Meluncur di Meja Makan: Sushi Konveyor dan Dinamika Kuliner Bandung

Eneng Reni Nuraisyah Jamil
Ditulis oleh Eneng Reni Nuraisyah Jamil diterbitkan Selasa 28 Okt 2025, 14:41 WIB
Jika dulu makanan Jepang identik dengan restoran eksklusif dan sajian formal, kini hadir cara baru yang lebih dinamis dan interaktif yakni sushi konveyor. (Sumber: Ayobandung.id | Foto: Eneng Reni Nuraisyah Jamil)

Jika dulu makanan Jepang identik dengan restoran eksklusif dan sajian formal, kini hadir cara baru yang lebih dinamis dan interaktif yakni sushi konveyor. (Sumber: Ayobandung.id | Foto: Eneng Reni Nuraisyah Jamil)

AYOBANDUNG.ID -- Bandung sedang mengalami pergeseran selera kuliner. Jika dulu makanan Jepang identik dengan restoran eksklusif dan sajian formal, kini hadir cara baru yang lebih dinamis dan interaktif yakni sushi konveyor. Di atas ban berjalan, potongan sushi meluncur perlahan, menawarkan pengalaman makan yang tak hanya praktis, tetapi juga menyenangkan secara visual.

Konsep ini dikenal sebagai kaiten sushi, pertama kali diperkenalkan di Jepang pada akhir 1950-an. Di Bandung, tren ini mulai terlihat sejak 2023 dan terus berkembang hingga 2025, seiring meningkatnya minat masyarakat terhadap budaya Jepang. Berdasarkan data Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Kota Bandung, jumlah restoran bertema Jepang meningkat 17% dalam dua tahun terakhir, dengan sebagian besar mengadopsi elemen visual seperti sushi konveyor.

Sistem ini memungkinkan pelanggan memilih langsung sushi yang lewat di depan mereka, tanpa perlu memesan kepada pelayan. Selain efisien, cara ini juga memberi kebebasan dan rasa penasaran dan bertanya-tanya apa yang akan lewat berikutnya? Bagi generasi muda yang gemar membagikan momen makan di media sosial, sushi konveyor menjadi daya tarik tersendiri.

Salah satu restoran yang mengadopsi konsep ini adalah Sushi Republic. Meski bukan satu-satunya, restoran ini menjadi contoh bagaimana sushi konveyor bisa dikombinasikan dengan layanan all you can eat (AYCE) grill dan shabu-shabu dalam satu tempat. “Saya pengennya orang makan Grill, Shabu, Sushi di satu tempat aja,” ujar Owner Sushi Republic, Kenny saat ditemui Ayobandung.

Namun, fenomena sushi konveyor tidak berhenti pada satu nama. Beberapa restoran lain di kawasan Dago, Cihampelas, dan Buah Batu mulai mengembangkan sistem serupa, bahkan dengan inovasi tambahan seperti pemesanan digital dan conveyor bertingkat. Menurut BPS Jawa Barat, sektor penyediaan makanan dan minuman di Bandung tumbuh 6,2% pada 2024, sebagian besar didorong oleh restoran tematik dan pengalaman makan yang unik.

Harga sushi konveyor di Bandung cukup bervariasi, mulai dari Rp3.000 hingga Rp80.000 per piring. Beberapa restoran menawarkan promo Rp10.000 untuk item tertentu, menjadikan tren ini tidak hanya menarik secara visual tetapi juga terjangkau bagi berbagai kalangan.

Selain sushi, restoran Jepang di Bandung juga mulai menggabungkan elemen lokal seperti sambal atau topping khas Sunda untuk menarik pasar domestik. Hal ini menunjukkan bahwa tren kuliner Jepang tidak hanya soal adopsi budaya, tetapi juga soal adaptasi dan inovasi.

Disbudpar Kota Bandung mencatat bahwa wisata kuliner menjadi alasan utama kunjungan wisatawan domestik ke kota ini. Dari 8,5 juta wisatawan yang tercatat pada 2024, lebih dari 60% menyebut kuliner sebagai daya tarik utama. Sushi konveyor menjadi bagian dari narasi ini, sebuah bukti bahwa makan kini bukan hanya soal rasa, tetapi juga soal pengalaman.

Interior restoran yang mengusung konsep ini pun dirancang sedemikian rupa dengan desain minimalis, terang, dan bersih, dengan sentuhan Jepang modern. Musik latar khas Tokyo dan pencahayaan lembut menambah kesan otentik yang membuat pengunjung betah berlama-lama.

Beberapa restoran bahkan menambahkan elemen edukatif seperti informasi jenis ikan, asal bahan, dan cara makan sushi yang benar. Informasi ini menjadikan sushi konveyor bukan hanya gaya makan, tetapi juga pintu masuk ke pemahaman budaya Jepang yang lebih dalam.

Dengan jam operasional fleksibel, biasanya pukul 10.00–22.00 WIB, restoran sushi konveyor di Bandung menjadi pilihan ideal untuk makan siang, makan malam, atau sekadar nongkrong santai. Lokasinya pun strategis, berada di pusat keramaian dan mudah diakses oleh kendaraan pribadi maupun transportasi umum.

