Self-Care ala Korea: dari Rutinitas Skincare ke Gaya Hidup Positif

Ghumaida Tsuraya
Ditulis oleh Ghumaida Tsuraya diterbitkan Jumat 31 Okt 2025, 11:12 WIB
Penggunaan skincare rutin sebagai bentuk mencintai diri sendiri. (Sumber: Pexels/Rheza Aulia)

Penggunaan skincare rutin sebagai bentuk mencintai diri sendiri. (Sumber: Pexels/Rheza Aulia)

Siapa sih yang nggak pengen punya kulit bagus kaya orang Korea? Budaya kecantikan Korea selalu berhasil menarik perhatian dunia.

Mulai dari tren glass skin, dewy look, hingga ritual skincare sepuluh langkah yang viral di media sosial.

Namun di balik kilau kulit glowing para wanita Korea, ada filosofi yang lebih bermakna: kecantikan sejati lahir dari kebiasaan merawat diri dengan penuh kesadaran.

Fenomena ini menunjukkan bahwa self-care bukan lagi sekadar tren kosmetik, tapi telah menjadi bagian dari gaya hidup modern bahkan hingga ke Indonesia.

Ketika mendengar kata “K-beauty”, kebanyakan orang langsung membayangkan sederet produk skincare: toner, essence, serum, dan sheet mask. Tapi bagi masyarakat Korea, rutinitas itu bukan sekadar kegiatan fisik, melainkan bentuk penghargaan terhadap diri sendiri.

Setiap langkah dalam skincare routine mereka menggambarkan nilai-nilai kedisiplinan, ketekunan, dan kasih sayang pada tubuh. Charlotte Cho, pakar kecantikan Korea sekaligus pendiri Soko Glam, pernah mengatakan, “Skincare adalah cara mencintai diri sendiri sedikit demi sedikit setiap hari.”

Ungkapan itu mencerminkan pandangan bahwa merawat kulit tidak hanya tentang mempercantik penampilan, tapi juga tentang membangun koneksi antara tubuh dan pikiran.

Bagi banyak perempuan Korea, momen mengoleskan produk ke wajah bisa menjadi waktu refleksi. Saat itulah mereka berhenti sejenak dari kesibukan dan memberikan perhatian penuh pada diri. Di tengah budaya kerja yang kompetitif seperti di Seoul, kebiasaan sederhana ini menjadi bentuk healing yang efektif.

Filosofi “Glass Skin”

Tidak semua bahan kimia dalam skincare pencerah wajah berdampak negatif. (Sumber: Pexels/Moose Photos)
Tidak semua bahan kimia dalam skincare pencerah wajah berdampak negatif. (Sumber: Pexels/Moose Photos)

Istilah “glass skin” sering dipahami sebagai kulit bening dan bercahaya, padahal maknanya lebih dalam. “Glass” di sini menggambarkan kejernihan, bukan hanya fisik tetapi juga mental. Wanita Korea percaya bahwa kulit sehat berasal dari tubuh dan pikiran yang tenang.

Itulah mengapa mereka menekankan pentingnya pola makan seimbang, minum air cukup, tidur teratur, dan menjaga emosi agar tidak mudah stres.

Menurut penelitian dari Seoul National University pada 2022, rutinitas self-care yang konsisten mampu menurunkan tingkat stres hingga 30% dan meningkatkan kepuasan hidup. Artinya, efek dari kebiasaan kecil seperti mencuci muka sebelum tidur atau memakai masker wajah tidak hanya tampak di luar, tapi juga terasa di dalam.

Kebiasaan itu menumbuhkan rasa kontrol terhadap diri sendiri, sesuatu yang sering hilang di tengah kehidupan serba cepat.

Di Indonesia, filosofi ini perlahan ikut diadopsi. Banyak perempuan yang kini memandang skincare sebagai bentuk me time, bukan sekadar tuntutan kecantikan. Self-care menjadi jembatan untuk mencintai diri sendiri dengan cara yang lebih sehat.

Baca Juga: Kala Cinta Tak Secepat Jadwal Keluarga, Realita Film 'Jodoh 3 Bujang'

Dalam budaya Korea, self-love tidak selalu diartikan dengan memanjakan diri secara berlebihan. Justru, ia berakar pada kesederhanaan dan rutinitas yang penuh kesadaran.

Misalnya, mencuci wajah dengan air hangat setiap pagi dianggap sebagai simbol awal yang bersih untuk menjalani hari. Begitu pula dengan kebiasaan memakai masker sebelum tidur, yang sering dianggap sebagai bentuk “ucapan terima kasih” pada kulit setelah beraktivitas seharian.

