Sekolah Rakyat Bisakah Jadi Solusi atau malah Tambal Sulam Kemiskinan?

Fathiyah Khairiyah
Ditulis oleh Fathiyah Khairiyah diterbitkan Senin 02 Jun 2025, 15:06 WIB
Ilustrasi | Sekolah Rakyat dirancang sebagai sekolah berasrama dengan fasilitas lengkap, termasuk laboratorium, fasilitas olahraga, dan sistem pembelajaran berbasis teknologi. (Sumber: Ayobandung.id | Foto: Magang Foto/Algifari Tohaga Abdillah)

Ilustrasi | Sekolah Rakyat dirancang sebagai sekolah berasrama dengan fasilitas lengkap, termasuk laboratorium, fasilitas olahraga, dan sistem pembelajaran berbasis teknologi. (Sumber: Ayobandung.id | Foto: Magang Foto/Algifari Tohaga Abdillah)

Sekolah Rakyat merupakan program yang dicanangkan pemerintah untuk menjamin pendidikan kalangan ekonomi bawah dengan tujuan menuntaskan kemiskinan. Akankah menjadi angin segar?

Sejumlah media nasional memberitakan, seperti Detik.com (09/2022), liputan6.com(04/2025), dan tirto.id(05/2025), kesulitan ekonomi memang menjadi faktor utama yang menyebabkan anak-anak putus sekolah.

Berdasarkan data, 76% keluarga menyatakan bahwa alasan utama anak mereka putus sekolah adalah karena faktor ekonomi. Dari jumlah tersebut, 67% tidak mampu membayar biaya sekolah, sementara 8,7% harus mencari nafkah.

Selain itu, keterbatasan sumber daya keuangan keluarga dan biaya pendidikan yang masih tinggi meskipun ada kebijakan pendidikan gratis, tetap menjadi kendala bagi banyak orang tua disebabkan rendahnya pendapatan keluarga.

Masalah ini tidak hanya berdampak pada individu, tetapi juga menjadi tantangan bagi negara dalam meningkatkan akses pendidikan yang merata. Pemerintah telah berupaya mengatasi kesenjangan ini melalui program seperti Bantuan Operasional Sekolah (BOS) dan Kartu Indonesia Pintar (KIP), tetapi kesenjangan antara keluarga miskin dan kaya masih cukup besar.

Program Sekolah Rakyat pertama kali dicetuskan sebagai bagian dari strategi pemerintah untuk menghapus kemiskinan ekstrem dan meningkatkan akses pendidikan bagi anak-anak dari keluarga miskin. Program ini dirancang untuk mulai beroperasi pada Juli 2025.

Presiden Prabowo Subianto dijadwalkan akan meresmikan Sekolah Rakyat pada pertengahan Juli 2025. Pemerintah menargetkan 100 sekolah dapat dibuka pada tahun pertama, dengan 65 titik yang sudah siap beroperasi. Program ini merupakan kolaborasi antara berbagai kementerian, termasuk Kementerian Sosial, Kementerian Pendidikan, dan Kementerian Pekerjaan Umum.

Sekolah Rakyat dirancang sebagai sekolah berasrama dengan fasilitas lengkap, termasuk laboratorium, fasilitas olahraga, dan sistem pembelajaran berbasis teknologi. Pemerintah berharap program ini dapat menjadi solusi untuk memutus rantai kemiskinan melalui pendidikan berkualitas.

Program ini hadir sebagai solusi atas masalah keterbatasan akses pendidikan yang masih dialami jutaan anak Indonesia.

Sekolah Rakyat, Menuntaskan Kemiskinan?

“Tujuan utama sekolah rakyat adalah untuk memutus mata rantai kemiskinan. Jika orangtuanya miskin jangan sampai anaknya jadi miskin. Ini harus diputus dengan menyekolahkan mereka," kata Mensos Gus Ipul.