Tren ini diperkirakan akan terus berkembang, terutama dengan dukungan teknologi dan perubahan gaya hidup masyarakat urban. Sushi konveyor bukan lagi sekadar cara makan, tetapi simbol dari bagaimana Bandung terus berinovasi dalam dunia kuliner.

“Saya ingin orang datang bukan hanya untuk makan, tapi untuk merasakan pengalaman kuliner Jepang yang lengkap dan menyenangkan,” pungkas Kenny.

Alternatif kuliner Bandung atau produk serupa:

  1. https://s.shopee.co.id/30fiqNo3jk
  2. https://s.shopee.co.id/7Koi0MoPib
  3. https://s.shopee.co.id/7pkybIzJ0Z
  4. https://s.shopee.co.id/2LQ23EbaIy
Nilai artikel ini
Klik bintang untuk menilai

Berita Terkait

News Update

Ayo Netizen 28 Okt 2025, 20:54 WIB

Menengok Penderitaan dalam Kacamata Agama-Agama

Benarkah agama-agama mengajarkan bahwa penderitaan adalah kesalahan pribadi atau bukti lemahnya iman?
Ilustrasi orang dengan gangguan kesehatan mental. (Sumber: Pexels/Nothing Ahead)
Ayo Jelajah 28 Okt 2025, 18:13 WIB

Sejarah Panjang ITB, Kampus Insinyur Impian Kolonial Tanah Tropis

Technische Hoogeschool te Bandoeng berdiri tahun 1920 sebagai sekolah teknik pertama di Hindia Belanda, cikal bakal ITB dan lahirnya insinyur pribumi seperti Sukarno.
Peresmian Technische Hoogeschool te Bandung (THS) 3 Juli 1920. (Foto: KITLV)
Ayo Biz 28 Okt 2025, 17:52 WIB

Langkah Kecil, Dampak Besar: Gaya Hidup Sehat Menjadi Gerakan Sosial di Bandung

Gaya hidup sehat di Bandung tidak hanya dipicu oleh kesadaran individu, tetapi juga oleh ekosistem kota yang mendukung.
Gaya hidup sehat di Bandung tidak hanya dipicu oleh kesadaran individu, tetapi juga oleh ekosistem kota yang mendukung. (Sumber: Ist)
Ayo Netizen 28 Okt 2025, 17:13 WIB

Mahasiswa Boleh Sibuk, tetapi Jangan Lupa Bahagia

Di balik jadwal padat, tugas menumpuk, dan tuntutan produktivitas, banyak mahasiswa yang diam-diam berjuang melawan stres dan kelelahan mental.
Ilustrasi mahasiswa di Indonesia. (Sumber: Pexels/Dio Hasbi Saniskoro)
Ayo Biz 28 Okt 2025, 16:06 WIB

Rebo Nyunda di Cikapundung, Menjaga Napas Budaya Sunda di Tengah Deru Modernisasi

Rebo Nyunda bukan sekadar pertunjukan, program ini adalah gerakan akar rumput yang lahir dari keresahan akan lunturnya identitas budaya Sunda.
Cikapundung Riverspot, yang biasanya dipadati wisatawan dan pejalan kaki, menjelma menjadi panggung terbuka bagi warisan leluhur yakni Rebo Nyunda. (Sumber: Ayobandung.id | Foto: Eneng Reni Nuraisyah Jamil)
Ayo Jelajah 28 Okt 2025, 16:05 WIB

Hikayat Cipaganti Group, Raksasa Transportasi Bandung yang Tumbang Diguncang Skandal

Dari garasi kecil di Jalan Cipaganti, lahir raksasa transportasi yang pernah kuasai Jawa Barat. Tapi skandal finansial membuatnya tumbang tragis.
Travel Cipaganti
Ayo Biz 28 Okt 2025, 14:41 WIB

Meluncur di Meja Makan: Sushi Konveyor dan Dinamika Kuliner Bandung

Jika dulu makanan Jepang identik dengan restoran eksklusif dan sajian formal, kini hadir cara baru yang lebih dinamis dan interaktif yakni sushi konveyor.
Jika dulu makanan Jepang identik dengan restoran eksklusif dan sajian formal, kini hadir cara baru yang lebih dinamis dan interaktif yakni sushi konveyor. (Sumber: Ayobandung.id | Foto: Eneng Reni Nuraisyah Jamil)
Ayo Netizen 28 Okt 2025, 13:59 WIB

Dari Mimbar Kecil di Tasikmalaya sampai ke TVRI Bandung

Di era digital yang serba cepat, Ustaz Atus hadir sebagai sosok pendakwah yang mampu menyentuh hati lewat layar.
Dakwah di program TVRI Bandung "Cahaya Qolbu" (Foto: Tim TVRI Bandung)
Ayo Netizen 28 Okt 2025, 12:25 WIB

Perkawinan (Cinta) Beda Agama: Mangu, Peri Cintaku, Realitas Sosial, SEMA 2/2023, dan Bhinneka Tunggal Ika

