Belajar Birokrasi dari Prabu Siliwangi

Guruh Muamar Khadafi
Ditulis oleh Guruh Muamar Khadafi diterbitkan Jumat 03 Okt 2025, 16:14 WIB
Sri Baduga Maharaja, nama resmi Prabu Siliwangi yang bertakhta di Pakuan Pajajaran pada abad ke-15. (Sumber: Wikimedia Commons | Foto: Lukisan karya Ridho dari Desa Sancang, Cibalong, Garut.)

Sri Baduga Maharaja, nama resmi Prabu Siliwangi yang bertakhta di Pakuan Pajajaran pada abad ke-15. (Sumber: Wikimedia Commons | Foto: Lukisan karya Ridho dari Desa Sancang, Cibalong, Garut.)

Dalam ingatan kolektif masyarakat Sunda, nama Prabu Siliwangi menempati ruang istimewa. Ia bukan hanya seorang penguasa Pajajaran, tetapi juga sosok yang diwariskan sebagai simbol kepemimpinan arif, penjaga harmoni, dan penata kerajaan dengan visi panjang.

Sejarah dan legenda tentangnya hidup dalam prasasti, naskah, hingga cerita rakyat, menyisakan jejak yang bisa ditafsirkan ulang sebagai sumber inspirasi tata kelola birokrasi modern.

Sri Baduga Maharaja, nama resmi Prabu Siliwangi yang bertakhta di Pakuan Pajajaran pada abad ke-15. Dari prasasti Batutulis di Bogor kita mengetahui beberapa kebijakan pentingnya: pembangunan parit untuk irigasi dan pertahanan, pendirian balai pertemuan rakyat, serta penetapan hutan larangan sebagai kawasan konservasi.

Catatan sederhana ini sesungguhnya merekam prinsip pengelolaan pemerintahan yang sistematis. Bagi masyarakat modern, langkah-langkah tersebut adalah bentuk awal birokrasi, yakni sistem aturan, struktur, dan kebijakan yang memastikan keteraturan hidup bersama.

Birokrasi sebagai Harmoni

Jika kita menengok filsafat Sunda kuna, ada sebuah ungkapan yang terus bergema yaitu tata titi tentrem kerta raharja. Ungkapan ini bermakna kehidupan yang tertata rapi, damai, dan sejahtera. Inilah visi yang mendasari pemerintahan Prabu Siliwangi. Birokrasi dalam kerangka itu bukan semata-mata soal administrasi, melainkan instrumen untuk menjaga keseimbanganantara manusia dengan sesamanya, manusia dengan alam, dan manusia dengan kekuasaan.

Di masa kini, kita sering memandang birokrasi hanya dalam kacamata efisiensi atau efektivitas. Padahal, warisan Siliwangi menunjukkan bahwa birokrasi juga harus berjiwa. Birokrasi hadir untuk mengayomi, bukan sekadar mengatur. Dengan cara pandang ini, kita diingatkan bahwa tata kelola pemerintahan tidak bisa dilepaskan dari nilai-nilai budaya yang membentuk karakter masyarakatnya.

Prabu Siliwangi dikenal sebagai raja yang menegakkan aturan tertulis. Prasasti yang ia tinggalkan bukan sekadar batu berukir kata, tetapi instrumen legitimasi dan administrasi. Di sana tercatat kebijakan, perintah, serta nilai-nilai yang ingin ditegakkan. Jika diibaratkan, prasasti adalah regulasi formal birokrasi saat itu.

Bagi rakyat Pajajaran, keberadaan aturan tertulis memberikan kepastian. Mereka tahu hak dan kewajibannya, mereka mengenali batas wilayah yang harus dijaga, dan mereka memahami apa yang dianggap larangan atau anjuran. Kepastian ini menjadikan birokrasi tidak semata bayangan kuasa raja, melainkan sistem yang bisa diprediksi. Dalam bahasa modern, Siliwangi sedang membangun rule of law, sesuatu yang hingga kini menjadi tantangan serius birokrasi Indonesia.