Seolah angin segar, sekolah rakyat seakan-akan hadir sebagai penyelamat untuk menuntaskan kemiskinan dengan menaikkan taraf Pendidikan masyarakat. Namun dalam pelaksanaannya, sekolah rakyat ini dinilai sebagai kebijakan yang perlu dikritisi.

Sekolah rakyat hadir untuk memfasilitasi anak-anak dari kategori desil 1 dan 2 dalam Data Tunggal Sosial Ekonomi Nasional (DTSEN), yaitu kelompok masyarakat dengan kondisi ekonomi paling rentan. Dalam penamaan, sekolah rakyat ini kental dengan gambaran sekolah anak miskin. Hal ini akan membentuk segregasi sosial pada status ekonomi masyarakat. Anak-anak yang bersekolah di sana akan dilabeli dengan anak-anak yang berasal dari ekonomi bawah. Didukung dengan program lain pemerintah, yakni Sekolah Garuda Unggulan yang ditujukan untuk anak-anak berprestasi unggulan. Maka akan terbentuk segmentasi di tengah masyarakat. Jika tujuan program ini untuk pemerataan pendidikan, maka kedua program ini dinilai tidak tepat. Terlebih, dengan program asrama yang diusungnya, maka ini akan menjauhkan rakyat miskin yang bersekolah di sana dengan dunia luar. Selain itu, dengan dikelolanya program ini oleh dinas sosial menambah buramnya tujuan pendidikan untuk sekolah rakyat ini.

Baca Juga: Review Buku Animal Farm karya George Orwell, Kesatiran dalam Novel Binatang

Maka, perlu dipertanyakan apa urgensi pemerintah dalam mencanangkan program tersebut. Jika tujuannya untuk memajukan pendidikan kalangan miskin dan menghapus kemiskinan, maka seyogyanya tidak perlu adanya dikotomi sosial dalam pelaksanaannya.

Selain itu, Penyaluran dana untuk sekolah rakyat dinilai tidak efisien. Dibandingkan dengan membangun kembali sekolah, akan lebih bijak jika anggaran dana digunakan untuk memberikan fasilitas yang lebih baik kepada sekolah-sekolah yang ada. Pemerataan fasilitas, kesejahteraan guru dan subsidi untuk siswa dinilai lebih penting untuk disalurkan.

Pendidikan ialah Kebutuhan Dasar dan Tanggung Jawab Negara

Rencana pembangunan Sekolah Rakyat di Kota Bandung digagas oleh Kementerian Sosial (Kemensos) sebagai upaya untuk mengatasi persoalan biaya bagi keluarga tidak mampu dan tergolong miskin ekstrem. (Sumber: Ayobandung.id | Foto: Magang Foto/Lukman Hidayat)
Rencana pembangunan Sekolah Rakyat di Kota Bandung digagas oleh Kementerian Sosial (Kemensos) sebagai upaya untuk mengatasi persoalan biaya bagi keluarga tidak mampu dan tergolong miskin ekstrem. (Sumber: Ayobandung.id | Foto: Magang Foto/Lukman Hidayat)

Selayaknya kesehatan dan keamanan, pendidikan merupakan hal dasar rakyat yang pemenuhannya merupakan tanggung jawab negara tanpa memandang status sosial maupun ekonomi.

Dalam sistem pendidikan yang islami, negara wajib memfasilitasi dan menjamin kebutuhan pendidikan rakyat. Terintegrasi dengan sistem ekonominya yang menyediakan anggaran khusus untuk pendidikan yang dikelola oleh baitul mal dan didapatkan dari pengelolaan sumber daya alam, jizyah, dan kharaj. Bukan dari pajak.

Sistem pendidikan dalam Islam memiliki tujuan untuk membentuk generasi ilmuan yang tujuannya murni untuk berkontribusi untuk kehidupan umat.

