Hikayat Kasus Pembunuhan Grutterink, Landraad Bandung jadi Saksi Lunturnya Hegemoni Kolonial

Hengky Sulaksono
Ditulis oleh Hengky Sulaksono diterbitkan Minggu 19 Okt 2025, 13:59 WIB
De Preanger-bode 24 Desember 1922

De Preanger-bode 24 Desember 1922

AYOBANDUNG.ID - Semua berawal dari cinta yang berakhir dengan kematian. Tahun 1922, di Bandung yang masih berwajah kolonial, seorang gadis Sunda muda bernama Nyi Anah dituduh meracuni tuannya, Karel Grutterink, seorang pegawai Belanda di perkebunan Tjikembang. Tak ada saksi pasti, tak ada bukti kuat. Hanya segelas susu, secuil serbuk aneh, dan gosip yang tumbuh jadi histeria. Di ruang sidang kolonial itulah, nasib seorang nyai tiba-tiba berubah menjadi simbol perlawanan.

Semuanya bermula dengan berita kecil di De Preanger-bode, koran populer bagi kalangan Eropa: seorang pegawai perkebunan bernama Karel (K.) Grutterink meninggal dunia mendadak di rumahnya di Bandung. Narasi sederhana, bahkan terasa hambar: pegawai Eropa tewas, diduga diracun oleh bekas pelayan. Tapi seperti banyak hal di Hindia Belanda, yang tampak sederhana sering kali menyembunyikan ledakan sosial di dalamnya.

Karel Grutterink adalah contoh khas Europeaan in de tropen alias orang Belanda yang menikmati kenyamanan hidup di koloni. Ia tinggal di rumah besar dengan halaman luas, dilayani para pribumi, dan memiliki seorang nyai: perempuan lokal yang berperan ganda, sebagai pembantu sekaligus pasangan hidup tidak resmi.

Perempuan itu bernama Nyi Anah, atau kadang disebut Anna dalam laporan pers kolonial, sebuah nama Eropa yang diberikan seolah-olah untuk “menjinakkan” identitas aslinya. Ia gadis Sunda muda, berusia sekitar 17 atau 18 tahun. Tubuhnya kecil, tutur katanya lembut, dan ia dikenal rajin. Selama hampir sebelas bulan, ia hidup bersama Grutterink. Ia menerima 25 gulden sebulan, pakaian bagus, serta atap yang menjamin rasa aman, seluruhnya imbalan dari peran yang menggantung antara cinta dan subordinasi.

Baca Juga: Geger Bandung 1934, Pembunuhan Berdarah di Rumah Asep Berlian

Tapi keamanan di dunia kolonial selalu rapuh. Suatu hari, setelah pulang dari perjalanan bisnis ke perkebunan Tjikembang, Grutterink mendapati rumahnya kacau. Beberapa pelayan sedang berjudi, dan lebih buruk lagi, ia menemukan Nyi Anah sedang bersama seorang pria pribumi bernama Dana. Amarah pun meledak. Grutterink memecat Nyi Anah seketika, mengusirnya tanpa bekal. Dalam masyarakat kolonial, keputusan semacam itu bukan hanya soal kehilangan pekerjaan, tapi berarti kehilangan status, perlindungan, bahkan harga diri.

Beberapa minggu kemudian, Grutterink jatuh sakit. Ia muntah-muntah, tubuhnya melemah, dan tak lama kemudian meninggal dunia. Rumor cepat beredar di lingkungan Eropa: ia diracun. Polisi kolonial segera bertindak, dan nama yang pertama kali disebut adalah bekas pelayannya, Nyi Anah.

Ia ditangkap bersama beberapa pelayan lain. Dalam interogasi, Nyi Anah mengaku pernah menyuruh salah satu pelayan mencampurkan sesuatu ke dalam susu Grutterink. Tapi ia menyangkal keras bahwa itu racun, melainkan serbuk kuku. Ia menambahkan bahwa benda itu bukan untuk membunuh, melainkan untuk pelet.

Keyakinan ihwal kesaktian jampi-jampi dikenal luas di masyarakat Sunda dan Jawa kala itu. Dalam kepercayaan tradisional, dunia tak hanya diisi manusia dan logika, tapi juga kekuatan halus yang bisa memengaruhi perasaan. Dukun yang ditemui Nyi Anah memberi petunjuk: sembelih ayam hitam, kubur kepalanya di depan pintu, siram ranjang dengan minyak wangi, dan beri campuran khusus pada minuman sang kekasih. Semua dilakukan sambil membaca mantra.