Di lagu-lagu itu, cinta beda agama hampir selalu digambarkan seperti relasi yang seru tapi mustahil, so far selalu romantis tapi terlarang.
Ilustrasi pasangan menikah. (Sumber: Pexels/Danu Hidayatur Rahman)
Ayo Netizen 28 Okt 2025, 11:24 WIB

Maskulinitas dan Isu Pelecehan Seksual terhadap Laki-Laki

Ada yang luput dari perhatian yaitu pelecehan seksual terhadap laki-laki.
Isu pelecehan seksual umumnya terjadi kepada perempuan. Namun ada satu hal yang luput dari perhatian serta pengakuan masyarakat bahwa laki-laki pun berpotensi mengalami pelecehan seksual. (Sumber: Freepik)
Ayo Netizen 28 Okt 2025, 10:16 WIB

'The Way Home' dan Keberanian Melawan Penyesalan

Sebuah drama keluarga Tiongkok tentang penyesalan, tradisi, dan keberanian untuk pulang.
Poster film "The Way Home". (Sumber: IMDB)
Ayo Netizen 28 Okt 2025, 09:04 WIB

Secuil tentang Psikologi Agama

Psikologi agama selalu berhasil bikin kangen menyelam ke dunianya lagi.
Anak-anak beragama Islam sedang mengaji di masjid. (Sumber: Pexels/Hera hendrayana)
Ayo Netizen 28 Okt 2025, 06:13 WIB

Seperti Kita, Gie Juga Manusia Biasa

Soe Hok-gie, seorang aktivis keturunan Tionghoa yang hidupnya terasing seiring dirinya semakin berani dalam menyampaikan kritiknya kepada pemerintah.
Poster film GIE (2005). (Sumber: IMDB)
Ayo Biz 27 Okt 2025, 20:13 WIB

Dari Pohon Keramat ke Camilan Kekinian, Nurhaeti Menyulap Daun Kelor Jadi Pangan Bernutrisi

Dikenal sebagai tanaman mistis, Nurhaeti mengolah daun kelor menjadi aneka panganan bernutrisi mulai dari cheese stick, bolu, keripik pisang, hingga cookies.
Nurhaeti, warga Cinunuk, yang sejak 2015 mengolah daun kelor menjadi aneka panganan bernutrisi. (Sumber: Ayobandung.id | Foto: Mildan Abdalloh)
Ayo Biz 27 Okt 2025, 19:36 WIB

Bandung Menuju Transportasi Publik Berkelas: Menelisik Potensi Metro Jabar Trans dan Feeder MJT

Kemacetan yang kian parah, dominasi kendaraan pribadi, serta keterbatasan infrastruktur menjadi momok yang menggerus kualitas hidup warga Bandung.
Kehadiran Metro Jabar Trans (MJT) dan feeder MJT, sebuah inisiatif ambisius yang digadang-gadang mampu merevolusi sistem transportasi publik Bandung Raya. (Sumber: Ayobandung.id | Foto: Kavin Faza)
Ayo Netizen 27 Okt 2025, 18:03 WIB

Memulangkan Bandung pada Purwadaksina Setelah Absen dalam Daftar 'Kota Hijau'

Kawasan yang kehilangan akar ekologisnya. Terjebak citra kolonial dan ilusi kemajuan, ia lupa pada asalnya. Kini saatnya kembali ke martabat sendiri.
Proses pengerukan sedimentasi Sungai Cikapundung oleh petugas menggunakan alat berat di Kota Bandung. (Sumber: Ayobandung.id | Foto: Kavin Faza)
Ayo Biz 27 Okt 2025, 17:40 WIB

Air Isi Ulang Tanpa Sertifikasi, Celah Regulasi yang Mengancam Kesehatan Publik

SLHS seharusnya menjadi bukti bahwa air yang dijual telah melalui proses yang memenuhi standar kebersihan dan sanitasi.
Ilustrasi air minum. (Sumber: Freepik)
Ayo Netizen 27 Okt 2025, 17:04 WIB

Indisipliner, Hukuman, dan Perlawanan: Mengurai Benang Kusut Disiplin Sekolah

Sebuah analisis tentang pergeseran makna kenakalan remaja, solidaritas buta, dan tantangan yang dihadapi guru.
 (Sumber: Gemini AI Generates)
Ayo Jelajah 27 Okt 2025, 16:32 WIB

Sejarah Lapas Sukamiskin Bandung, Penjara Intelektual Pembangkang Hindia Belanda

Lapas Sukamiskin di Bandung dulu dibangun untuk kaum intelektual pembangkang Hindia Belanda. Kini, ia jadi rumah mewah bagi koruptor.
Lapas Sukamiskin.
Ayo Netizen 27 Okt 2025, 16:29 WIB

Problem Deforestasi Mikro Kota Bandung

Deforestasi mikro di Kota Bandung makin sering terjadi. Ujungnya, suhu kota merangkak naik. Malam terasa lebih hangat.
Hutan Kota Babakan Siliwangi, Kota Bandung. (Sumber: Ayobandung.id | Foto: Irfan Al-Faritsi)