Talenta ASN Mati Muda dalam Sistem Tua

Guruh Muamar Khadafi
Ditulis oleh Guruh Muamar Khadafi diterbitkan Kamis 19 Jun 2025, 20:47 WIB
Pembukaan PKA Tahun 2023 (Sumber: Humas Pusjar SKTASNAS | Foto: Humas Pusjar SKTASNAS)

Pembukaan PKA Tahun 2023 (Sumber: Humas Pusjar SKTASNAS | Foto: Humas Pusjar SKTASNAS)

Setiap tahun, ratusan bahkan ribuan inovasi lahir dari tangan-tangan kreatif aparatur sipil negara (ASN) di seluruh penjuru Indonesia.

Namun tak sedikit dari ide-ide brilian itu berakhir sebagai dokumen presentasi yang tersimpan rapi di lemari kantor, bukan sebagai solusi konkret bagi publik.

Mengapa? Karena dalam sistem birokrasi yang tua dan kaku, inovasi sering kali dianggap sebagai gangguan, bukan peluang.

Baca Juga: Tren Preloved: Gaya Baru, Masalah Lama

Antusiasme yang Tersendat

Setiap sore, di sebuah aula sederhana di kantor kecamatan, puluhan pegawai negeri sipil berkumpul sambil menyeruput kopi.

Di balik layar monitor mereka tersimpan sekotak impian, sebuah aplikasi pelaporan masyarakat yang menjembatani keluhan warga dengan layanan publik, tanpa harus ribet mengantre di loket. Ide itu lahir dari dua pegawai muda, yang bersemangat ketika bicara solusi digital. Namun di balik antusiasme terselip kegelisahan.

ā€œBerapa lama kita harus menunggu persetujuan?ā€ gumam salah satu dari mereka, mengetahui bahwa proposal butuh persetujuan pimpinan, revisi SOP berlapis, dan format laporan yang tak kunjung selesai.

Seminggu kemudian, kertas-kertas proposal itu menumpuk di meja pimpinan. Lewat tumpukan itulah terkuak satu kenyataan, birokrasi kita masih menghargai kepatuhan prosedural di atas kreativitas. Ketika setiap inovasi seharusnya dipacu, sistem justru memperlambat.

Sang inovator muda pun merasakan betapa beratnya menembus tembok administratif, hingga antusiasmenya meredup seiring waktu yang terbuang.

Baca Juga: Di Wonocolo Minyak Bumi Dikelola secara Mandiri

Fragmentasi Digital dan Waktu yang Terbuang

Di pagi-pagi buta, petugas registrasi di Dinas Kesehatan memeriksa kembali formulir daring yang diunggah petugas lapangan.

ā€œData ini sudah terisi tujuh kali, tapi belum terkoneksi dengan sistem lainnya,ā€ ujarnya pelan sambil menahan lelah. Lima aplikasi berbeda, lima portal dengan mekanisme mirip namun tak ada satupun yang saling berbicara.

Waktu yang seharusnya ia gunakan untuk merancang pendekatan baru demi mempercepat vaksinasi, lenyap di antara klik dan unggah. Di ruang sempit itu, ia sadar bahwa beban administratif bukan sekadar jumlah lembar kerja, ia memecah waktu, energi, dan harapan untuk berinovasi.

Di kota lain, seorang birokrat muda berbagi pengalamannya di forum daring. Ia menceritakan bagaimana dulu ia menguji coba layanan pendaftaran izin usaha secara online.

ā€œKami harus menunggu lebih dari dua bulan,ā€ tulisnya. ā€œPadahal, di negara maju, prototipe seperti ini bisa berjalan dalam hitungan minggu.ā€ Ia menutup catatannya dengan nada galau, kegagalan bukan selalu soal gagasan, melainkan kerangka kerja yang menjerat.

Baca Juga: Komunikasi Krisis Ekonomi Global

Kisah Berbeda Memberi Harapan

Di Inggris, para pejabat muda mengikuti program Fast Stream, di mana mereka menjalani rotasi lintas departemen, pelatihan intensif, dan proyek lapangan nyata.

Mereka bergiliran ditempatkan di Kementerian Keuangan, Departemen Kesehatan, hingga unit teknologi pemerintah, sehingga pemahaman lintas-sektor mereka berkembang pesat.