Tapi, bagi aparat kolonial yang hidup dalam hukum rasional Eropa, semua itu terdengar seperti akal bulus belaka. Tubuh Grutterink pun digali kembali untuk diotopsi. Dokter kolonial mencari jejak arsenik. Walau hasilnya tidak pasti, jaksa tetap mendakwa Nyi Anah dengan pembunuhan berencana. Kasus itu lalu dibawa ke Landraad Bandung, pengadilan kolonial yang biasa memisahkan hukum bagi Eropa dan pribumi. Tapi kali ini, seluruh Hindia menatap ke arah yang sama: ruang sidang kecil di Bandung.

Persidangan dan Lahirnya Simbol Perlawanan

Sidang pertama digelar pada awal 1923. Saksi-saksi dipanggil dari mulai pelayan, tetangga, hingga sang dukun. Cerita mereka beragam, sebagian bertentangan. Tapi jaksa tak mau kalah. Mereka menegaskan bahwa hanya arsenik yang bisa menimbulkan gejala seperti yang dialami Grutterink. Meski tanpa bukti kimia yang jelas, pengadilan tetap menjatuhkan hukuman mati kepada Nyi Anah.

Baca Juga: Sabotase Kereta Rancaekek, Bumbu Jimat dan Konspirasi Kiri

De Preanger-bode 12 Juli 1923
De Preanger-bode 12 Juli 1923

Tapi tak lama setelah vonis, fakta mengejutkan muncul: Nyi Anah hamil. Dalam hukum kolonial, perempuan hamil tak boleh dihukum mati sampai melahirkan. Kabar ini mengguncang opini publik. Sarekat Islam dan berbagai tokoh pergerakan pribumi mulai bersuara. Surat kabar lokal menulis bahwa pengadilan kolonial telah menginjak rasa kemanusiaan.

Situasi politik saat itu memang genting. Sarekat Islam (SI) sedang bangkit, nasionalisme mulai berakar, dan media pribumi menantang hegemoni pers Belanda. Di tengah tekanan itu, pemerintah kolonial akhirnya memerintahkan ulang sidang. Landraad Bandung kembali penuh sesak pada pertengahan 1923.

Sidang berlangsung berbulan-bulan. Bayi Nyi Anah lahir di penjara, dan setiap kali ia dibawa ke pengadilan, para penonton menatap dengan campuran iba dan kagum. Jaksa tetap berpegang pada tuduhan arsenik, tapi saksi-saksi makin goyah. Beberapa pelayan menarik ucapannya. Dokter forensik pun tidak dapat menemukan sisa racun secara pasti.

Pada Maret 1924 akhirnya keputusan dibacakan. Hakim kolonial memutuskan: tuduhan pembunuhan tidak terbukti. Nyi Anah dibebaskan. Suasana ruang pun sidang pecah.

Baca Juga: Jejak Dukun Cabul dan Jimat Palsu di Bandung, Bikin Resah Sejak Zaman Kolonial

Setelahnya, Nyi Anah, perempuan muda yang dulu hanya dianggap bayangan di rumah Eropa, tiba-tiba menjelma simbol keteguhan melawan ketimpangan. Ia bukan aktivis, bukan politikus, tapi kisahnya menembus batas kelas dan warna kulit. Ia memperlihatkan bagaimana dunia kolonial bisa retak bukan karena peluru, tapi karena simpati manusia.

Setelah bebas, kisahnya hilang ditelan waktu. Tidak ada catatan pasti ke mana ia pergi bersama bayinya. Tapi jejaknya tetap hidup di arsip, di kolom-kolom berita tua, dan di ingatan kota Bandung yang sering melupakan tragedinya sendiri.

Artikel Rekomendasi Untuk Anda

Nilai artikel ini
Klik bintang untuk menilai

News Update

Ayo Netizen 11 Des 2025, 20:00 WIB

Emas dari Bulu Tangkis Beregu Putra Sea Games 2025, Bungkam Kesombongan Malaysia

Alwi Farhan dkk. berhasil membungkam “kesombongan” Tim Malaysia dengan angka 3-0.
Alwi Farhan dkk. berhasil membungkam “kesombongan” Tim Malaysia dengan angka 3-0. (Sumber: Dok. PBSI)
Beranda 11 Des 2025, 18:37 WIB

Media Ditantang Lebih Berpihak pada Rakyat: Tanggapan Aktivis Atas Hasil Riset CMCI Unpad

Di tengah situasi dinamika sosial-politik, ia menilai media memegang peran penting untuk menguatkan suara warga,baik yang berada di ruang besar maupun komunitas kecil yang jarang mendapat sorotan.
Ayang dari Dago Melawan menanggapi hasil riset CMCI Unpad bersama peneliti Detta Rahmawan dan moderator Preciosa Alnashava Janitra. (Sumber: CMCI Unpad)
Ayo Netizen 11 Des 2025, 18:01 WIB

Nelangsa Bojongsoang Setiap Musim Hujan: Siapa Harus Bertanggung Jawab?

