Hikayat Buahbatu, Gerbang Kunci Penghubung Bandung Selatan dan Utara

Hengky Sulaksono
Ditulis oleh Hengky Sulaksono diterbitkan Selasa 11 Nov 2025, 17:22 WIB
Suasana Buahbatu zaman baheula. (Sumber: Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Daerah Pemerintah Provinsi Jawa Barat)

Suasana Buahbatu zaman baheula. (Sumber: Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Daerah Pemerintah Provinsi Jawa Barat)

AYOBANDUNG.ID - Kalau orang Bandung mendengar nama Buahbatu, biasanya yang terbayang pertama adalah macet, tol, dan deretan perumahan yang tampak serupa tapi harga cicilannya beda tipis. Padahal, jauh sebelum jalan Soekarno-Hatta jadi tempat klakson bersahutan, Buahbatu pernah menjadi daerah yang tenang. Tempat di mana orang menjemur padi di halaman, anak-anak bermain di pematang, dan suara lokomotif terdengar sayup di kejauhan.

Jejak Buahbatu sendiri sudah seperti cerita rakyat yang diwariskan dari mulut ke mulut. Disitat dari Perpustakaan Digital Budaya Indonesia, kisahnya bermula dari zaman ketika Danau Bandung purba mengering. Danau besar itu, konon, meninggalkan hamparan batu-batu besar di dataran selatan Bandung. Di sekitar batu-batu itu tumbuh banyak pohon mangga. Karena dalam bahasa Sunda “mangga” berarti buah, masyarakat setempat menyebut daerah itu Buahbatu, hasil gabungan dari kata buah dan batu. Nama sederhana yang kemudian hidup ratusan tahun, dan kini malah jadi alamat ramai di peta Google Maps.

Sulit membayangkan bahwa dulu, wilayah yang sekarang ramai dengan papan bilboard dan bengkel pernah menjadi daerah agraris. Sawah membentang, udara sejuk, dan jalanan masih berupa tanah merah. Tetapi perubahan datang cepat, apalagi ketika orang-orang Eropa mulai menghitung untung rugi dari hasil perkebunan di selatan Bandung.

Pada akhir abad ke-19, muncul gagasan besar untuk menghubungkan Bandung dengan daerah selatan yang kaya hasil bumi seperti teh, kina, dan kopi. Pengangkutan dengan pedati dianggap mahal dan memakan waktu. Maka, pada tahun 1897, seorang pengusaha bernama A.A. Maas Geesteranus mengajukan konsesi untuk membangun jalur kereta api Bandung–Ciwidey. Ide itu berpindah tangan beberapa kali hingga akhirnya pada tahun 1916 pemerintah Belanda melalui perusahaan Staatsspoorwegen memutuskan untuk membangun jalur tersebut.

Baca Juga: Hikayat Kiaracondong, Tujuan Urbanisasi Kaum Pekerja Zaman Baheula

Pembangunan dimulai dari segmen Bandung–Soreang yang dibagi menjadi tiga bagian, yaitu Karees–Buahbatu, Buahbatu–Banjaran, dan Banjaran–Soreang. Buahbatu menjadi bagian penting karena menjadi penghubung antara pusat kota dan wilayah selatan. Di sinilah berdiri Stasiun Buahbatu dengan kode BUB pada kilometer 7+741 dari Stasiun Bandung. Lokasinya kira-kira berada di sekitar Jalan Soekarno-Hatta sekarang, tak jauh dari tempat kendaraan antre masuk gerbang tol.

Setelah sempat tertunda karena perencanaan ulang jaringan kereta, jalur Karees–Buahbatu–Soreang akhirnya diresmikan pada 13 Februari 1921. Jalur ini menggunakan rel tipe ringan dengan lebar sepur 1.067 milimeter, memungkinkan kereta berjalan dengan kecepatan antara 20 hingga 40 kilometer per jam. Tiga tahun kemudian, pada 17 Juni 1924, jalur Bandung–Ciwidey diresmikan sepenuhnya.

Saat itu Buahbatu mulai berubah. Dari daerah pedesaan yang tenang menjadi kawasan penyangga ekonomi. Di sekitar stasiun, muncul rumah pekerja, warung makan, hingga gudang logistik. Hasil bumi dari Banjaran dan Ciwidey dibawa ke sini sebelum diteruskan ke pusat kota Bandung atau Batavia. Jalur kereta menjadikan Buahbatu tidak hanya tempat singgah, tetapi juga simpul penting dalam rantai perdagangan kolonial.