Berbeda dengan pendidikan berbau neoliberalisme hari ini, pendidikan diintegrasikan dengan industri dan ekonomi. Kini pendidikan dinilai sebagai status sosial dan memiliki tujuan nilai ekonomi. Hal ini membuat buramnya tujuan pendidikan generasi. Tak heran, jika banyak keluarga yang lebih mementingkan anaknya untuk bekerja yang menghasilkan recehan ekonomi untuk bertahan hidup.

Baca Juga: Nasib Buruh Perempuan di Tengah Ekosistem Kerja yang Segregatif

Beranjak dari sudut pandang yang islami, muncul kekhawatiran jika Sekolah Rakyat hanya jadi solusi tambal sulam ala Kapitalisme untuk mengobati masalah kemiskinan. Tujuannya masih buram. Harus diperjelas realisasinya, karena belum tentu dapat menyelesaikan kemiskinan masyarakat.

Karena masalah kemiskinan adalah masalah yang konkret dan sistemis. Sehingga dalam penyelesaiannya, tidak cukup hanya mengamputasi masalahnya saja, akan tetapi harus dituntaskan dari akarnya, dari sistemnya; dan sistem pendidikan yang didasarkan pada persepsi Islam bisa menjadi solusi dari segala carut marut persoalan yang diciptakan oleh cacatnya sistem kapitalisme. (*)

Disclaimer

Tulisan ini merupakan artikel opini yang sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Pandangan yang disampaikan dalam artikel ini tidak mewakili pandangan atau kebijakan organisasi dan redaksi AyoBandung.id.

Fathiyah Khairiyah
Penggiat Pers, Pengamat isu Politik
Nilai artikel ini
Klik bintang untuk menilai

Berita Terkait

News Update

Ayo Netizen 23 Jul 2025, 12:27 WIB

Bandung 'Geulis' tapi Takut Hujan

Bandung bisa terus geulis tanpa takut hujan. Tapi, itu hanya mungkin kalau kita semua serius menata ulang kota ini.
Banjir cileuncang di salah satu ruas jalan di Bandung. (Sumber: Ayobandung.id | Foto: Irfan Al-Faritsi)
Ayo Biz 23 Jul 2025, 11:36 WIB

Melabuhkan Asa di Warung Kopi Purnama, Kedai Legendaris dari 1930

Di tegah ramainya kafe modern, sebuah kedai kopi klasik tetap berdiri di jantung Kota Bandung, Warung Kopi Purnama. Berlokasi di Jalan Alkateri No. 22, tempat ini jadi salah satu jugjugan destinasi ku
Warung Kopi Purnama (Foto: GMAPS)
Beranda 23 Jul 2025, 10:39 WIB

Misi Mulia Sekolah Rakyat Justru Menyisakan Duka bagi SLBN A Pajajaran yang Kehilangan Ruang Belajar

Padahal sekolah khusus pelajar disabilitas ini kekurangan ruang kelas sejak lama. Kondisinya diperparah dengan perubahan fungsi satu gedung tersebut.
Tulisan SLBN A Pajajaran yang tampak tak terurus. (Sumber: ayobandung.id | Foto: Gilang Fathu Romadhan)
Ayo Biz 23 Jul 2025, 10:20 WIB

Pemuda Express: Ojek Online Syariah yang Jadi Andalan Warga Bandung Selatan

Pemuda Express mungkin sudah ramah di telinga warga Banjaran dan sekitarnya. Platform layanan ojek online ini cukup unik karena beroperasi berlandaskan prinsip syariah.
Ojek Online Pemuda Express (Foto: IG Pemuda Express)
Ayo Netizen 23 Jul 2025, 09:08 WIB

Ketika Persib Pertama Kalinya Cicipi Laga 90 Menit

Persib Bandung untuk pertama kalinya merasakan laga berdurasi internasional 2 X 45 menit saat melawan tim luar negeri yang bertamu di Jakarta.
Pemain Persib Bandung berfoto bersama wasit Sarim sebelum bertanding melawan Yugoslavia. (Sumber: Olahraga | Foto: ENIM)
Ayo Netizen 23 Jul 2025, 05:11 WIB

Komunikasi Gubernur Jabar vs Wali Kota Bandung: Kebijakan Tak Lagi Satu Arah?