Banjir yang melanda Bojongsoang memicu kemacetan lalu lintas yang kian menggila. Lalu, pihak mana yang semestinya memikul tanggung jawab?
Kemacetan lalu lintas terjadi di Bojongsoang akibat banjir (04/12/2025). (Sumber: Khalidullah As Syauqi)
Ayo Netizen 11 Des 2025, 17:23 WIB

Hidup Lebih Bersih, Sungai Lebih Bernyawa

Kegiatan ini mengangkat isu berapa pentingnya menjaga kebersihan lingkungan dan sungai agar terhindar dari bencana alam serta penyakit.
Mahasiswa Universitas Sunan Gunung Djati Bandung anggota Komunitas River Cleanup. (Foto: Rizki Hidayat)
Ayo Netizen 11 Des 2025, 16:57 WIB

Sistem Pengelolaan Limbah di Bandung yang Berantakan: Sebaiknya Prioritaskan Langkah Inovatif Sungguhan

Sistem pengelolaan limbah di Bandung yang Berantakan, saran saya sebagai warga Bandung untuk M. Farhan prioritaskan langkah inovatif sungguhan.
Sistem pengelolaan limbah di Bandung yang Berantakan, saran saya sebagai warga Bandung untuk M. Farhan prioritaskan langkah inovatif sungguhan.
Ayo Netizen 11 Des 2025, 16:32 WIB

Masyarakat Kota Bandung Berharap Wali Kota Tindak Tegas Penanganan Kasus Begal

Maraknya tindak kriminalitas seperti begal di Kota Bandung meningkatkan keresahan warga untuk beaktivitas di luar.
Suasana jalan yang sepi pada malam hari di daerah Jalan Inhoftank, Kota Bandung. (Sumber: Nayla Aurelia) (Foto: Nayla Aurelia)
Ayo Netizen 11 Des 2025, 16:13 WIB

Gunung Api Palasari Purba

Adanya lava, batuan beku yang berasal dari letusan efusif Gunung Palasari Purba, meninggalkan jejak letusan yang sangat megah dan mengagumkan.
Lava raksasa kawasan Cibanteng – Panyandaan, Desa Mandalamekar, Kecamatan Cimenya. (Sumber: Dokumentasi Penulis | Foto: Taufanny Nugraha)
Ayo Netizen 11 Des 2025, 15:39 WIB

Pengunjung Mengeluhkan Teras Cihampelas yang Semakin Kumuh

Mulai dari lantai yang tak terawat, fasilitas rusak, hingga area Teras Cihampelas yang tampak sepi dan tidak terurus.
Suasana Teras Cihampelas Menampakan suasana kosong pada Senin (1/12/2025). (Sumber: Dokumentasi Penulis | Foto: Rafli Ashiddieq)
Ayo Jelajah 11 Des 2025, 15:36 WIB

Sejarah Kawasan Tamansari, Kampung Lama yang Tumbuh di Balik Taman Kolonial Bandung

Sejarah Tamansari Bandung sebagai kampung agraris yang tumbuh diam-diam di balik taman kolonial, dari desa adat hingga kampung kota padat.
Suasana pemukiman di kawasan Tamansari, Kota Bandung. (Sumber: Ayobandung | Foto: Irfan al Faritsi)
Ayo Netizen 11 Des 2025, 14:48 WIB

Mengeja Bandung Utama, Merawat Keragaman Agama

Menjaga dan memperkuat “benih-benih toleransi” baik melalui edukasi, kebijakan yang inklusif, maupun upaya nyata di tingkat komunitas, pemerintah.
Gang Ruhana, Kelurahan Paledang, berdiri Kampung Toleransi, ikon wisata religi yang diresmikan Pemerintah Kota Bandung. (Sumber: Ayobandung.id | Foto: Eneng Reni Nuraisyah Jamil)
Ayo Netizen 11 Des 2025, 13:37 WIB

Ini Titik-Titik Kemacetan di Kota Bandung menurut Wali Kota Farhan: Mana Tata Kelolanya?