Self-love juga tampak dalam kebiasaan orang Korea menjaga kesehatan mental mereka. Banyak dari mereka rutin berjalan-jalan di taman, membaca buku, atau menghabiskan waktu di kafe sendirian.

Aktivitas ini bukan karena kesepian, tapi justru bentuk menghargai momen tenang bersama diri sendiri.

Konsep ini mirip dengan ajaran Islam yang menekankan pentingnya menjaga keseimbangan antara tubuh dan jiwa. Rasulullah SAW bersabda, “Sesungguhnya tubuhmu mempunyai hak atasmu.” (HR. Bukhari). Artinya, merawat diri bukan sekadar keinginan, tapi juga kewajiban moral.

Fenomena Korean Wave membuat budaya kecantikan Korea cepat menyebar di berbagai negara, termasuk Indonesia. Banyak perempuan yang mulai memahami bahwa cantik bukan hanya soal makeup, tapi juga bagaimana menjaga kesehatan kulit dan pikiran.

Brand kecantikan lokal pun kini terinspirasi oleh prinsip K-beauty menggunakan bahan alami, memperhatikan tekstur ringan, dan mengedukasi tentang pentingnya rutinitas harian.

Selain itu, munculnya komunitas skincare di media sosial juga memperkuat semangat saling mendukung antarperempuan. Mereka tidak lagi bersaing soal siapa yang paling cantik, tapi saling berbagi pengalaman dan tips merawat diri.

Hal ini menunjukkan perubahan besar dalam cara masyarakat memaknai kecantikan: dari sekadar penampilan menjadi bentuk self-awareness dan empati terhadap diri sendiri.

Namun, tetap penting diingat bahwa tidak semua tren Korea harus diikuti secara membabi buta. Beberapa standar kecantikan, seperti kulit putih sempurna atau wajah kecil, bisa menimbulkan tekanan bagi sebagian orang. Karena itu, nilai utama yang bisa kita ambil adalah filosofi merawat diri dengan cinta, bukan meniru bentuk fisiknya.

Merawat Diri Tanpa Rasa Bersalah

Ilustrasi perempuan sehat. (Sumber: Pexels/Phil Nguyen)
Ilustrasi perempuan sehat. (Sumber: Pexels/Phil Nguyen)

Salah satu hal menarik dari budaya self-care Korea adalah bagaimana mereka mempraktikkan perawatan diri tanpa merasa bersalah. Dalam masyarakat yang sibuk dan menuntut produktivitas tinggi, istirahat sering dianggap sebagai kemalasan.

Namun, orang Korea mengajarkan bahwa merawat diri adalah bagian dari proses menjadi lebih baik. Seperti pepatah mereka, “Jika kamu ingin menyalakan cahaya untuk orang lain, pastikan lilinmu sendiri tidak padam.”

Maknanya sederhana tapi dalam kamu tidak bisa memberi energi positif kalau diri sendiri kelelahan.

Kebiasaan ini bisa kita terapkan dalam kehidupan sehari-hari. Memberi waktu untuk tidur cukup, berjalan tanpa ponsel, atau melakukan skincare dengan niat menghargai diri, semuanya adalah langkah kecil menuju kesejahteraan batin.

Tren kecantikan Korea memang dimulai dari skincare, tapi maknanya jauh lebih luas. Ia mengajarkan bahwa self-care adalah bentuk rasa syukur, bukan sekadar gaya hidup. Merawat kulit berarti menghargai tubuh yang Allah titipkan, sementara menjaga pikiran berarti menjaga hati agar tetap tenang.

Dari budaya ini, kita belajar bahwa kecantikan bukan tentang menyenangkan orang lain, tapi tentang berdamai dengan diri sendiri.

Karena pada akhirnya, kulit glowing tidak akan berarti apa-apa tanpa hati yang bahagia. (*)

Artikel Rekomendasi Untuk Anda

Disclaimer

Tulisan ini merupakan artikel opini yang sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Pandangan yang disampaikan dalam artikel ini tidak mewakili pandangan atau kebijakan organisasi dan redaksi AyoBandung.id.

