AYOBANDUNG.ID -- Tak semua keputusan besar lahir dari panggung megah. Ada yang bermula dari lembaran keberanian untuk keluar dari zona nyaman, seperti yang dilakukan Yuli Yulianti saat memutuskan meninggalkan karier sembilan tahunnya di industri farmasi.
Keputusannya bukan sekadar soal pindah profesi, melainkan untuk menanamkan visi jangka panjang, dengan mendirikan sebuah brand skincare lokal yang peduli pada kesehatan kulit perempuan Indonesia.
Pada April 2011, bersama dua saudara perempuannya, Neti Sri Wardiyani dan Evy Dewi Sofiawati, Yuli mendirikan Calysta Skincare di Kota Bandung.
Ketiganya datang dari latar belakang keilmuan berbeda, tapi punya mimpi yang sama yakni menghadirkan solusi perawatan wajah yang sehat, aman, dan berkualitas.
“Kami ingin perempuan Indonesia tidak hanya tampil cantik, tapi juga punya kulit wajah yang benar-benar sehat,” ujar Yuli.
Meski awalnya dibangun bersama, pengelolaan Calysta Skincare kemudian diserahkan penuh kepada Yuli. Ia menjadi pemegang kendali segala lini dari penyusunan SOP klinik, pelatihan tim, perancangan harga, pengadaan bahan baku, hingga pembangunan standar layanan.
“Waktu awal berdiri, jumlah karyawan masih sangat sedikit. Saya harus turun langsung mengurus HRD, keuangan, pemasaran, sampai produksi,” kenang Yuli.
Semangat mandirinya bukan sekadar kerja keras, tapi refleksi dari keinginannya memastikan Calysta tumbuh dengan fondasi yang solid. Di tahun-tahun awal, memasarkan brand skincare bukan pekerjaan mudah.
Tren digital marketing belum marak, dan promosi dilakukan lewat cara manual, seperti brosur, spanduk, hingga event kecil di lingkungan lokal. Tantangan lain datang dari tim internal, dengan ritme keluar-masuk karyawan yang tak stabil.
“Saat itu promosi masih sangat offline. Tapi perlahan tapi pasti di tahun pertama mulai terasa stabil, pelanggan bertambah, dan omzet pelan-pelan naik,” kata Yuli.
Alih-alih menyerah, Yuli justru memperkuat pondasi di antaranya dengan pelayanan prima, produk yang teruji, dan edukasi yang terus ia gaungkan.

Kini, Calysta Skincare berkembang pesat dengan 15 cabang yang tersebar di wilayah Jawa Barat dan Jadetabek. Produknya telah tersertifikasi halal dan memenuhi standar CPKB (Cara Pembuatan Kosmetik yang Baik), serta tersedia di platform e-commerce untuk jangkauan lebih luas.
Tak hanya menjual produk, Calysta juga menawarkan treatment perawatan wajah yang dilakukan oleh dokter profesional, menggunakan alat canggih, dan bahan baku premium dari luar negeri. “Beberapa bahan baku ada yang disuplai langsung dari Berlin,” ujar Yuli.
Di sisi lain dalam menghadapi pasar yang kompetitif, Yuli menekankan bahwa inovasi dan layanan adalah kunci agar pelanggan tetap loyal dan Calysta tidak kehilangan relevansi.
“Kita harus terus berinovasi agar konsumen tetap setia dan kita tidak kehilangan pasar,” tegasnya.
Menurut Yuli, pandemi membawa perubahan signifikan. Masyarakat semakin sadar bahwa merawat kulit bukan lagi soal putih, tapi tentang kesehatan, kebebasan dari jerawat, dan perlindungan dari penuaan dini.
“Sekarang perempuan lebih peduli pada perawatan kulit. Pasarnya tumbuh, edukasi pun makin meluas,” ujarnya.
Oleh karena itu bagi Yuli, kunci menghadapi kompetisi bukan sekadar tren, tapi mengidentifikasi keunikan layanan dan memperkuat hal-hal yang sulit ditiru oleh kompetitor. “Pelayanan itu sesuatu yang sangat unik dan tak mudah diduplikasi. Di situlah kekuatan kami,” ujar Yuli.
Calysta Skincare bukan hanya brand kosmetik lokal, namun merupakan wujud dari kerja panjang, keberanian, dan dedikasi seorang perempuan yang percaya bahwa bisnis bisa dibangun dari semangat memberi manfaat. Lewat tangan Yuli, kecantikan kini punya makna baru yakni sehat, sadar, dan bertumbuh bersama.
Informasi Calysta Skincare
Website: https://calystaskincare.co.id
Instagram: https://www.instagram.com/calystaskincare
Tokopedia: https://www.tokopedia.com/cyskinbycalysta
Shopee: https://shopee.co.id/cyskinbycalysta
Link pembelian produk: