Ketika Panggilan 'Sayang' Hanya Bagian dari Jobdesk: Dramaturgi para Ladies Companion (LC)

Yaser Fahrizal Damar Utama , S.I.Kom
Ditulis oleh Yaser Fahrizal Damar Utama , S.I.Kom diterbitkan Rabu 12 Nov 2025, 16:35 WIB
Ilustrasi Ladies Companion (LC). (Sumber: Ayobandung.id)

Ilustrasi Ladies Companion (LC). (Sumber: Ayobandung.id)

Udara terasa berat oleh campuran aroma parfum refil murah, alkohol, dan asap rokok yang menari-nari di bawah cahaya lampu yang temaram. Bola disko di langit-langit berputar malas dan monoton, memecah kegelapan dengan serpihan cahaya yang memantul di dinding beludru merah kusam , sepertinya sudah lama tidak divakum.

Di lorong dengan banyak pintu di kiri kanannya, terdengar samar-samar raungan sumbang beberapa pria yang mencoba menyanyikan lagu rock lawas. Namun, saat masuk ke dalam ruang privat berukuran 4x5 meter ini, semua kebisingan itu luruh.

“Sayang mau aku nyalain rokoknya?” suara lembut keluar dari mulut seorang wanita selagi bersandar di bahu lelaki setengah baya. Padahal 5 menit sebelumnya mereka hanya dua orang asing yang tidak akan saling menyapa jika berpapasan.

Begitulah malam-malam yang dijalani Dara (bukan nama sebenarnya) sebagai Ladies Companion alias LC di salah satu tempat karaoke di pinggiran selatan Kota Bandung. Di dunia para LC, panggilan sayang bukanlah tanda cinta romantis seperti di film-film, ini hanyalah bagian dari profesionalitas kerja. Kata-kata manis adalah skrip yang dihafal di luar kepala, dan senyum hangat adalah kostum wajib yang tak boleh tanggal ketika bekerja. Mereka, layaknya karakter Irish dalam film Companion karya Drew Hancock , hadir untuk menemani, mengisi kekosongan, dan memenuhi hasrat para penyewa.

Di atas kertas, pekerjaan mereka adalah bernyanyi untuk menemani tamu berkaraoke, menyiapkan daftar putar lagu, dan memastikan gelas tak pernah kosong. Realitasnya, tugas utama mereka adalah “melayani” pelanggan dengan cara menciptakan “ilusi keintiman”.

Dalam ekosistem bisnis ini, mereka dibayar untuk berpura-pura mencintai para tamunya, sementara tamu yang membayar secara dengan kesadaran penuh -meski dalam keadaan teler mengetahui bahwa mereka sedang dibohongi. Ini bukan bentuk kemunafikan, semua demi kenyamanan, “yang penting happy” itu prinsipnya. Flirting dan kata-kata manis serta sikap manja yang ditunjukan para LC pada para tamu adalah senjata dalam pekerjaan mereka layaknya pisau di tangan seorang dokter bedah.

Para LC sejatinya adalah seniman. Mereka adalah aktris yang pentas di ruang-ruang gelap dan remang-remang itu. Goffman dalam teori dramaturgi mengatakan bahwa dunia adalah panggung sandiwara yang memiliki tampak depan dan tampak belakang. LC benar-benar mempraktikkan teori ini sekalipun mereka sepertinya tidak pernah mendengarnya apalagi mempelajari teorinya.

Mereka akan selalu berkata “Aku tunggu kamu kesini lagi ya minggu depan sayang”, meski dalam hati mereka mungkin bilang “B*ngsat, badan lu bau bawang”.

Pada tampak depan ketika sedang nge-room, mereka menggunakan nama-nama samaran, baju-baju seksi yang menggoda dan make up yang terlihat menarik di ruang gelap. Dijajakan seperti donat di etalase, untuk dipilih dan siap “disantap” oleh tamu tempat hiburan.

Di tampak belakang, mereka hanyalah perempuan biasa dengan peran masing-masing, ada yang seorang istri, seorang ibu atau juga seorang anak yang bekerja untuk menafkahi orang tuanya yang sudah tak bisa lagi bekerja.

“Tamu boleh pilih LC yang mana aja, tapi LC gak bisa milih pengen ngelayanin tamu yang kayak gimana, apapun kondisinya tamu harus happy. Kalo lagi beruntung dapet yang ganteng, yang baik, kita enjoy. Kadang kalo lagi apes dapet yang jelek, rese, pelit, tetep harus dipaksa enjoy.” ujar Dara berusaha menarik celana pendeknya untuk menutupi bagian bawah tubuhnya ketika diwawancarai.

Ilustrasi bayangan LC. (Sumber: Pexels/SĂĽmeyye Bal)
Ilustrasi bayangan LC. (Sumber: Pexels/SĂĽmeyye Bal)

Dalam drama “Intim-intiman” di ruang karaoke, tidak semua tamu kooperatif dan mengerti aturan main. Banyak tamu yang mungkin terlalu terbawa suasana sehingga lupa bahwa mereka ini LC, bukan kekasih mereka dan juga bukan Pekerja Seks Komersial (PSK).

“Emang ada beberapa LC yang nyambi 'BO', tapi gak banyak dan biasanya mereka selektif banget. Kalo aku gak bisa, aku disini cuma kerja abis itu pulang karena anak aku nungguin di rumah. Tapi kadang susah juga ngejelasin ke tamu. Makanya setiap ngeroom biar tamu gak macem-macem, aku selalu pake pantyliner biar ada alasan haid, padahal ini cuma pantyliner bukan pembalut” jelas Dara sambil membuka botol bir di hadapannya.

Dalam buku “The Managed Heart: Commercialization of Human Feeling”, Sosiolog Arlie Hochschild mengemukakan konsep Emotional Labor atau kerja emosional yang merujuk pada usaha yang dilakukan seseorang untuk mengelola emosi agar sejalan dengan tuntutan pekerjaan mereka. Dan percayalah bahwa ini bukan hal yang mudah.

Dalam konteks pekerjaan sebagai LC di tempat hiburan malam, Mereka dituntut menampilkan sikap ramah, menggoda dan penuh perhatian, meski mereka tidak merasa demikian. Perasaan lelah, bosan, takut, bahkan jijik atau apa pun emosi negatif yang sedang mereka rasakan sebisa mungkin harus diredam demi memenuhi ego tamu mereka. Ketika seorang tamu menyanyikan lagu dengan nada fals yang memekakkan telinga, mereka harus bertepuk tangan paling meriah. Ketika seorang tamu menceritakan lelucon yang tidak lucu, mereka harus tertawa paling keras.

Bahkan mungkin kemampuan mereka dalam mengelola emosi tamunya lebih utama daripada kemampuan mereka dalam bernyanyi. Kenyamanan dan keintiman palsu inilah yang mereka monetisasi dan menjadi sumber penghasilan mereka.

“Orang-orang gak ada yang tau kalo kita juga punya perasaan, kita bukan boneka yang gak punya hati.” keluh Dara.

“Jelas aku ada keinginan untuk berhenti dari kerja kayak gini, tapi kita (para LC) gak tau harus kerja apa kalo berhenti, dan hampir semua yang kerja di sini punya tanggungan masing-masing di rumahnya,” lanjut Dara. (*)

Disclaimer

Tulisan ini merupakan artikel opini yang sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Pandangan yang disampaikan dalam artikel ini tidak mewakili pandangan atau kebijakan organisasi dan redaksi AyoBandung.id.

Yaser Fahrizal Damar Utama , S.I.Kom
Pemerhati Budaya | Alumnus Universitas Padjadjaran
Nilai artikel ini
Klik bintang untuk menilai

Berita Terkait

News Update

Ayo Biz 12 Nov 2025, 17:37 WIB

Bandung dan Krisis Sunyi: Menyuarakan Kesadaran Kesehatan Mental di Kota Urban

Kesehatan mental yang baik berarti batin tenteram, pikiran jernih, dan emosi terkendali. Tanpa itu, aktivitas sehari-hari bisa terganggu, relasi sosial merenggang, bahkan muncul perilaku destruktif.
Kesehatan mental yang baik berarti batin tenteram, pikiran jernih, dan emosi terkendali. Tanpa itu, aktivitas sehari-hari bisa terganggu, relasi sosial merenggang, bahkan muncul perilaku destruktif. (Sumber: Freepik)
Ayo Netizen 12 Nov 2025, 16:35 WIB