Ghumaida Tsuraya
find me on instagram @ghumaidaay
Nilai artikel ini
Klik bintang untuk menilai

Berita Terkait

News Update

Beranda 31 Okt 2025, 19:03 WIB

Energi Selamatkan Nyawa: Gas Alam Pertamina Terangi Rumah Sakit di Hiruk Pikuk Kota

PGN sebagai subholding gas Pertamina terus memperluas pemanfaatan gas bumi melalui berbagai inovasi, salah satunya skema beyond pipeline menggunakan CNG.
Instalasi Gizi RSUP Hasan Sadikin. (Sumber: ayobandung.id | Foto: Gilang Fathu Romadhan)
Ayo Netizen 31 Okt 2025, 18:22 WIB

Gunung Puntang, Surga Sejuk di Bandung Selatan yang Sarat Cerita

Gunung Puntang menjadi salah satu destinasi wisata alam yang paling populer di Bandung Selatan.
Suasana senja di kawasan Gunung Puntang, Bandung Selatan. (Sumber: Dokumentasi Penulis | Foto: Naila Salsa Bila)
Ayo Netizen 31 Okt 2025, 17:00 WIB

Kehangatan dalam Secangkir Cerita di Kedai Kopi Athar

Kedai Yang suka dikunjungi mahasiswa UIN SGD 2, tempat refresing otak sehabis belajar.
Kedai Kopi Athar, tempat refresing otak Mahasiswa UIN SGD kampus 2. (Sumber: Dokumentasi Penulis | Foto: Fikri Syahrul Mubarok)
Ayo Netizen 31 Okt 2025, 16:17 WIB

Berhenti Jadi People Pleaser, Yuk Belajar Sayang sama Diri Sendiri!

Jika Anda hidup untuk menyenangkan orang lain, semua orang akan mencintai Anda, kecuali diri Anda sendiri. (Paulo Coelho)
Buku "Sayangi Dirimu, Berhentilah Menyenangkan Semua Orang" (Foto: Penulis)
Ayo Netizen 31 Okt 2025, 16:01 WIB

Santri Jangan Cuma Dirayakan, tapi Dihidupkan

Hari Santri bukan sekadar seremoni. Ia seharusnya menjadi momentum bagi para santri untuk kembali menyalakan ruh perjuangan.
Santri di Indonesia. (Sumber: Unsplash/ Muhammad Azzam)
Ayo Netizen 31 Okt 2025, 14:50 WIB

Sarapan, 'Ritual' yang Sering Terlupakan oleh Mahasiswa Kos

Sarapan yang sering terlupakan bagi anak kos, padahal penting banget buat energi dan fokus kuliah.
Bubur ayam sering jadi menu sarapan umum di Indonesia. (Sumber: Unsplash/ Zaky Hadi)
Ayo Netizen 31 Okt 2025, 14:01 WIB

Balqis Rumaisha, Hafidzah Cilik yang Berprestasi

Sebuah feature yang menceritakan seorang siswi SMP QLP Rabbani yang berjuang untuk menghafal dan menjaga Al-Qur'an.
Balqis Rumaisha saat wawancara di SMP QLP Rabbani (Sumber: Dokumentasi Pribadi Penulis | Foto: Salsabiil Firdaus)
Ayo Netizen 31 Okt 2025, 13:01 WIB

Antara Kebebasan Berpendapat dan Pengawasan Digital: Refleksi atas Kasus TikTok di Indonesia

Artikel ini membahas polemik antara pemerintah Indonesia dan platform TikTok terkait kebijakan pengawasan digital.
Artikel ini membahas polemik antara pemerintah Indonesia dan platform TikTok terkait kebijakan pengawasan digital. (Sumber: Pexels/cottonbro studio)
Ayo Netizen 31 Okt 2025, 11:12 WIB

Self-Care ala Korea: dari Rutinitas Skincare ke Gaya Hidup Positif

Glowing bukan cuma dari skincare, tapi juga dari hati yang tenang.
Penggunaan skincare rutin sebagai bentuk mencintai diri sendiri. (Sumber: Pexels/Rheza Aulia)
Ayo Jelajah 31 Okt 2025, 09:46 WIB

Hikayat Pembubaran Diskusi Ultimus, Jejak Paranoia Kiri di Bandung

Kilas balik pembubaran diskusi buku di Toko Buku Ultimus Bandung tahun 2006, simbol ketegangan antara kebebasan berpikir dan paranoia anti-komunis.
Ilustrasi pembubaran diskusi di Ultimus Bandung.
Ayo Netizen 31 Okt 2025, 09:39 WIB

Kala Cinta Tak Secepat Jadwal Keluarga, Realita Film 'Jodoh 3 Bujang'