Estonia, Policy Lab berfungsi sebagai laboratorium kebijakan yang otoritatif namun fleksibel. Tim kecil yang terdiri dari ahli data, perancang kebijakan, dan pengembang teknologi bebas memetakan masalah, merancang prototipe, dan langsung mengujinya pada skala kecil, misalnya di satu kota atau desa, sebelum diadopsi secara nasional.

Ketika suatu prototipe gagal, tim tidak dikenai sanksi. Sebaliknya, mereka menyusun laporan pembelajaran yang kemudian dibagikan ke seluruh lembaga publik sebagai bahan studi untuk generasi inovator berikutnya.

Sementara itu di Singapura, Government Technology Agency (GovTech) menerapkan innovation sprint, sebuah tantangan sepanjang 48 jam bagi tim lintas disiplin untuk menciptakan solusi digital konkret seperti chat‑bot layanan publik atau sensor pintar pemantau kualitas udara.

Dalam tempo singkat itu, kecepatan mengambil risiko dan semangat kolaborasi menjadi roh utama inovasi. Semua kode yang dihasilkan dipublikasikan di GitHub internal dan forum terbuka, sehingga ASN lain dapat mengakses dan mengembangkannya.

Di Kanada, Centre of Excellence for Digital Governance menjembatani birokrasi dengan ekosistem startup.

Melalui program residensi, pegawai negeri sipil menempuh magang di perusahaan teknologi selama enam bulan untuk mempelajari budaya agile, desain layanan berpusat pada pengguna, dan manajemen produk digital.

Setelah kembali, mereka menjadi motor perubahan di lembaga masing‑masing, mempercepat adopsi metode baru dan menjembatani kesenjangan antara kebutuhan publik dan kapabilitas teknologi pemerintah.

Dari berbagai negara ini muncul satu pelajaran penting. Kegagalan bukan aib, melainkan bagian integral dari proses pembelajaran. Kebijakan paling berhasil adalah yang lahir dari eksperimen nyata, didukung oleh jaringan mentor dan proses refleksi terbuka, bukan sekadar persetujuan prosedural tanpa uji lapangan.

Dengan mencontoh model-model internasional tersebut, birokrasi Indonesia dapat membuka ruang eksperimentasi sejati bagi talenta-talenta ASN yang selama ini terkungkung.

Suara frustasi

Ilustrasi PNS di Bandung Raya. (Sumber: Ayobandung.id | Foto: Irfan Al-Faritsi)
Ilustrasi PNS di Bandung Raya. (Sumber: Ayobandung.id | Foto: Irfan Al-Faritsi)

Kembali ke Indonesia, pemerintah sebenarnya sudah mencanangkan merit system dan reformasi birokrasi sejak beberapa tahun lalu.

Bermula pada Undang‑Undang ASN No. 5 Tahun 2014 yang hendak menggeser paradigma manajemen pegawai dari senioritas ke kompetensi. Namun, saat implementasi tiba, banyak instansi terjebak dalam rutinitas lama, promosi masih diukur dari masa kerja, bukan kontribusi inovasi.

Pelatihan kepemimpinan diselenggarakan lebih sebagai upaya untuk memenuhi persyaratan jabatan, ketimbang laboratorium pengasahan gagasan.

Suatu ketika, di seminar kecil bertajuk ā€œInovasi Pelayanan Publikā€, para peserta duduk melingkar, saling bertukar frustrasi. Seorang moderator bertanya, ā€œApa yang membuat inovasi di ranah publik sulit bertahan?ā€

Seorang ASN angkat bicara: ā€œKarena sistem kita tak menyediakan panggung bagi inovator. Tidak ada jalur karier yang jelas, tidak ada penghargaan nyata, dan kegagalan selalu dibayangi ancaman sanksi.ā€

Ruangan itu menjadi saksi betapa banyak talenta muda yang kandas bukan oleh oknum atau korupsi, melainkan oleh struktur dan budaya yang mengekang.

Baca Juga: Ayo, Tingkatkan Kompetensi Pekerja Transportasi!

Secercah Harapan

Di tengah kekusutan itu lahir seberkas harapan, gagasan platform digital untuk memetakan kompetensi dan minat ASN.

