Raden Ayu Maria Ulfah, Perombak Undang-Undang Perkawinan dan Tenaga Kerja Perempuan

Dias Ashari
Ditulis oleh Dias Ashari diterbitkan Rabu 27 Agu 2025, 08:06 WIB
Maria Ulfah Soebadio, kadang pula namanya ditulis Maria Ulfah Santoso atau Raden Ayu Maria Ulfah. (Sumber: Wikimedia Commons)

Maria Ulfah Soebadio, kadang pula namanya ditulis Maria Ulfah Santoso atau Raden Ayu Maria Ulfah. (Sumber: Wikimedia Commons)

Maria Ulfah Soebadio atau biasa dikenal dengan nama "itje" merupakan salah satu tokoh yang berasal dari tanah Sunda. Namanya pun dikenal luas. Kadang orang menulisnya Maria Ulfah Santoso ataupun Raden Ayu Maria Ulfah.

Meski namanya tidak setenar Kartini dan Dewi Sartika tapi perannya sungguh luar biasa bagi tanah air tercinta, terutama bagi para perempuan Indonesia.

Maria Ulfah merupakan sosok perempuan pertama yang ditunjuk sebagai menteri perempuan Indonesia. Perempuan kelahiran Serang Banten, 18 Agustus 1911 yang saat itu terlahir dari keluarga bupati di Kuningan Jawa Barat. Meski Maria berasal dari keluarga menak, bangsawan di tanah Pasundan tapi semangatnya bagai nyala api untuk memperjuangkan hak perempuan Indonesia.

Menurut penuturan cucu dari Maria Ulfa yaitu Didi Sidarta, Itje merupakan sosok yang penuh dengan ketegasan. Segala sesuatu yang keluar dari mulutnya tidak pernah main-main dan selalu penuh dengan keseriusan. Sosok perempuan yang juga pandai menjaga diri.

Pendidikan dan Kepekaan

Sejak dulu pendidikan menjadi salah satu jalan bagi kestabilan posisi perempuan. Hal ini tercermin dari latar belakang Maria sebagai perempuan yang mengupayakan pendidikan tidak hanya sebagai gelar tapi demi menjadi jalan bagi perubahan sosial.

Ayah Maria Ulfah meminta dirinya untuk kuliah di bidang kedokteran atau apoteker. Namun pengalaman masa kecilnya, ketika melihat ketidakadilan perempuan di depan matanya, membuat Maria lebih memilih kuliah di jurusan hukum saja. Maria kecil sudah sangat peka dan bisa membaca situasi lingkungan yang saat itu banyak merugikan kaum perempuan.

Keputusan Maria Ulfah inilah yang mencerminkan bahwa perempuan berhak menentukan pilihannya sendiri. Hal ini sudah sepantasnya bisa menjadi spirit bagi para perempuan era saat ini untuk berani menyuarakan apa yang menjadi panggilan jiwa.

Selain pendidikan, Maria Ulfah juga menunjukkan bahwa buku menjadi bukti nyata yang dapat mempertajam nalar kritisnya. Kegemarannya dalam membaca buku, semakin menandaskan kesadarannya tentang urgensi kemerdekaan.

Salah satu buku yang mengubah pandangannya berjudul "Indonesia Klaaqlaan" atau dalam bahasa Indonesia sering dikenal dengan "Indonesia Menggugat". Buku yang berisi pidato pembelaan Bung Karno di depan Gedung Landmark Bandung pada tahun 1930.

Pejuang Undang-Undang Perkawinan di Indonesia

Raden Ayu Maria Ulfah (berdiri) (Sumber: Wikimedia Commons)
Raden Ayu Maria Ulfah (berdiri) (Sumber: Wikimedia Commons)

Selain mengajar, Maria Ulfah juga terlibat dalam ranah politik melalui keterlibatannya dalam Kongres Perempuan kedua pada tahun 1935 di Batavia. Kongres ini sempat diwarnai perdebatan antara tokoh yang pro dan kontra perihal poligami. Namun di tengah kondisi yang memanas, Maria Ulfah menjadi penengah di antara keduanya.

Dari perdebatan tersebut didirikanlah Biro Konsultasi permasalahan perempuan dalam perkawinan. Biro inilah yang menjadi cikal bakal terbentuknya rancangan undang-undang perkawinan pada Kongres Perempuan ketiga.