Kisah tiga bersaudara yang harus menikah bersamaan demi tradisi.
Salah satu adegan di film 'Jodoh 3 Bujang'. (Sumber: Instagram/Jodoh 3 Bujang)
Ayo Jelajah 31 Okt 2025, 08:38 WIB

Hikayat Janggal Pembunuhan Brutal Wanita Jepang Istri Pengacara di Bandung

Polisi menemukan jasadnya dengan pisau masih menancap. Tapi siapa pembunuhnya? Dua dekade berlalu, jawabannya hilang.
Ilustrasi (Sumber: Shutterstock)
Ayo Netizen 31 Okt 2025, 07:50 WIB

Menepi Sejenak Menikmati Sore di Bandung Utara

Kamakarsa Garden adalah salah satu tempat yang bisa dikunjungi di daerah Bandung Utara untuk sejenak menepi dari hingar-bingar perkotaan.
Kamakarsa Garden (Sumber: Dokumentasi Penulis | Foto: Dias Ashari)
Ayo Netizen 30 Okt 2025, 19:42 WIB

Perempuan Pemuka Agama, Kenapa Tidak?

Namun sejarah dan bahkan tradisi suci sendiri, tidak sepenuhnya kering dari figur perempuan suci.
Dalam Islam, Fatimah az-Zahra, putri Nabi, berdiri sebagai teladan kesetiaan, keberanian, dan pengetahuan. (Sumber: Pexels/Mohamed Zarandah)
Beranda 30 Okt 2025, 19:40 WIB

Konservasi Saninten, Benteng Hidup di Bandung Utara

Hilangnya habitat asli spesies ini diperkirakan telah menyebabkan penurunan populasi setidaknya 50% selama tiga generasi terakhir.
Leni Suswati menunjukkan pohon saninten. (Sumber: ayobandung.id | Foto: Restu Nugraha)
Ayo Biz 30 Okt 2025, 17:33 WIB

Mental Mengemis sebagai Budaya, Bandung dan Jalan Panjang Menuju Kesadaran Sosial

Stigma terhadap pengemis di kota besar seperti Bandung bukan hal baru. Mereka kerap dilabeli sebagai beban sosial, bahkan dianggap menipu publik dengan kedok kemiskinan.
Stigma terhadap pengemis di kota besar seperti Bandung bukan hal baru. Mereka kerap dilabeli sebagai beban sosial, bahkan dianggap menipu publik dengan kedok kemiskinan. (Sumber: Pexels)
Ayo Netizen 30 Okt 2025, 17:24 WIB

Review Non-Spoiler Shutter versi Indonesia: Horor lewat Kamera yang Tidak Biasa

Shutter (2025) adalah sebuah film remake dari film aslinya yang berasal dari Negeri Gajah Putih (Thailand), yaitu Shutter (2004).
Shutter (2025) adalah sebuah film remake dari film aslinya yang berasal dari Negeri Gajah Putih (Thailand), yaitu Shutter (2004). (Sumber: Falcon)
Ayo Netizen 30 Okt 2025, 16:33 WIB

Sastra dan Prekariat: Ketimpangan antara Nilai Budaya dan Realitas Ekonomi

Kehidupan penulis sastra rentan dengan kondisi prekariat, kaum yang rentan dengan kemiskinan.
Para penulis yang mengabdikan diri pada sastra terjebak dalam kondisi prekariat—kelas sosial yang hidup dalam ketidakpastian ekonomi. (Sumber: Pexels/Tima Miroshnichenko)
Ayo Biz 30 Okt 2025, 15:56 WIB

Dorong Kolaborasi dan Literasi Finansial, Sosial Media Meetup Bakal Digelar di Bandung

Indonesia Social Media Network (ISMN) yang digagas Ayo Media Network akan menggelar kegiatan ISMN Meetup 2025 di Bandung, pada 2 Desember 2025 mendatang.
Indonesia Social Media Network (ISMN) yang digagas Ayo Media Network akan menggelar kegiatan ISMN Meetup 2025 di Bandung, pada 2 Desember 2025 mendatang. (Sumber: dok. Indonesia Social Media Network (ISMN))
Ayo Netizen 30 Okt 2025, 15:43 WIB

Gaya Komunikasi Teknokrat

Komunikasi dalam pemerintahan sejatinya dipakai untuk saling mendukung dalam mensukseskan program atau kebijakan pemerintah untuk publik.
Purbaya sebagai seorang figur dan representasi pemerintah, gaya komunikasi menjadi bagian yang tidak kalah pentingnya, dan selalu menjadi sorotan. (Sumber: inp.polri.go.id)