Tapi kejayaan itu tidak berlangsung selamanya. Setelah Indonesia merdeka, arus transportasi mulai berubah. Jalan raya diperlebar, mobil dan truk mengambil alih peran kereta. Persaingan tak seimbang ini membuat jalur Bandung–Ciwidey kehilangan penumpang dan keuntungan. Pada 1 Januari 1982, jalur itu resmi ditutup. Sebagian rel di sekitar Buahbatu masih digunakan sampai awal 2000-an untuk mengangkut tank dari Pindad ke Kavaleri, tetapi setelah itu benar-benar berhenti. Kini, sisa relnya terkubur di bawah aspal dan bangunan baru, hanya menyisakan cerita dari generasi ke generasi.

Baca Juga: Sejarah Kopo Bandung, Berawal dari Hikayat Sesepuh hingga Jadi Distrik Ikon Kemacetan

Jalan Buah Batu kiwari. (Sumber: Google Earth)
Jalan Buah Batu kiwari. (Sumber: Google Earth)

Bukan Cuma Kawasan Perlintasan

Walau dikenal karena jalur kereta, Buahbatu juga menyimpan kisah lain yang tak kalah penting. Salah satunya adalah pembangunan Masjid Raya Buahbatu yang berdiri di kawasan Pasar Kordon, Margacinta. Dalam catatan sejarah, pembangunan masjid ini dimulai pada 10 November 1938 dan diresmikan setahun kemudian, tepatnya pada 9 Juli 1939. Padoeka Kandjeng Dalem Raden Wiranatakoesoema, Bupati Bandung saat itu, memelopori pembangunannya. Di dalam masjid masih terdapat prasasti marmer berbahasa Sunda yang menjadi saksi sejarah.

Bangunan masjid ini awalnya bernama Masdjid Kaoem Boeahbatoe dan telah mengalami beberapa renovasi besar, termasuk pada tahun 1988 dan 2008. Kini tampil modern dengan kubah emas dan kaca bermotif kaligrafi. Bangunan seluas 2.300 meter persegi ini mampu menampung sekitar 1.000 jamaah. Selain menjadi tempat ibadah, masjid ini juga berfungsi sebagai pusat kajian Islam terbesar di Bandung Selatan.

Baca Juga: Hikayat Lara di Baleendah, Langganan Banjir yang Gagal Jadi Ibu Kota

Tidak jauh dari masjid, berdirilah Pasar Kordon yang ramai sejak masa kolonial. Catatan dari Komunitas Aleut menyebut, kawasan ini punya kaitan erat dengan masa revolusi fisik Indonesia. Pada tahun 1946, terjadi pertempuran hebat antara pasukan Hizbullah dan Kompi Ambon yang pro NICA di sekitar Buahbatu. Dalam buku memoar R.J. Rusady W. disebutkan bahwa banyak korban berjatuhan dalam peristiwa itu. Buahbatu menjadi salah satu medan tempur penting di Bandung pada masa perang revolusi.

Kisah Buahbatu tidak hanya tentang perjuangan dan darah. Di sekitar Pasar Kordon juga tumbuh legenda rakyat yang diwariskan turun-temurun, salah satunya tentang Curug Ece. Catatan Komunitas Aleut menyebut ada dua versi asal-usul nama Ece. Versi pertama mengatakan ada seorang tua yang mengalami gangguan jiwa ditemukan meninggal di curug. Versi kedua bercerita tentang seorang jawara bernama Ece yang tenggelam setelah kalah adu kekuatan dengan jawara lain. Cerita rakyat ini menambah warna lokal dan memperkaya identitas budaya Buahbatu yang memadukan sejarah dengan mitos.

Dari Wilayah Penyangga ke Pintu Gerbang Kota

Dalam buku Sejarah Kota Bandung 1945–1979 disebutkan bahwa tahun 1964 penduduk Bandung mencapai lebih dari satu juta jiwa, dan salah satu kawasan yang tumbuh pesat adalah Buahbatu. Pemukiman baru bermunculan di berbagai tempat seperti Sedangserang, Sukaluyu, Padasuka, Cijagra, Cigadung, Sarijadi, Buahbatu, Margahayu, dan Arcamanik. Pertumbuhan penduduk yang tinggi membuat Bandung berkembang ke arah selatan dengan alun-alun sebagai pusat konsentrasinya.