Perjalanan perjuangan Maria Ulfah tidaklah mudah. Pada masa kolonialisme Belanda undang-undang perkawinan tersebut masih dalam tahap usaha penyusunan. Sementara pada era penjajahan Jepang semuanya berhenti total. Butuh sekitar 15 tahun bagi Maria Ulfah untuk kembali memperjuangkan undang-undang perkawinan tersebut.

Pasca kemerdekaan Indonesia, Sutan Sjahrir selaku perdana menteri pertama Indonesia menunjuk Maria Ulfah sebagai sekretaris jenderal kementrian luar negeri. Namun Maria sebagai perempuan yang teguh dengan prinsipnya menolak mandat Sutan Sjahrir karena menganggap posisi tersebut tidak tepat untuk dirinya.

Namun di tengah ancaman masa revolusi kemerdekaan Indonesia, Maria Ulfah akhirnya menyepakati sebagai perwira penghubung dengan sekutu. Tugas yang penuh resiko tersebut diambilnya karena tidak ada pilihan lain.

Di tengah gejolak revolusi 1945-1950 organisasi perempuan tidak luput dari hantaman badai. Organisasi perempuan pada saat itu mulai kehilangan arah kepemimpinannya. Namun pada Februari1946 mulai ada angin segar yang berasal dari kota Solo, saat suara perempuan Indonesia mulai menggema dan terbentuklah Kongres Wanita Indonesia (KOWANI).

Selain konsen pada permasalahan hukum yang dialami oleh perempuan baik dalam pernikahan, poligami dan perceraian, Maria Ulfah juga ditunjuk sebagai ketua sekretariat KOWANI. Di sinilah Maria kembali berjuang untuk menggaungkan undang-undang perkawinan agar terwujud di Indonesia.

Perjuangan Maria tidak berhenti sampai di sini karena saat itu Kementrian Agama melalui Undang-Undang No.22 Tahun 1946 yang berisi tentang pencatatan nikah, talak dan rujuk. Kebijakan ini ternyata hanya berlaku di Pulau Jawa dan Madura yang pada saat itu menjadi daerah kekuasaan Indonesia yang telah disepakati Linggar Jati.

Pada tahun 1950-an rancangan undang-undang tersebut kembali bergejolak, bahkan lebih kuat ketika Maria Ulfah menduduki kursi pemerintahan. Bersama Sri Mangun Sakoro dirinya membentuk KPKPAI (Komite Perlindungan Kaum Perempuan dan Anak Indonesia).

Di tengah semangat perjuangannya, Maria harus menelan pil pahit ketika tercetusnya Peraturan Pemerintah No.19 Tahun 1952 yang memberikan peluang kepada istri kedua dan seterusnya untuk menerima tunjangan janda pegawai sipil. Maria kecewa karena peraturan tersebut seolah melegalkan poligami dalam bentuk struktural. Sementara harga diri perempuan hanya dinilai dengan uang tunjangan saja.

Setelah Seokarno mengubah susunan kabinet, Maria Ulfah tidak lagi terlibat dalam kursi pemerintahan dan menolak ide Maria dalam penyusunan undang-undang perkawinan. Namun pada tangal 19 dan 24 Februari 1973 pimpinan DPR mengundang tokoh KOWANI untuk menyempurnakan rancangan yang sudah disusun oleh LPHM. Akhirnya pada tanggal 2 Januari 1974 tercetuslah Undang-Undang No.1 Tahun 1974 tentang perkawinan.

Maria Ulfah menjadi sosok yang berhasil menjadi panutan bagi perempuan di era sekarang. Maria membuktikan bahwa perempuan itu bisa berdaya di ruang yang kerap didominasi laki-laki hingga dapat melakukan perubahan tidak hanya bagi lingkungan keluarga dan sosial tapi juga untuk negara. (*)

Disclaimer

Tulisan ini merupakan artikel opini yang sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Pandangan yang disampaikan dalam artikel ini tidak mewakili pandangan atau kebijakan organisasi dan redaksi AyoBandung.id.

Dias Ashari
Tentang Dias Ashari
Menjadi Penulis, Keliling Dunia dan Hidup Damai Seterusnya...
Nilai artikel ini
Klik bintang untuk menilai

Berita Terkait

News Update

Beranda 27 Agu 2025, 14:59 WIB

Sinyal Bahaya dari Sesar Lembang, Minimnya Early Warning System Jadi PR Mendesak

Kepala BPBD Bandung Barat bahkan menyebut kebutuhan anggaran pengadaan EWS di seluruh kecamatan mencapai Rp4,5 hingga Rp5 miliar.
Warga melintas di dekat rambu zona Sesar Lembang di kawasan Gunung Batu, Lembang, Kabupaten Bandung Barat (KBB), Jumat 22 Agustus 2025. (Sumber: ayobandung.id | Foto: Kavin Faza)
Ayo Netizen 27 Agu 2025, 14:50 WIB