Salah satu kebijakan penting Siliwangi adalah pembangunan bale-bale pertemuan di pusat kerajaan. Bale bukan hanya bangunan fisik, tetapi institusi sosial. Di tempat itulah rakyat bertemu, bangsawan berdiskusi, dan keputusan kerajaan disosialisasikan. Dengan kata lain, bale adalah ruang komunikasi publik.

Jika ditarik ke masa kini, fungsi bale dapat disejajarkan dengan prinsip transparansi dan partisipasi dalam pemerintahan modern. Rakyat bukan sekadar objek, melainkan subjek yang memiliki ruang menyampaikan aspirasi. Birokrasi menjadi medium untuk menyalurkan suara rakyat, bukan sekadar menyalurkan perintah atasan. Spirit bale inilah yang hari ini bisa kita maknai ulang sebagai embrio e-government, forum konsultasi publik, atau kanal keterbukaan informasi.

Candi Siliwangi di Taman Sari, Bogor. (Sumber: Wikimedia Commons/Gunawan Kartapranata)
Candi Siliwangi di Taman Sari, Bogor. (Sumber: Wikimedia Commons/Gunawan Kartapranata)

Lebih dari aturan dan struktur, birokrasi memerlukan teladan. Dalam berbagai cerita rakyat, Prabu Siliwangi digambarkan sebagai pemimpin yang melindungi rakyat kecil. Ia menjaga keseimbangan, menolak kekuasaan yang menindas, dan lebih memilih jalan keteladanan. Karisma Siliwangi bukan semata berasal dari garis darah kerajaan, melainkan dari kepercayaan rakyat terhadap integritasnya.

Dalam konteks modern, ini mengingatkan kita bahwa birokrasi tidak hanya tegak oleh sistem merit dan regulasi, tetapi juga oleh etika kepemimpinan. Aparatur sipil negara, mulai dari level terbawah hingga tertinggi, dituntut menghadirkan integritas dan keberpihakan. Tanpa itu, birokrasi hanya akan menjadi mesin dingin tanpa keadilan. Prabu Siliwangi memberi pesan: birokrasi harus manusiawi.

Kebijakan hutan larangan yang ditetapkan Prabu Siliwangi adalah contoh bagaimana tata kelola kerajaan tidak mengabaikan lingkungan. Dalam prasasti disebutkan bahwa kawasan tertentu ditetapkan sebagai hutan larangan, tidak boleh dirusak atau dieksploitasi. Kebijakan ini bukan sekadar konservasi, melainkan strategi birokrasi untuk memastikan keberlanjutan hidup rakyat.

Pelajaran ini sangat relevan bagi birokrasi Indonesia hari ini. Di tengah krisis iklim, kebijakan pembangunan tidak bisa dilepaskan dari keberlanjutan lingkungan. Birokrasi modern harus mampu mengintegrasikan prinsip ekologi dalam setiap keputusan, sebagaimana yang telah dilakukan Siliwangi berabad-abad lalu.

Relevansi bagi Birokrasi Indonesia

Mengapa kita perlu belajar dari Prabu Siliwangi? Karena birokrasi Indonesia saat ini tengah menghadapi tantangan besar yaitu digitalisasi, globalisasi, tuntutan transparansi, serta krisis integritas. Banyak kebijakan baik berhenti di atas kertas karena birokrasi tidak mampu menginternalisasi nilai. Padahal, jika kita menengok ke belakang, nilai-nilai itu sudah ditanamkan oleh leluhur.

Dari Siliwangi kita belajar bahwa birokrasi harus berakar pada budaya lokal, bukan hanya meniru model barat. Kita juga belajar bahwa birokrasi bukan sekadar mesin pengatur, tetapi sarana mewujudkan harmoni sosial. Lebih jauh, kita belajar bahwa kepemimpinan adalah soal keteladanan, bukan sekadar jabatan.

Memang, kita tidak bisa menyalin praktik birokrasi abad ke-15 ke abad ke-21. Konteksnya berbeda, tantangannya pun tidak sama. Namun, sejarah memberi kita inspirasi nilai. Menafsir ulang Siliwangi bukan berarti romantisme, melainkan upaya mencari pijakan lokal dalam membangun birokrasi yang relevan.