Tapi perkembangan itu tidak merata. Pemerintah kolonial lebih banyak menata Bandung bagian utara sebagai pusat kota, sementara wilayah selatan seperti Buahbatu, Dayeuhkolot, dan sekitarnya dijadikan kawasan industri dan perumahan pribumi. Akibatnya, Bandung Selatan tertinggal dalam hal infrastruktur perkotaan. Ketika utara sudah memiliki jalan beraspal dan sistem drainase modern, Buahbatu masih dikelilingi sawah dan jalan tanah.

Ketimpangan tata ruang ini meninggalkan jejak panjang. Bandung Selatan tumbuh sebagai wilayah penyangga ekonomi, sementara pusat kota tetap menjadi simbol kemewahan dan modernitas. Meski begitu, daya hidup Buahbatu tidak pernah padam. Kawasan ini terus berkembang dan akhirnya menjadi salah satu titik penting dalam jaringan kota Bandung.

Baca Juga: Sejarah Flyover Pasupati Bandung, Gagasan Kolonial yang Dieksekusi Setelah Reformasi

Saat memasuki era 1990-an, pembangunan infrastruktur semakin masif. Pada 1987, PT Jasa Marga mulai membangun proyek Jalan Tol Padaleunyi yang menghubungkan Padalarang dan Cileunyi. Salah satu pintu keluar utama tol itu berada di Buahbatu pada kilometer 149. Proyek senilai 1,2 triliun rupiah ini selesai pada 1990 dan menjadi akses utama bagi kendaraan dari Jakarta menuju Bandung bagian selatan.

Gerbang Tol Buah Batu menjadi titik vital yang menghubungkan pusat kota dengan Bojongsoang, Margacinta, dan kawasan sekitarnya. Kini, jalan tol itu tetap menjadi urat nadi mobilitas Bandung Raya meskipun beberapa kali mengalami perbaikan seperti penutupan sementara kilometer 149 pada tahun 2023.

Di sinilah Buahbatu menemukan dirinya kembali. Dari daerah agraris menjadi jalur kereta, lalu berkembang menjadi kawasan urban modern. Kini Buahbatu berdiri sebagai pintu gerbang kota, tempat lalu lintas tak pernah tidur, dan klakson bersahut di bawah papan reklame. Meski begitu, di sela deru kendaraan, masih tersisa ingatan tentang masa ketika di sini hanya ada sawah, batu, dan pohon mangga.

Baca Juga: Sejarah Bandung Jadi Ibu Kota Hindia Belanda, Sebelum Jatuh ke Tangan Jepang

Sejarah Buahbatu adalah potret kecil tentang bagaimana Bandung tumbuh dan berubah. Dari batu dan buah mangga yang sederhana, dari stasiun yang kini tinggal nama, hingga tol megah yang menghubungkan masa lalu dengan masa kini. Setiap sudutnya menyimpan cerita, dan setiap nama jalannya adalah petunjuk bahwa waktu telah bergerak jauh, tetapi kenangan tak pernah benar-benar pergi.

Artikel Rekomendasi Untuk Anda

Nilai artikel ini
Klik bintang untuk menilai

News Update

Ayo Netizen 12 Nov 2025, 10:24 WIB

Bandung Macet, Udara Sesak: Bahaya Asap Kendaraan yang Kian Mengancam

Bandung yang dulu dikenal sejuk kini semakin diselimuti kabut polusi.
Kemacetan bukan sekadar gangguan lalu lintas, tapi cerminan tata kelola kota yang belum sepenuhnya adaptif terhadap lonjakan urbanisasi dan perubahan perilaku mobilitas warganya. (Sumber: Ayobandung.id)
Ayo Netizen 12 Nov 2025, 09:47 WIB

Ketika Integritas Diuji

Refleksi moral atas pemeriksaan Wakil Wali Kota Bandung.
Wakil Wali Kota Bandung, Erwin. (Sumber: Pemprov Jabar)
Ayo Netizen 12 Nov 2025, 09:36 WIB