Ketika Panggilan 'Sayang' Hanya Bagian dari Jobdesk: Dramaturgi para Ladies Companion (LC)

Menyeruak dunia para LC yang dipenuhi stigma negatif.
Ilustrasi Ladies Companion (LC). (Sumber: Ayobandung.id)
Ayo Biz 12 Nov 2025, 16:21 WIB

Aroma Kopi di Bawah Tegakan, Cibulao dan Gerakan Menyulam Hutan

Pola agroforestry memberi ruang bagi pohon kopi tumbuh di bawah tegakan, menjaga kelembapan tanah, sekaligus memberi penghasilan bagi warga.
Pola agroforestry memberi ruang bagi pohon kopi tumbuh di bawah tegakan, menjaga kelembapan tanah, sekaligus memberi penghasilan bagi warga. (Sumber: Ayobandung.id | Foto: Eneng Reni Nuraisyah Jamil)
Ayo Netizen 12 Nov 2025, 16:00 WIB

Bermula Rumah Pribadi Menjadi Museum sebagai Warisan Seni yang Menginspirasi

Museum yang didirikan untuk menghormati dan melestarikan karya Srihadi yang inspiratif dalam dunia seni lukis.
Pengunjung menikmati dan mengabadikan hasil karya Srihadi, Sabtu 01 November 2025, Ciumbuleuit, Kecamatan Cicadap, Kota Bandung (Sumber: Sela Rika | Foto: Sela Rika)
Ayo Netizen 12 Nov 2025, 15:26 WIB

Dari Usaha Donat Rumahan hingga Berhasil Memperluas Jangkauan ke Lima Toko

Dengan mempertahankan kualitas donat setiap harinya, Pipin Donuts berhasil menjalankan bisnisnya hingga memiliki lima cabang.
Seorang customer yang mengantri untuk membeli Pipin Donuts, Cabang Sukabirus, Kabupaten Bandung, (08/11/2025) (Sumber: Dokumentasi Penulis | Foto: Asti Alya)
Ayo Netizen 12 Nov 2025, 15:09 WIB

ITB sebagai Wisata Teknologi Era Globalisasi - Bagian 2

Dalam paparan berikut sebagai lanjutan dari bagian ke-1 adalah rencana implementasi konkret untuk menjadikan Institut Teknologi Bandung (ITB).
ITB Jatinangor. (Sumber: Dok. ITB)
Ayo Netizen 12 Nov 2025, 14:50 WIB

Semangat 1955 Hidup Kembali di Kemeriahan Asia Afrika Festival 2025

Perayaan Asia Afrika Festival 2025 kembali di gelar di Kota Bandung
Suasana Perayaan Asia Afrika Festival (Foto: Desy Windayani Budi Artik)
Ayo Netizen 12 Nov 2025, 14:36 WIB

ACCRA, Dessert Rumahan Rasa Sultan di Bandung

Dessert rumahan dengan cita rasa sultan. ACCRA di Kota Bandung siap memanjakan lidah lewat mochi cheesecake dan tiramisu legendarisnya.
ACCRA di Kota Bandung siap memanjakan lidah lewat mochi cheesecake dan tiramisu legendarisnya. (Sumber: Dokumentasi Penulis)
Ayo Jelajah 12 Nov 2025, 13:34 WIB

Hikayat Kasus Reynhard Sinaga, Jejak Dosa 3,29 Terabita Predator Seksual Paling Keji dalam Sejarah Inggris

Kasus Reynhard Sinaga mengguncang dunia. Pria asal Depok itu menyimpan rahasia kelam. Di penjara Wakefield, ia menua bersama 3,29 terabita dosa yang tak bisa dikompresi.
Reynhard Sinaga.
Ayo Netizen 12 Nov 2025, 12:45 WIB

Menyelami Makna di Balik Mereka(h), Wisata Rasa dan Imajinasi di Tengah Ruang Seni

Tak hanya untuk pecinta seni, Grey Art Gallery mengundang siapa pun yang ingin menikmati keindahan.
Suasana pengunjung Grey Art Gallery yang menjadi bagian dari cerita mereka yang perlahan merekah, 4 November 2025. (Sumber: Dokumentasi Penulis | Foto: Mutiara Khailla Gyanissa Putri)
Ayo Netizen 12 Nov 2025, 11:44 WIB

West Java Festival, Konser Musik atau Acara Budaya?