Lewat platform itu, seorang pegawai di ujung timur Indonesia yang lihai membangun sistem informasi kesehatan bisa dikenali oleh pemerintah daerah lain, lalu diberi kesempatan magang di kota pintar atau kolaborasi dengan kampus terkemuka. Ia tak lagi terisolasi dalam rutinitas harian, melainkan terhubung dalam jejaring inovasi yang sejati.

Di sebuah unit inovasi pemerintah, hadir sosok baru bernama Public Service Innovator, seorang pegawai fungsional yang didampingi mentor berpengalaman dan didukung akses penuh ke fasilitas riset. Ia bekerja di innovation sandbox, sebuah ruang eksperimen di mana setiap ide dapat diuji tanpa takut terjerat aturan formil.

Di sana, setiap inovator menerima mini‑grant, dana kecil namun cukup untuk membangun prototipe layanan. Proses penilaian dibuat cepat, hanya dalam beberapa minggu. Tim evaluator menilai hasil uji coba berdasarkan indikator yang jelas seperti seberapa banyak keluhan masyarakat berkurang, berapa lama waktu tunggu layanan menyusut, atau seberapa tinggi skor kepuasan publik meningkat.

Berkat mekanisme ini, ide‑ide segar tidak lagi terdampar dalam tumpukan proposal. Mereka langsung diuji, dievaluasi, dan, jika berhasil, diadopsi menjadi bagian nyata dari layanan publik.

Tak kalah penting adalah budaya penghargaan. Alih-alih piagam dan tepuk tangan di acara seremonial, inovasi diintegrasikan ke dalam remunerasi: digital badge, sertifikat profesional, atau gelar fungsional khusus. Workshop rutin dipimpin oleh kepala instansi menjadi forum terbuka untuk membahas kegagalan, menarik pelajaran, dan merayakan keberhasilan. Hierarki kaku mereda, digantikan suasana kolaborasi yang sesungguhnya.

Baca Juga: Kilas Balik, Cerita Saya Aktif Menulis di Ayobandung

Pilihan di Ujung Jalan Birokrasi

Kisah-kisah itu menunjukkan bahwa inovasi bukan tentang teknologi canggih atau anggaran besar melainkan tentang keberanian para insan birokrasi. Birokrasi yang hidup adalah birokrasi yang berani menggenggam ketidakpastian, memeluk kegagalan, dan terus belajar.

Jika talenta-talenta terbaik ASN terus-menerus mati muda karena dicekik beban administratif dan struktur tua, bangsa ini akan kehilangan potensi terbesarnya untuk melayani rakyat dengan lebih baik.

Akhirnya, pilihan ada di tangan kita, membuka ruang agar talenta ASN bisa tumbuh sepenuhnya, atau membiarkan ide cemerlang terkubur dalam tembok birokrasi tua. Jika kita memilih yang pertama, pelayanan publik adaptif dan responsif bukan lagi impian, melainkan langkah nyata menuju masa depan yang lebih cerah. (*)

Disclaimer

Tulisan ini merupakan artikel opini yang sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Pandangan yang disampaikan dalam artikel ini tidak mewakili pandangan atau kebijakan organisasi dan redaksi AyoBandung.id.

Guruh Muamar Khadafi
Analis Kebijakan Ahli Muda, Pusat Pembelajaran dan Strategi Kebijakan Talenta ASN Nasional Lembaga Administrasi Negara
Nilai artikel ini
Klik bintang untuk menilai

News Update

Ayo Netizen 04 Nov 2025, 10:35 WIB

Stop Cyberbullying di Era Digital, Universitas Telkom Edukasi Siswa SMPN 01 Dayeuhkolot

Di tengah tingginya penggunaan media sosial di kalangan pelajar, risiko cyberbullying menjadi ancaman serius.
PkM dari Tel-U sukses menggelar kegiatan sosialisasi edukatif bertajuk "Bahaya Cyberbullying di Era Digital" bagi siswa-siswi SMPN 01 Dayeuhkolot. (Sumber: Dokumentasi Penulis)
Ayo Netizen 04 Nov 2025, 09:39 WIB