Perpaduan Kenyal dan Lembut dari Donat Moci Viral di Bandung

Setiap gigitan Mave Douchi terasa lembut, manisnya tidak giung, tapi tetap memanjakan lidah.
Donat mochi lembut khas Mave Douchi dengan tekstur kenyal yang jadi favorit pelanggan (Foto: Zahwa Rizkiana)
Ayo Jelajah 12 Nov 2025, 08:39 WIB

Sejarah Letusan Krakatau 1883, Kiamat Kecil yang Guncang Iklim Bumi

Sejarah letusan Krakatau 1883 yang menewaskan puluhan ribu jiwa, mengubah iklim global, dan menorehkan bab baru sejarah bumi.
Erupsi Gunung Krakatau 1883. (Sumber: Dea Picture Library)
Ayo Biz 11 Nov 2025, 21:04 WIB

Mama Inspiratif dan Perjuangan Kolektif Mengembalikan Sentuhan Nyata dalam Pengasuhan

Tak sedikit orang tua yang merasa gamang menghadapi kenyataan bahwa anak-anak kini tumbuh dalam dunia yang tak bisa lepas dari layar.
Ilustrasi. Tak sedikit orang tua yang merasa gamang menghadapi kenyataan bahwa anak-anak kini tumbuh dalam dunia yang tak bisa lepas dari layar. (Foto: Freepik)
Ayo Biz 11 Nov 2025, 18:39 WIB

Dari Studio Kecil hingga Panggung Nasional, Bandung Bangkit Lewat Nada yang Tak Pernah Padam

Bandung bukan hanya kota dengan udara sejuk dan arsitektur kolonial yang memesona tapi juga 'rahim' dari gelombang musik yang membentuk identitas Indonesia sejak era 1960-an.
Bandung bukan hanya kota dengan udara sejuk dan arsitektur kolonial yang memesona tapi juga 'rahim' dari gelombang musik yang membentuk identitas Indonesia sejak era 1960-an. (Sumber: Ayobandung.id | Foto: Kavin Faza)
Ayo Jelajah 11 Nov 2025, 17:22 WIB

Hikayat Buahbatu, Gerbang Kunci Penghubung Bandung Selatan dan Utara

Pernah jadi simpul logistik kolonial dan medan tempur revolusi, Buahbatu kini menjelma gerbang vital Bandung Raya.
Suasana Buahbatu zaman baheula. (Sumber: Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Daerah Pemerintah Provinsi Jawa Barat)
Ayo Biz 11 Nov 2025, 17:00 WIB

Proyeksi Ekonomi Jawa Barat 2025: Menakar Potensi dan Risiko Struktural

Pertumbuhan ekonomi Jawa Barat tahun 2025 diproyeksikan tetap solid, meski dibayangi oleh dinamika global dan tantangan struktural domestik.
Pertumbuhan ekonomi Jawa Barat tahun 2025 diproyeksikan tetap solid, meski dibayangi oleh dinamika global dan tantangan struktural domestik. (Sumber: Ayobandung.id | Foto: Irfan Al-Faritsi)
Ayo Netizen 11 Nov 2025, 15:20 WIB

Bakmi Tjo Kin Braga Jadi Ikon Kuliner yang Tak Lekang Waktu

Sejak 1920 Bakmi Tjo Kin telah menjadi bagian tak terpisahkan dari kuliner Bandung, sebuah warung tua yang bernuansa klasik ini terletak di Jalan Braga No. 20
Tampak Depan Warung Bakmi Tjo Kin (Foto: Desy Windayani Budi Artik)
Ayo Netizen 11 Nov 2025, 14:38 WIB

Bandung, Antara Heritage dan Hype

Bangunan heritage makin estetik, tapi maknanya makin pudar. Budaya Sunda tersisih di tengah tren kafe dan glamping.
Salah satu gedung terbengkalai di pusat Kota Bandung. (Sumber: Pexels/Muhamad Firdaus)
Ayo Netizen 11 Nov 2025, 14:21 WIB