Sebulan terakhir, komunikasi publik Gubernur Jabar KDM dan Walikota Bandung M. Farhan tak lagi sama sauyunan seperti sebelumnya.
Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi dan Wali Kota Bandung Muhammad Farhan. (Sumber: Humas Pemrov Jabar dan Kota Bandung)
Ayo Jelajah 22 Jul 2025, 18:49 WIB

Riwayat Sentra Bengkel Patah Tulang Citapen, Warisan Dua Sahabat yang Jadi Legenda

Citapen dikenal sebagai sentra bengkel patah tulang. Warisan dua sahabat ini kini jadi legenda pengobatan tradisional di Bandung Barat.
Plang bengkel patah tulang yang menjadi tanda masuk ke kawasan sentra bengkel patah tulang di Citapen. (Sumber: Ayobandung | Foto: Restu Nugraha)
Ayo Biz 22 Jul 2025, 18:27 WIB

Kopi Tatakan, Tradisi Aceh yang Mengalir ke Braga dan Menghidupkan Bisnis Kafe Lokal

Di antara deretan bangunan bersejarah di Jalan Braga, Bandung, sebuah kafe mungil bernama Myloc menyuguhkan kejutan budaya dalam secangkir kopi.
Di antara deretan bangunan bersejarah di Jalan Braga, Bandung, sebuah kafe mungil bernama Myloc menyuguhkan kejutan budaya dalam secangkir kopi. (Sumber: Ayobandung.id | Foto: Eneng Reni Nuraisyah Jamil)
Ayo Netizen 22 Jul 2025, 18:02 WIB

Kita Mulai Lupa Kosakata Arkais, Tak Lagi Suka Berpuitis

Kosakata arkais itu mulai berdebu, tak lagi sering diganggu.
Kosakata arkais itu mulai berdebu, tak lagi sering diganggu. (Sumber: Pexels/Anna Shvets)
Ayo Biz 22 Jul 2025, 16:59 WIB

Bolen Krisnasari, Bukti Hasil yang Tak Menghianati Proses dan Perjuangan

Di sudut Kecamatan Bojongloa Kaler, tepatnya di Jalan Babakan Irigasi, terdapat sebuah toko kue Krisnasari.
Bolen Krisnasari Bandung (Foto: ist)
Beranda 22 Jul 2025, 16:23 WIB

Usai Didemo Pengusaha Jasa Wisata, Gubernur Dedi Mulyadi Tetap Kukuh Larang Studi Tur Sekolah

Ia menyebut keputusan tersebut diambil demi melindungi masyarakat, khususnya kalangan ekonomi kecil, dari beban biaya di luar kebutuhan pendidikan.
Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi. (Sumber: ayobandung.id | Foto: Muslim Yanuar Putra)
Ayo Biz 22 Jul 2025, 16:22 WIB

Dari Dapur Cinta Menjadi Jejak Rasa Nusantara, Kisah di Balik Sambal Nagih

Sambal Nagih, yang bukan sekadar pelengkap hidangan, tapi refleksi dari semangat pasangan muda yang menjadikan dapur rumah sebagai titik mula perubahan.
Sambal Nagih, yang bukan sekadar pelengkap hidangan, tapi refleksi dari semangat pasangan muda yang menjadikan dapur rumah sebagai titik mula perubahan. (Sumber: Sambal Nagih)
Ayo Jelajah 22 Jul 2025, 14:40 WIB