Fenomena 'Street Photography' antara Batas Seni dan Privasi

Street Photography pada satu sisi membuka peluang pekerjaan bagi fotografer.
Ilustrasi Street Photography (Sumber: Gemini AI)
Ayo Netizen 04 Nov 2025, 09:21 WIB

Bekerjalah dengan Hati: Kisah Inspiratif Lina Herlinawati, Sosok Pemimpin yang Humanis

Sosok Lina Herlinawati, Ketua BMM Jawa Barat yang menginspirasi karena gaya memimpinnya dengan hati dan keteladanan.
Lina Herlinawati saat menerima piagam penghargaan dari Baznas Jawa Barat (Sumber: Dari Lina Herlinawati, setelah sesi wawancara selesai | Foto: Bagian media Baitulmaal Muamalat)
Ayo Netizen 04 Nov 2025, 07:56 WIB

Dari Iseng Jadi Healing, Memukan Bahagia di Setiap Langkah Berlari

Tulisan ini mengangkat kisah Zulfi, seorang anak muda asal Bandung yang menemukan makna hidup melalui kebiasaan berlari.
Zulfi saat berlari (Foto: Dokumentasi pribadi)
Ayo Netizen 03 Nov 2025, 20:51 WIB

Tawas, Bahan Sederhana dengan Khasiat Luar Biasa untuk Atasi Bau Badan

Si bening sederhana bernama tawas punya manfaat luar biasa.
Sejak lama, tawas digunakan dalam berbagai keperluan. (Sumber: Wikimedia Commons/Maxim Bilovitskiy)
Ayo Netizen 03 Nov 2025, 19:47 WIB

Fesyen sebagai Cerminan Kepribadian: Lebih dari Sekadar Gaya

Fashion tidak hanya berbicara tentang pakaian yang indah atau tren terkini, tetapi juga menjadi cara seseorang mengekspresikan diri.
Setiap pilihan busana, warna, hingga aksesori yang dikenakan seseorang menyimpan cerita tentang siapa dirinya (Sumber: Pexels/PNW Production)
Ayo Biz 03 Nov 2025, 19:40 WIB

Tempo vs Menteri Pertanian, AJI Tegaskan Sengketa Pers Bukan Urusan Pengadilan

Sengketa pers antara Menteri Pertanian Amran Sulaiman dengan Tempo bermula dari aduan terhadap pemberitaan Tempo berjudul ā€œPoles-Poles Beras Busukā€.
Sengketa pers antara Menteri Pertanian Amran Sulaiman dengan Tempo bermula dari aduan terhadap pemberitaan Tempo berjudul ā€œPoles-Poles Beras Busukā€ yang tayang di akun X dan Instagram Tempo. (Sumber: Ayobandung.id | Foto: Kavin Faza)
Ayo Biz 03 Nov 2025, 19:24 WIB

Pusat Perbelanjaan Bandung di Era Digital, Bertahan atau Bertransformasi?

Bandung, kota yang dikenal sebagai Paris van Java, tak hanya memikat lewat pesona alam dan kulinernya, tetapi juga lewat denyut bisnis ritelnya yang dinamis.
Bandung, kota yang dikenal sebagai Paris van Java, tak hanya memikat lewat pesona alam dan kulinernya, tetapi juga lewat denyut bisnis ritelnya yang dinamis. (Sumber: Pexels/Pixabay)
Ayo Jelajah 03 Nov 2025, 18:54 WIB

Sejarah Flyover Pasupati Bandung, Gagasan Kolonial yang Dieksekusi Setelah Reformasi

Flyover Pasupati Bandung menyimpan sejarah panjang, dari ide Thomas Karsten di era kolonial hingga menjadi simbol kemajuan urban modern Jawa Barat.
Flyover Pasupati Bandung. (Sumber: Ayobandung)
Ayo Jelajah 03 Nov 2025, 18:39 WIB

Hikayat Tragedi Lumpur Lapindo, Bencana Besar yang Tenggelamkan Belasan Desa di Sidoarjo

Sejarah amukan lumpur Lapindo telan 16 desa dan 60 ribu jiwa, tapi yang tenggelam bukan cuma rumah, juga nurani dan keadilan negeri ini.
Lumpur Lapindo. (Sumber: Shutterstock)
Ayo Netizen 03 Nov 2025, 17:54 WIB

Perundungan Dunia Maya (Cyberbullying), Siswa SMAN 25 Bandung Diajak Lebih Bijak di Dunia Digital

Mahasiswa Telkom University mengedukasi siswa SMAN 25 Bandung tentang bahaya cyberbullying melalui kegiatan sosialisasi dan diskusi interaktif.
Dokumentasi Pribadi, sosialisasi "Perundungan Dunia Maya (cyberbullying)" SMAN 25 Bandung, 27 oktober 2025.
Ayo Biz 03 Nov 2025, 16:56 WIB

Fesyen Sunda dan Anak Muda Bandung: Warisan atau Wawasan yang Tergerus?