Ada Pandan Jaksi di Cijaksi

Nama pandan jaksi abadi dalam nama geografis, seperti: Cijaksi, yang berada di Desa Licin, Kecamatan Cimalaka, Kabupaten Sumedang.
Contoh samak atau tikar dari daun pandan. Tikar kecil dan tikar mayat (kanan). Foto dari berbagai sumber. (Sumber: Istimewa)
Mayantara 27 Agu 2025, 13:59 WIB

Risiko Jebakan Citra pada Medsos Pejabat Publik-Politisi Tanah Air

Apa yang terjadi pada panggung politik ini sejatinya sudah tertera sejak lama (dan termasuk kontemporer) oleh para cendekia humaniora.
Gubernur Jabar KDM (Kang Dedi Mulyadi). (Sumber: Pemprov Jabar)
Ayo Biz 27 Agu 2025, 12:28 WIB

Botol Minum Ramah Lingkungan, Tren Gaya Hidup Kekinian

Botol minum bukan lagi sekadar wadah air, tetapi telah menjadi bagian dari gaya hidup modern. Banyak orang kini menjadikan membawa botol minum sebagai kebiasaan harian, baik saat bekerja, kuliah, olah
Botol Minum Ramah Lingkungan. (Foto: Pixabay)
Ayo Biz 27 Agu 2025, 11:07 WIB

Kuliner Unik Bandung, Nikmati Batagor dan Mie Kocok Sekaligus

Kota Bandung dikenal sebagai surga kuliner dengan ragam makanan tradisional yang menggugah selera. Bahkan, pada 2021, Taste Atlas menobatkan Bandung sebagai salah satu kota dengan makanan tradisional
Batagor dan Mie Kocok Sinar Kencana (Foto: Dok. Ayobandung.com)
Ayo Biz 27 Agu 2025, 10:00 WIB

Sambal Daimata, Pedas Berlevel Dijamin Bikin Ketagihan

Andri Ganamurti bersama istrinya mulai membangun bisnis sambal sejak 2017. Sambal dengan brand Daimata ini dikenal dengan level-level yang unik yang memiliki cita rasa khas.
3 Varian Level Sambal Daimata. (Foto: Dok. Sambal Daimata)
Ayo Netizen 27 Agu 2025, 08:06 WIB

Raden Ayu Maria Ulfah, Perombak Undang-Undang Perkawinan dan Tenaga Kerja Perempuan

Maria Ulfah adalah salah satu toko nasional perempuan yang berani memperjuangkan hak-hak perempuan melalui rancangan undang-undang pernikahan.
Maria Ulfah Soebadio, kadang pula namanya ditulis Maria Ulfah Santoso atau Raden Ayu Maria Ulfah. (Sumber: Wikimedia Commons)
Ayo Netizen 26 Agu 2025, 20:06 WIB

Blunder Pratikno sambil Cengengesan: Saya Agak Ngantuk

Gaya Bahasa Para Pemangku Kebijakan seringkali menjadi sorotan masyarakat.
Menteri Kemenko PMK, Pratikno. (Sumber: Kemenko PMK)
Ayo Biz 26 Agu 2025, 18:16 WIB

Dari Tradisi ke Prestasi, Long Qing dan Ekonomi Kreatif Berbasis Budaya

Bertahan dengan seni tradisional, kelompok barongsai Long Qing membuktikan bahwa budaya bisa jadi fondasi bisnis yang berkelanjutan dan berdampak luas.
Bertahan dengan seni tradisional, kelompok barongsai Long Qing membuktikan bahwa budaya bisa jadi fondasi bisnis yang berkelanjutan dan berdampak luas. (Sumber: dok. kelompok barongsai Long Qing)
Ayo Netizen 26 Agu 2025, 18:01 WIB

Raya, Bukti Nyata Potret Buram Penanganan Kesehatan di Negeri Ini

Raya seorang balita berusia 4 tahun asal Kabupaten Sukabumi menjadi bukti nyata potret buram bagaimana penanganan kesehatan di negeri ini
Raya, balita di Sukabumi yang meninggal akibat cacingat akut. (Sumber: Screenshoot Video Rumah Teduh)
Ayo Biz 26 Agu 2025, 17:07 WIB