Jika Prabu Siliwangi menggunakan bale sebagai ruang komunikasi, maka birokrasi kini bisa membangun forum daring yang memberi akses pada publik. Jika ia menegakkan hutan larangan, maka birokrasi sekarang harus serius menegakkan aturan lingkungan. Jika ia menulis prasasti, maka birokrasi modern harus menulis regulasi yang jelas dan mudah dipahami rakyat.

Di tengah kritik publik bahwa birokrasi Indonesia lamban, koruptif, dan kaku, kita memerlukan inspirasi segar. Warisan Prabu Siliwangi menunjukkan bahwa birokrasi bisa menjadi sarana membangun keteraturan, kesejahteraan, dan keberlanjutan. Kuncinya ada pada visi, aturan yang jelas, ruang partisipasi, kepemimpinan beretika, serta keseimbangan dengan alam.

Dengan demikian, Prabu Siliwangi bukan sekadar legenda atau tokoh sejarah. Ia adalah cermin. Melalui dirinya, kita diingatkan bahwa birokrasi sejatinya adalah jalan menuju kehidupan tata titi tentrem kerta raharja yaitu tertata, damai, dan sejahtera. Tugas kita sekarang adalah menafsir ulang nilai itu dalam konteks Indonesia modern, agar birokrasi benar-benar hadir sebagai pelindung dan pengayom rakyat. (*)

Disclaimer

Tulisan ini merupakan artikel opini yang sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Pandangan yang disampaikan dalam artikel ini tidak mewakili pandangan atau kebijakan organisasi dan redaksi AyoBandung.id.

Guruh Muamar Khadafi
Analis Kebijakan Ahli Muda, Pusat Pembelajaran dan Strategi Kebijakan Talenta ASN Nasional Lembaga Administrasi Negara
Nilai artikel ini
Klik bintang untuk menilai

Berita Terkait

News Update

Ayo Netizen 21 Nov 2025, 15:41 WIB

UMKM Tahura Bandung Tumbuh Bersama di Tengah Perubahan Kawasan Wisata

Mengkisahkan tentang seorang pedagang pentol kuah yang ikut tumbuh bersama dengan berkembangnya kawasan wisata alam Tahura
Seorang pedagang sedang menjaga warungnya di Kawasan wisata tahura, (25/10/25) (Foto: M. Hafidz Al Hakim)
Ayo Netizen 21 Nov 2025, 15:21 WIB

Fenomena Turisme Bandung: Pesona Edukatif dan Konservatif di Lembang Park & Zoo

Lembang Park & Zoo menghadirkan wisata edukatif dan konservatif di Bandung.
Siap berpetualang di Lembang Park & Zoo! Dari kampung satwa sampai istana reptil, semua seru buat dikunjungi bareng keluarga (Sumber: Dokumentasi Pribadi | Foto: Adil Rafsanjani)
Ayo Netizen 21 Nov 2025, 15:10 WIB

Pengalaman Rasa yang Tidak Sesuai dengan Ekspektasi

Hunting kuliner memang tidak selalu berbuah dengan rasa yang lezat, beberapa di antaranya rasa yang tidak sesuai dengan review dan harga yang sangat fantastis.
Hunting kuliner memang tidak selalu berbuah dengan rasa yang lezat, beberapa di antaranya rasa yang tidak sesuai dengan review dan harga yang sangat fantastis (Sumber: Dokumentasi Penulis | Foto: Dias Ashari)
Ayo Netizen 21 Nov 2025, 14:49 WIB

Scroll Boleh, Meniru Jangan, Waspada Memetic Violence!