Mengintip Cara Pengobatan Hikmah Therapy yang 'Nyentrik' di Bandung

Praktik pijat organ dalam di Bandung yang memadukan sentuhan, doa, dan ramuan herbal sebagai jalan pemulihan tubuh dan hati.
Ibu Mumut berada di ruang depan tempat praktik Hikmah Therapy. (Sumber: Dokumentasi Pribadi | Foto: Fira Amarin)
Ayo Netizen 11 Nov 2025, 14:00 WIB

Potret Inspiratif Cipadung Kidul dari Sales Keliling hingga Kepala Seksi Kelurahan

Budi Angga Mulya, Kepala Seksi Pemerintahan Cipadung Kidul, memaknai pekerjaannya sebagai bentuk pengabdian.
Kepala Seksi Pemerintah Kelurahan Cipadung Kidul, Budi Angga Mulya (Foto: Zahwa Rizkiana)
Ayo Netizen 11 Nov 2025, 13:05 WIB

Menapak Jejak Pandemi dalam Galeri Arsip Covid-19 Dispusipda Jawa Barat

Dispusipda Jawa Barat menghadirkan Galeri Arsip Covid-19 sebagai ruang refleksi dan edukasi bagi masyarakat.
Koleksi Manekin Alat Pelindung Diri (APD) dikenal dengan nama baju Hazmat yang mengenakan tenaga kesehatan dalam menangani Covid 19 (Sumber: Dokumentasi Penulis | Foto: Fereel Muhamad Irsyad A)
Ayo Netizen 11 Nov 2025, 11:25 WIB

ASN Frugal Living, Jalan Selamat ASN dari Jerat Cicilan dan Inflasi?

Dengan frugal living, ASN dapat menjaga integritas dan stabilitas keuanganny
Ilustrasi ASN. (Sumber: Pexels/Junior Developer)
Ayo Netizen 11 Nov 2025, 10:41 WIB

Goyobod Legendaris Harga Kaki Lima Kualitasnya Bintang Lima

Goyobod Nandi sudah berjualan sejak 1997 yang tetap bertahan hingga sekarang.
Ilustrasi es goyobod. (Sumber: Wikimedia Commons | Foto: Afrogindahood)
Ayo Netizen 11 Nov 2025, 09:47 WIB

Bandung Lautan Macet Saat Liburan Akhir Pekan

Bandung yang sering dielu-elukan karena memiliki beberapa spot yang bisa mendatangkan ketenangan.
Sejumlah kendaraan terjebak kemacetan di Jembatan Layang Prof. Dr. Mochtar Kusumaatmadja, Kota Bandung, Jumat 19 September 2025. (Sumber: ayobandung.id | Foto: Irfan Al-Faritsi)
Ayo Netizen 11 Nov 2025, 09:17 WIB

Air Mata Bahagia di Balik Toga, Kisah Keluarga yang Mengantar Mimpi ke Panggung Wisuda

Di balik gemuruh tepuk tangan dan toga yang melambai, tersimpan kisah haru sebuah keluarga sederhana.
Seorang wisudawan berpose bersama keluarganya di depan Fakultas, Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung. (Sumber: Dokumentasi Pribadi | Foto: Jajang Shofar Khoerudin)
Ayo Netizen 11 Nov 2025, 07:58 WIB

Berjuang itu Mudah, Bertahan itu Sulit: Kisah Sosok Santri yang Tangguh

Kisah inspiratif Defani Raspati yang Mendapatkan Juara 1 Lomba Membaca Kitab Kuning pada Hari Santri Nasional di Persiapan Waktu yang Singkat.
Pemberian Piala Juara 1 Membaca Kitab Kuning kepada Defani Raspati, salah satu Santri Yayasan Pondok Pesantren Sukamiskin. (Istimewa)
Ayo Biz 10 Nov 2025, 19:25 WIB

Jawa Barat Menuju 2029: Sinergi Ekonomi Biru, Industri 5.0, dan Pemerintahan Progresif untuk Pertumbuhan Inklusif

Arah pembangunan Jawa Barat kini difokuskan pada sinergi antara ekonomi biru dan industri 5.0 sebagai fondasi baru untuk memperkuat pertumbuhan ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan.
Arah pembangunan Jawa Barat kini difokuskan pada sinergi antara ekonomi biru dan industri 5.0 sebagai fondasi baru untuk memperkuat pertumbuhan ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan. (Sumber: Ayobandung.id | Foto: Eneng Reni Nuraisyah Jamil)