Sejarah Dago, Hutan Bandung yang Berubah jadi Kawasan Elit Belanda Era Kolonial

Kawasan Dago awalnya hutan rimba, kini dipenuhi kafe dan ruko. Sejarahnya berliku sejak era kolonial Belanda hingga sekarang.
Orang Eropa berjalan di Jalan Dago tahun 1920-an. (Sumber: KITLV)
Ayo Biz 22 Jul 2025, 14:11 WIB

Menggali Identitas Fashion Muslim Lokal, Kisah Tiga Brand yang Tumbuh Bersama Semangat UMKM

Di tengah maraknya industri fashion global, jenama-jenama lokal Indonesia terus menunjukkan daya saing yang tak kalah kuat.
Di tengah maraknya industri fashion global, brand-brand lokal Indonesia terus menunjukkan daya saing yang tak kalah kuat. (Sumber: Radwah)
Ayo Netizen 22 Jul 2025, 13:27 WIB

Mewujudkan Masa Depan Pembelajaran ASN dengan Integrasi SERVQUAL

Transformasi pembelajaran ASN tak bisa ditunda. Corpu LAN hadir sebagai ekosistem strategis dengan SERVQUAL.
Ilustrasi ASN. (Sumber: menpan.go.id)
Ayo Biz 22 Jul 2025, 11:46 WIB

OCECO: Tugas Kuliah yang Menjelma Jadi Brand Tas Ramah Lingkungan

Apa jadinya jika tugas kuliah menjadi pintu gerbang menuju bisnis yang berdampak sosial? Itulah yang dialami oleh Laura Anastasia, founder sekaligus CEO Oceco, sebuah brand tas berbasis slow fashion d
Produk OCECO yang ramah lingkungan. (Foto: Rizma Riyandi)
Ayo Netizen 22 Jul 2025, 10:37 WIB

Peneliti dan Mode Kejar Setoran

Sekarang muncul 'peluang bisnis' haram lewat jurnal predator yang ibarat calo di dunia ilmiah. Bayar, dan artikelmu pasti tayang.
Sekarang muncul 'peluang bisnis' haram lewat jurnal predator yang ibarat calo di dunia ilmiah. Bayar, dan artikelmu pasti tayang. (Sumber: Pexels/Polina Zimmerman)
Beranda 22 Jul 2025, 08:19 WIB

Pengusaha Jasa Wisata Jawa Barat Sebut Larangan Studi Tur Dedi Mulyadi Lebih Buruk dari Pandemi Covid-19

Bagi pelaku wisata, keputusan ini harusnya dibarengi mitigasi. Pemerintah punya banyak cara, termasuk pembatasan biaya, pengawasan penyelenggara, atau subsidi kegiatan edukatif.
Massa Solidaritas Pekerja Pariwisata Jawa Barat menggelar unjuk rasa di depan Gedung Sate.
Ayo Netizen 21 Jul 2025, 19:12 WIB

Dilema Konflik Kepentingan dalam Kebijakan Pengadaan: Antara Keperluan Substansial atau Hanya Simbolisme Regulasi?

Regulasi baru dinilai hanya simbolis dan memiliki celah yang justru membuka ruang korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN).
Tulisan ini akan mengangkat isu konflik kepentingan dalam pengadaan barang/jasa pemerintah sebagai refleksi dan analisis terhadap integritas birokrasi Indonesia hari ini. (Sumber: Ayobandung.id | Foto: Kavin Faza)
Ayo Biz 21 Jul 2025, 17:38 WIB

Mimpi dalam Koper, Yisti Yisnika dan Perjalanan Membangun Oclo dari Nol

Banyak orang memulai bisnis dengan rencana, modal, dan tim tapi bagi Yisti Yisnika, semuanya berawal dari satu koper, kuota internet, dan mimpi besar.
Banyak orang memulai bisnis dengan rencana, modal, dan tim. Tapi bagi Yisti Yisnika, semuanya berawal dari satu koper, kuota internet, dan mimpi besar. (Sumber: Instagram @yistiyisnika)