Saatnya cerdas dan bijak bermedsos, karena satu unggahan kita hari ini bisa membawa pengaruh besar bagi seseorang di luar sana.
Ilustrasi asyiknya bermedia sosial. (Sumber: pixabay.com | Foto: Istimewa)
Ayo Netizen 21 Nov 2025, 13:02 WIB

Hangatnya Perpaduan Kopi dan Roti dari Kedai Tri Tangtu

Roti Macan dimulai dari ruang yang jauh lebih kecil dan jauh lebih sunyi, yaitu kedai kopi.
Kedai kecil itu menciptakan suasana hangat dari aroma Roti Macan pada hari Selasa (04/11/2025). (Sumber: Dokumentasi Penulis | Foto: Wafda Rindhiany)
Ayo Jelajah 21 Nov 2025, 11:17 WIB

Sejarah Soreang dari Tapak Pengelana hingga jadi Pusat Pemerintahan Kabupaten Bandung

Sejarah Soreang dari tempat persinggahan para pengelana hingga menjelma pusat pemerintahan modern Kabupaten Bandung.
Menara Sabilulunga, salah satu ikon baru Soreang. (Sumber: Wikimedia)
Ayo Jelajah 21 Nov 2025, 11:16 WIB

Sejarah Black Death, Wabah Kematian Perusak Tatanan Eropa Lama

Sejarah wabah Black Death yang menghancurkan Eropa pada awal abad ke-14, menewaskan sepertiga penduduk, dan memicu lahirnya tatanan baru.
Lukisan The Triumph of Death dari Pieter Bruegel (1562) yang terinspirasi dari Black Death. (Sumber: Wikipedia)
Ayo Netizen 21 Nov 2025, 10:17 WIB

History Cake Bermula dari Kos Kecil hingga Jadi Bagian 'Sejarah Manis' di Bandung

History Cake dimulai dari kos kecil pada 2016 dan berkembang lewat Instagram.
Tampilan area display dan kasir History Cake yang menampilkan beragam Korean cake dan dessert estetik di Jalan Cibadak, Kecamatan Bojongloa Kaler, Kota Bandung. (30/10/2025) (Sumber: Naila Husna Ramadhani)
Ayo Netizen 21 Nov 2025, 09:29 WIB

Dari Tiktok ke Trotoar, ‘Iseng’ Ngumpulin Orang Sekota untuk Lari Bareng

Artikel ini menjelaskan sebuah komunitas lari yang tumbuh hanya iseng dari Tiktok.
Pelari berkumpul untuk melakukan persiapan di Jl. Cilaki No.61, Cihapit, Kecamatan Bandung Wetan, Kota Bandung, pada Sabtu pagi 15 November 2025 sebelum memulai sesi lari bersama. (Sumber: Rafid Afrizal Pamungkas | Foto: Rafid Afrizal Pamungkas)
Ayo Netizen 21 Nov 2025, 08:06 WIB

Giri Purwa Seni Hadirkan Kecapi Suling sebagai Pelestarian Kesenian Tradisional Sunda

Giri Purwa Seni di Cigereleng menjaga warisan kecapi suling melalui produksi, pelatihan, dan pertunjukan.
Pengrajin Giri Purwa Seni menampilkan seperangkat alat musik tradisional berwarna keemasan di ruang pamer Giri Purwa Seni, Jl. Soekarno Hatta No. 425, Desa Cigereleng, Astana Anyar, Karasak, pada Senin, 10 November 2025. (Sumber: Dokumentasi Penulis)
Ayo Biz 20 Nov 2025, 21:19 WIB

Desa Wisata Jawa Barat Menumbuhkan Ekonomi Kreatif dengan Komitmen dan Kolaborasi

Desa wisata di Jawa Barat bukan sekadar destinasi yang indah, namun juga ruang ekonomi kreatif yang menuntut ketekunan, komitmen, dan keberanian untuk terus berinovasi.
Upacara Tutup Tahun Kampung Cireundeu, Merawat Tradisi dan Syukur Kepada Ibu Bumi. (Sumber: Ayobandung.id | Foto: Restu Nugraha)
Ayo Netizen 20 Nov 2025, 20:18 WIB

Ngaruat Gunung Manglayang, Tradisi Sakral Menjaga Harmoni Alam dan Manusia

Ngaruat Gunung Manglayang adalah tradisi tahunan untuk menghormati alam.
Warga adat melakukan ritual ruatan di kaki Gunung Manglayang sebagai bentuk ungkapan syukur dan doa keselamatan bagi alam serta masyarakat sekitar.di Gunung Manglayang, Cibiru, Bandung 20 Maret 2025 (Foto: Oscar Yasunari)
Ayo Biz 20 Nov 2025, 18:23 WIB