Sejak satu dekade terakhir, anak-anak muda mulai tampil dengan pangsi hitam, iket Sunda, atau aksara kuno yang menghiasi kaus mereka, simbol dari pencarian identitas budaya yang lama terpinggirkan.
[ilustrasi]Sejak satu dekade terakhir, anak-anak muda mulai tampil dengan pangsi hitam, iket Sunda, atau aksara kuno yang menghiasi kaus mereka, simbol dari pencarian identitas budaya yang lama terpinggirkan. (Sumber: Ayobandung.id)
Ayo Netizen 03 Nov 2025, 15:41 WIB

Bandung dan Krisis Nurani Ekologis

Pemerintah kota Bandung tampak lebih sibuk memoles citra daripada memelihara kehidupan.
Sungai Cikapundung Kampung Cibarani Kota Bandung (Foto: Dokumen River Clean up)
Ayo Biz 03 Nov 2025, 14:56 WIB

Milenial dan Generasi Z Tak Lagi Beli Barang, Mereka Beli Nilai

Di tangan generasi milenial dan Gen Z, konsep Keberlanjutan menjelma menjadi gaya hidup yang menuntut transparansi, nilai, dan tanggung jawab sosial.
Produk upcycle, yang mengolah limbah menjadi barang bernilai, kini menjadi simbol perubahan yang digerakkan oleh kesadaran kolektif. (Sumber: Freepik)
Ayo Netizen 03 Nov 2025, 14:46 WIB

ā€˜Galgah’, Antonim Baru dari ā€˜Haus’ yang Resmi Masuk KBBI

Kata baru ā€œgalgahā€ sedang jadi sorotan warganet!
Kata "galgah" menunjukkan seseorang sudah tidak lagi haus. (Sumber: Pexels/Karola G)
Ayo Netizen 03 Nov 2025, 14:10 WIB

Cahaya di Tengah Luka: Ketulusan Ibu Timothy Anugerah yang Mengampuni dan Merangkul

Kehilangan seorang anak adalah duka yang tak terbayangkan. Namun, Ibu dari almarhum Timothy Anugerah memilih jalan yang tak biasa.
Ketulusan hati ibu Timothy Anugerah (Sumber: https://share.google/StTZP2teeh7VKZtTl)
Ayo Netizen 03 Nov 2025, 13:15 WIB

Diskusi Buku 'Berani Tidak Disukai' bersama Salman Reading Corner

Membaca adalah cara kita untuk menyelami pemikiran orang lain. Sementara berdiskusi adalah cara kita mengetahui berbagai macam perspektif.
Diskusi Buku Bersama Salman Reading Corner, Sabtu, 01 November 2025 (Sumber: Dokumentasi Penulis | Foto: Dias Ashari)
Ayo Netizen 03 Nov 2025, 11:32 WIB

Menyalakan Kembali Lentera Peradaban

Refleksi Milad ke-113 Muhammadiyah.
Lentera dengan karya seni Islam. (Sumber: Pexels/Ahmed Aqtai)
Ayo Netizen 03 Nov 2025, 10:01 WIB

Perutku, Makanan, dan Rasa Lapar yang Sia-sia

Perut adalah salah satu inti kehidupan manusia. Dari sanalah segalanya bermula, dan juga sering berakhir.
Para pengungsi. (Sumber: Pexels/Ahmed akacha)
Ayo Netizen 03 Nov 2025, 08:12 WIB

Mati Kelaparan di Negeri para Bedebah

Membunuh memang tidak selamanya melukai tubuh seseorang dengan senjata.
Ilustrasi Meninggal karena kelaparan (Sumber: Freepik)