajah 22 Des 2025, 15:45 WIB

Sejarah Gereja Santo Petrus, Katedral Tertua di Bandung

Sejarah Gereja St Franciscus Regis hingga berdirinya Katedral Santo Petrus di jantung Bandung pada awal abad ke-20.
Gereja Katedral Santo Petrus Bandung (Sumber: KITLV)
Beranda 22 Des 2025, 15:33 WIB

ISMN Yogyakarta Tegaskan Literasi Digital sebagai Fondasi Informasi Publik di Era AI

ISMN Yogyakarta bahas kolaborasi, literasi digital, dan tantangan media sosial di era AI untuk wujudkan distribusi informasi berkualitas.
Indonesia Social Media Network (ISMN) Meetup Yogyakarta 2026 akan diselenggarakan pada Kamis, 15 Januari 2026.
Ayo Biz 22 Des 2025, 15:09 WIB

Transformasi Digital Jawa Barat Menjadi Peluang Strategis Operator Seluler di Periode Nataru

Menjelang periode Natal dan Tahun Baru (Nataru), pasar telekomunikasi Indonesia kembali menunjukkan potensi besar, terutama di Jawa Barat yang menjadi salah satu pusat mobilitas masyarakat.
Ilustrasi. Menjelang periode Natal dan Tahun Baru (Nataru), pasar telekomunikasi Indonesia kembali menunjukkan potensi besar, terutama di Jawa Barat yang menjadi salah satu pusat mobilitas masyarakat. (Sumber: Indosat)
Ayo Netizen 22 Des 2025, 12:35 WIB

Cerita Kota Singgah yang Dirindukan

Predikat "kota singgah" bisa diraih Bandung dengan menghubungkan potensi wilayah dan kota di sekitar Bandung.
Flagship outlet Bebek Kaleyo di Jalan Sumatera No. 5, Kota Bandung yang mempertemukan kuliner tradisional dengan estetika kekinian. (Sumber: dok. Bebek Kaleyo)
Beranda 22 Des 2025, 12:19 WIB

Peran Ibu di Era Screen Time: Tak Harus Jadi Ahli Teknologi, Cukup Mendampingi dengan Hati

Seorang ibu tidak harus menjadi ahli teknologi untuk bisa menjadi sosok yang menginspirasi bagi anak-anaknya. Justru kehadiran, pendampingan, dan kemauan belajar jauh lebih penting.
Dini Andriani, kedua dari kanan. (Sumber: ayobandung.id | Foto: Toni Hermawan)
Beranda 22 Des 2025, 11:51 WIB

Redefinisi Peran Ibu Pekerja: Saat Karir dan Domestik Tak Lagi Menjadi Beban Ganda

Ia menegaskan bahwa kehidupan rumah tangga seharusnya dibangun di atas prinsip kebersamaan, bukan relasi timpang.
Pemimpin Redaksi Digital Mama.Id, Catur Ratna Wulandari. (Sumber: Dokumen pribadi)
Ayo Netizen 22 Des 2025, 11:05 WIB

Kisah ‘Lampu Merah Terlama di Indonesia’ di Kota Nomor 1 Termacet se-Nusantara

Lampu Merah Kiaracondong-Soekarno Hatta (Kircon) di Kota Bandung sudah lama ditetapkan sebagai stopan “Lampu Merah Terlama di Indonesia”.
Kemacetan di Lampu Merah Perempatan Kiaracondong, Jalan Soekarno-Hatta, Kota Bandung. (Sumber: ayobandung.id | Foto: Muslim Yanuar Putra)
Beranda 22 Des 2025, 10:57 WIB

Ibu Tunggal, Aktivis, dan Jalan Panjang Melawan Stigma

Salah satunya, fakta bahwa di tahun 2010-2013-an jurnalis perempuan masih minim jumlahnya dan statusnya sebagai “Janda” kemudian sering dipermasalahkan
Rinda Aunillah Sirait. (Sumber: ayobandung.id | Foto: Nisrina Nuraini)
Ayo Netizen 22 Des 2025, 10:18 WIB

Mengeja Imajinasi Kota Hijau

Paris van Java (PVJ) dengan jargon Bandung Utama masih memiliki ruang strategis untuk memperkuat kebijakan dan inovasi menuju kota yang lebih hijau, inklusif, dan berkelanjutan.
Warga berada di Taman Foto, Kota Bandung, Senin 15 September 2025. (Sumber: Ayobandung.com | Foto: Irfan Al-Faritsi)
Beranda 22 Des 2025, 09:47 WIB

Menjadi Ibu dan Ayah Sekaligus, Perjalanan Seorang Single Parent Menjaga Masa Depan Anak

Menjalani dua peran sekaligus tentu bukan hal yang mudah. Namun, ia memilih bertahan dan berdamai dengan keadaan yang ada.
Tri Nur Aini Noviar. (Sumber: ayobandung.id | Foto: Ilham Maulana)
Ayo Netizen 22 Des 2025, 08:26 WIB

Curhat di Media Sosial, Masyarakat Bandung Keluhkan Kondisi Trotoar

Bandung terkenal sebagai kota estetik yang punya masalah dengan trotoar dan jembatan penyeberangan orang (JPO).
Kondisi trotoar Jln. Moch. Toha membutuhkan perbaikan oleh Pemerintah Kota Bandung, Sabtu (29//11/2025). (Foto: Risa)
Ayo Netizen 22 Des 2025, 07:20 WIB

Pelestari Adat Sunda: Berdedikasi pada Indahnya Pernikahan lewat Pakaian Adat Sunda

Tentang pakaian pernikahan adat Sunda dilihat dari perspektif make up artist dan distributor pakaiannya.
Pengantin wanita tampil anggun dalam balutan Paes Sunda Siger saat hari pernikahannya di Kebon Jeruk, Kec. Andir, Kota Bandung. (Sumber: Dok. Pribadi | Foto: Endang Rachmawati)
Beranda 21 Des 2025, 23:31 WIB

Bukan Sekadar Tren: Alasan Perempuan Gen Z Lebih Aktif di Second Account Instagram

Acara tersebut digelar untuk memperkenalkan ruang aman bagi para perempuan untuk saling berbagi cerita dan pengalaman yang disebut Kutub Sisters.
Meet Up Komunitas Kutub Sisters pada Minggu, (21/12), di Palary Coffee & Eatery. (Sumber: ayobandung.id | Foto: Nisrina Nuraini)
Ayo Netizen 21 Des 2025, 20:14 WIB

Seven October Coffee: Ruang Ngopi yang Menghidupkan Ingatan Palestina di Bandung

Seven October Coffee di Bandung menghadirkan konsep unik yang memadukan pengalaman ngopi dengan edukasi sejarah Palestina.
Tembok Sejarah Palestina dari Awal-Sekarang. (Sumber: Dokumen Pribadi | Foto: Amir Huwaidi)
Ayo Netizen 21 Des 2025, 19:27 WIB

Alasan Maraknya Warga Bandung Memilih Transportasi Pribadi ketimbang Transportasi Umum

Banyak sekali warga Bandung yang memilih untuk menggunakan kendaraan pribadinya dibanding harus menggunakan transportasi umum.
Potret salah satu transportasi umum yang tersedia di Bandung, 27 November 2025. (Sumber: Dokumentasi Penulis | Foto: Siti Zahra)