Bandung didapuk sebagai “Kota Nomor 1 Termacet di Indonesia 2024” oleh TomTom Traffic Index.
Kemacetan di Jalan Dr. Djundjunan, Kota Bandung. (Sumber: Ayobandung.com | Foto: Irfan Al-Faritsi)
Ayo Netizen 11 Des 2025, 12:30 WIB

Saparua Ramai tapi Minim Penataan: Wali Kota Bandung Diharap Lebih Peduli

Taman Saparua selalu ramai, namun penataan dan fasilitasnya masih kurang memadai.
Track lari Saparua yang tampak teduh dari samping namun area sekitarnya masih perlu perbaikan dan penataan. Jumat siang, 28 November 2025. (Sumber: Dokumentasi penulis | Foto: Najmi Zahra A)
Ayo Jelajah 11 Des 2025, 11:01 WIB

Gunung Tangkubanparahu, Ikon Wisata Bandung Sejak Zaman Kolonial

Sejarah Tangkubanparahu sebagai destinasi klasik Bandung sejak masa kolonial, lengkap dengan rujukan Gids Bandoeng dan kisah perjalanan para pelancong Eropa.
Gunung Tangkubanparahu tahun 1910-an. (Sumber: Wikimedia)
Ayo Netizen 11 Des 2025, 10:48 WIB

Kenyaman Wisata Bandung Terancam oleh Pengamen Agresif

Warga mendesak Wali Kota M. Farhan bertindak tegas dan memberi solusi agar kota kembali aman dan nyaman.
Keramaian di kawasan wisata malam Bandung memperlihatkan interaksi tidak nyaman antara pengunjung dan pengamen memaksa, 02/12/2025. (Foto: Hakim)
Ayo Netizen 11 Des 2025, 10:25 WIB

Kenyamanan Taman Badak di Bandung Masih Menyisakan Kritikan

Taman Badak yang berpusat di tengah-tengah kota Bandung adalah salah satu tempat favorit di kalangan pengunjung.
Taman Badak Kota Bandung, Jawa Barat, Jumat 28 November 2025. (Sumber: Dokumentasi Penulis | Foto: Wan Maulida Kusuma Syazci)
Ayo Netizen 11 Des 2025, 10:03 WIB

Lumpia Basah Katadji, Nikmatnya Sampai Suapan Terakhir

Kuliner viral di Banjaran, Kabupaten Bandung, yakni Lumpia Basah Katadji.
Seporsi lumpia basah katadji dengan bumbu dan topping yang melimpah. (Sumber: Dokumentasi Penulis | Foto: Tantia Nurwina)
Ayo Netizen 11 Des 2025, 09:32 WIB

Mengapa Summarecon Bandung Kini Ramai Dijadikan Tempat Olahraga Warga?

Summarecon Bandung kini ramai dijadikan tempat olahraga warga, khususnya pada pagi dan sore hari.
Aktivitas olahraga di kawasan Summarecon Bandung terlihat meningkat terutama pada akhir pekan. (Dokumentasi Penulis)
Beranda 11 Des 2025, 05:16 WIB

Generation Girl Bandung Kikis Kesenjangan Gender di Bidang Teknologi

Mematahkan anggapan bahwa belajar STEM itu sulit. Selain itu, anggapan perempuan hanya bisa mengeksplorasi bidang non-tech adalah keliru.
Exploring Healthy Innovation at Nutrihub, salah satu aktivitas dari Generation Girl Bandung. (Sumber: Generation Girl Bandung)
Ayo Netizen 10 Des 2025, 21:09 WIB

Minat Baca Warga Bandung Masih Rendah meski Fasilitas Mencukupi, Catatan untuk Wali Kota

Menyoroti masalah rendahnya minat baca di Bandung meski fasilitas memadai.
Sebuah Street Library tampak lengang dengan buku-buku yang mulai berdebu di samping Gedung Merdeka, Jalan Asia-Afrika, Bandung, Jumat (05/12/2025). (Sumber: Dokumentasi Penulis | Foto: Adellia Ramadhani)
Ayo Netizen 10 Des 2025, 20:16 WIB

Bubur Mang Amir, Bubur Ayam Termurah se-Dunia Seporsi Cuma Rp5.000

Pengakuan Mang Amir, ia sudah berjualan bubur ayama selama 25 tahun.
Pengakuan Mang Amir, penjual bubur seporsi Rp5.000, ia sudah berjualan bubur ayama selama 25 tahun. (Sumber: Dokumentasi Penulis)