West Java Festival 2025 tak lagi sekadar konser. Mengusung tema 'Gapura Panca Waluya'.
West Java Festival 2025 (Foto: Demas Reyhan Adritama)
Ayo Netizen 12 Nov 2025, 11:06 WIB

Burayot, Camilan Legit Khas Priangan yang Tersimpan Rahasia Kuliner Sunda

Bagi orang Sunda, burayot bukan sekadar pengisi perut. Ia adalah bagian dari kehidupan sosial.
Burayot. (Foto: Dok. Ayobandung.com)
Ayo Netizen 12 Nov 2025, 10:45 WIB

Tak Pernah Takut Coba Hal Baru: Saskia Nuraini Sang Pemborong 3 Piala Nasional

Saskia Nuraini An Nazwa adalah siswi berprestasi tingkat Nasional yang menginspirasi banyak temannya dengan kata-kata.
Saskia Nuraini An Nazwa, Juara 2 lomba Baca Puisi, Juara 3 lomba unjuk bakat, juara terbaik lomba menulis puisi tingkat SMA/SMK tingkat Nasional oleh Lomba Seni sastra Indonesia dengan Tema BEBAS Jakarta. (Sumber: SMK Bakti Nusantara 666)
Ayo Netizen 12 Nov 2025, 10:24 WIB

Bandung Macet, Udara Sesak: Bahaya Asap Kendaraan yang Kian Mengancam

Bandung yang dulu dikenal sejuk kini semakin diselimuti kabut polusi.
Kemacetan bukan sekadar gangguan lalu lintas, tapi cerminan tata kelola kota yang belum sepenuhnya adaptif terhadap lonjakan urbanisasi dan perubahan perilaku mobilitas warganya. (Sumber: Ayobandung.id)
Ayo Netizen 12 Nov 2025, 09:47 WIB

Ketika Integritas Diuji

Refleksi moral atas pemeriksaan Wakil Wali Kota Bandung.
Wakil Wali Kota Bandung, Erwin. (Sumber: Pemprov Jabar)
Ayo Netizen 12 Nov 2025, 09:36 WIB

Perpaduan Kenyal dan Lembut dari Donat Moci Viral di Bandung

Setiap gigitan Mave Douchi terasa lembut, manisnya tidak giung, tapi tetap memanjakan lidah.
Donat mochi lembut khas Mave Douchi dengan tekstur kenyal yang jadi favorit pelanggan (Foto: Zahwa Rizkiana)
Ayo Jelajah 12 Nov 2025, 08:39 WIB

Sejarah Letusan Krakatau 1883, Kiamat Kecil yang Guncang Iklim Bumi

Sejarah letusan Krakatau 1883 yang menewaskan puluhan ribu jiwa, mengubah iklim global, dan menorehkan bab baru sejarah bumi.
Erupsi Gunung Krakatau 1883. (Sumber: Dea Picture Library)
Ayo Biz 11 Nov 2025, 21:04 WIB

Mama Inspiratif dan Perjuangan Kolektif Mengembalikan Sentuhan Nyata dalam Pengasuhan

Tak sedikit orang tua yang merasa gamang menghadapi kenyataan bahwa anak-anak kini tumbuh dalam dunia yang tak bisa lepas dari layar.
Ilustrasi. Tak sedikit orang tua yang merasa gamang menghadapi kenyataan bahwa anak-anak kini tumbuh dalam dunia yang tak bisa lepas dari layar. (Foto: Freepik)
Ayo Biz 11 Nov 2025, 18:39 WIB

Dari Studio Kecil hingga Panggung Nasional, Bandung Bangkit Lewat Nada yang Tak Pernah Padam

Bandung bukan hanya kota dengan udara sejuk dan arsitektur kolonial yang memesona tapi juga 'rahim' dari gelombang musik yang membentuk identitas Indonesia sejak era 1960-an.
Bandung bukan hanya kota dengan udara sejuk dan arsitektur kolonial yang memesona tapi juga 'rahim' dari gelombang musik yang membentuk identitas Indonesia sejak era 1960-an. (Sumber: Ayobandung.id | Foto: Kavin Faza)