Bayar Seikhlasnya Tak Selalu Mulus, Pelajaran dari Me Time Cafe

Membawa semangat inklusif, eksperimen berani Me Time Cafe untuk menerapkan sistem “bayar seikhlasnya” jadi batu sandungan dalam merintis bisnis kuliner.
Membawa semangat inklusif, eksperimen berani Me Time Cafe untuk menerapkan sistem “bayar seikhlasnya” jadi batu sandungan dalam merintis bisnis kuliner. (Sumber: Ayobandung.id | Foto: Eneng Reni Nuraisyah Jamil)
Ayo Netizen 26 Agu 2025, 16:00 WIB

Jati Kasilih ku Junti: Nasib Kebudayaan Sunda dari Krisis Pangan

Sebuah refleksi tentang kebudayaan Sunda yang lahir dari ladang kini tergerus.
Ilustrasi orang Sunda. (Sumber: Unsplash/Mahmur Marganti)
Ayo Biz 26 Agu 2025, 15:30 WIB

Batik Tulis Kaki dan Ayu Tri Handayani, Menenun Harapan Lewat Canting di Ujung Kaki

Ayu membuktikan bahwa kreativitas dan ketekunan mampu menembus batas fisik, bahkan melahirkan karya seni yang memikat hati banyak orang.
Ketika sebagian orang melihat keterbatasan sebagai penghalang, Ayu Tri Handayani menjadikannya sebagai titik awal untuk berkarya. (Sumber: Ayobandung.id | Foto: Eneng Reni Nuraisyah Jamil)
Ayo Biz 26 Agu 2025, 14:13 WIB

Bolu Pisang Bu Wita, Oleh-Oleh Legendaris yang Jadi Buruan Pelancong di Bandung

Bandung punya banyak oleh-oleh yang selalu jadi buruan pelancong. Salah satunya adalah Bolu Pisang Bu Wita, kue berbahan dasar pisang yang kini menjadi ikon oleh-oleh khas kota kembang.
Bolu Pisang Bu Wita (Foto: Dok. Ayobandung.com)
Ayo Biz 26 Agu 2025, 12:11 WIB

Demi Keamanan, Jangan Asal Pilih Sepatu Gunung

Sepatu gunung berfungsi melindungi kaki sekaligus menunjang keselamatan saat mendaki atau berjalan di medan berat. Dibuat dengan material yang lebih tebal dan kuat, sepatu ini mampu melindungi kaki da
Ilustrasi Foto Sepatu Gunung. (Foto: Pixabay)
Ayo Biz 26 Agu 2025, 10:46 WIB

Mamata, Tas Handmade Cantik dari Limbah Kain

Bermula dari hobi merajut, Ondang Dahlia mendirikan Mamata, sebuah UMKM yang memproduksi tas ramah lingkungan berbahan kain sisa. Nama Mamata sendiri diambil dari singkatan 'mamahnya Ata', putri semat
Tas Mamata. (Foto: Rizma Riyandi)
Ayo Netizen 26 Agu 2025, 10:21 WIB

63 Tahun TVRI: Antara Nostalgia dan Tantangan Relevansi

Dulu sekali, saat satu-satunya tontonan adalah TVRI, maka setiap rumah memutarnya.
Televisi Republik Indonesia (TVRI). (Sumber: TVRI)
Ayo Netizen 26 Agu 2025, 08:38 WIB

Politik Minta Maaf Berhasil Melegalkan Kesalahan para Pemangku Kebijakan

Kata maaf seolah menjadi mantra sakti bagi para pejabat yang salah berucap atau membuat kebijakan secara asal-asalan.
Bupati Pati, Sudewo (tengah). (Sumber: Humas Kabupaten Pati)
Ayo Netizen 25 Agu 2025, 20:20 WIB

Menyikapi Rasa Sepi yang Berujung Haus Validasi lewat Film 'Tinggal Meninggal'

Film Tinggal Meninggal menjadi repesentasi dari fenomena manusia di zaman ini.
Film Tinggal Meninggal (Sumber: Imajinari Pictures)
Ayo Biz 25 Agu 2025, 18:15 WIB

Menanam Bisnis dari Tanah Kosong: Komunitas 1.000 Kebun dan Ekonomi Hijau di Bandung

Dari hasil panen, komunitas ini membangun Warung 1.000 Kebun, ruang transaksi yang menjual produk organik langsung dari tangan petani kota kepada konsumen.
Komunitas 1.000 Kebun lahir dari keresahan akan gaya hidup urban yang semakin jauh dari alam. (Sumber: Ayobandung.id | Foto: Eneng Reni Nuraisyah Jamil)