Desa Wisata, Ekonomi Kreatif yang Bertumbuh dari Akar Desa

Desa wisata, yang dulu dianggap sekadar pelengkap pariwisata, kini menjelma sebagai motor ekonomi kreatif berbasis komunitas.
Wajah baru ekonomi Jawa Barat kini tumbuh dari desa. Desa wisata, yang dulu dianggap sekadar pelengkap pariwisata, kini menjelma sebagai motor ekonomi kreatif berbasis komunitas. (Sumber: Ayobandung.id | Foto: Eneng Reni Nuraisyah Jamil)
Ayo Netizen 20 Nov 2025, 17:21 WIB

Lenggak-lenggok Jaipong di Tengah Riuh Bandung dan Pesona Tradisi

Tari Jaipong tampil memukau di West Java Festival 2025. Gerak enerjik dan musik riuh membuat penonton antusias.
Penampilan tari Jaipong menghiasi panggung West Java Festival 2025 dengan gerakan energik yang memukau penonton, Minggu (9/11/2025). (Sumber: Selly Alifa | Foto: Dokumentasi Pribadi)
Ayo Netizen 20 Nov 2025, 17:07 WIB

Curug Pelangi Punya Keindahan Ikonik seperti di Luar Negeri

Wisata alam Bandung memiliki banyak keunikan, Curug Pelangi punya ikon baru dengan pemandangan pelangi alami.
Pelangi asli terlihat jelas di wisata air terjun Curug Pelangi, Kabupaten Bandung Barat (2/11/25) (Sumber: Dokumentasi Penulis | Foto: Tazkiya Hasna Putri S)
Ayo Netizen 20 Nov 2025, 16:55 WIB

Wayang Golek Sindu Parwata Gaungkan Pelestarian Budaya Sunda di Manjahlega

Pagelaran Wayang Golek Sindu Parwata di Manjahlega gaungkan pelestarian budaya Sunda dan dorong generasi muda untuk mencintai budaya lokal sunda.
Suasana pagelaran Wayang Golek di Kelurahan Manjahlega, Kecamatan Rancasari, Kota Bandung, Jumat (5/9/2025), di halaman Karang Taruna Caturdasa RW 14. (Sumber: Dokumentasi penulis | Foto: Ayu Amanda Gabriela)
Ayo Netizen 20 Nov 2025, 16:30 WIB

Menyoal 'Sora' Sunda di Tengah Sorak Wisatawan

Sora Sunda tidak harus berteriak paling keras untuk tetap hidup dan bertahan. Ia cukup dimulai dari kebiasaan kecil.
Mengenalkan budaya dan nilai kesundaan bisa dilakukan lewat atraksi kaulinan barudak. (Sumber: ayobandung.com | Foto: Kavin Faza)
Ayo Netizen 20 Nov 2025, 16:10 WIB

Kenaikan Gaji ASN, antara Harapan Dompet dan Reformasi Birokrasi

Kenaikan gaji ASN bukan sekadar soal dompet, tapi ujian sejauh mana birokrasi mampu menukar kesejahteraan menjadi kinerja.
Ilustrasi PNS di Bandung Raya. (Sumber: Ayobandung.id | Foto: Irfan Al-Faritsi)
Ayo Netizen 20 Nov 2025, 16:00 WIB

Damri dan Wisata Oase Kaum Marjinal di Dalamnya

DAMRI menjadi salah satu transportasi yang menjadi pilihan bagi masyarakat khususnya di Kota Bandung.
Ilustrasi yang menggambarkan suasana dalam bus DAMRI (Sumber: Gemini AI)
Ayo Netizen 20 Nov 2025, 15:52 WIB

Dari Nongkrong di Warung Jadi Komunitas Vespa Solid di Kota Bandung

Komunitas WK Scoot lahir dari tongkrongan anak SMP pada 2021 dan kini berisi 25 anggota.
WK Scoot Bandung terlihat berjejer rapi di Jalan Taman Citarum saat melakukan Sunday Morning Ride, Jumat (27/10/2024). (Sumber: Instagram | Foto: Arlo Aulia)