AYOBANDUNG.ID -- Di tengah derasnya arus modernisasi kuliner, Gulapadi memilih jalan berbeda yakni dengan mempertahankan cita rasa nusantara, khususnya kuliner Jawa Barat, sebagai identitas utama.
Kehadirannya di Bandung bukan sekadar ekspansi bisnis, melainkan sebuah komitmen untuk menjaga warisan rasa yang sering kali terpinggirkan oleh tren makanan instan dan global.
Sejak berdiri pada 2021, Gulapadi membawa filosofi sederhana namun mendalam yaitu makanan tradisional bukan hanya soal perut kenyang, melainkan tentang memori, identitas, dan kebersamaan.

Nama “Gulapadi” yang terinspirasi dari gula dan padi, dua simbol pokok kehidupan masyarakat Indonesia, menjadi penanda bahwa setiap sajian adalah bagian dari perjalanan menjaga tradisi.
Bandung, dengan reputasinya sebagai kota kreatif, menjadi panggung ideal bagi Gulapadi untuk menegaskan bahwa kuliner tradisional tetap relevan. Di tengah kafe modern dan restoran internasional, Gulapadi hadir sebagai rumah rasa, tempat di mana nasi uduk, lontong kari, mi dokdok, hingga cipuk Banjar kembali menemukan ruangnya.
Head of Marketing PT Kolega Group Indonesia Kasyfi Mohamad menjelaskan, menu-menu ini bukan sekadar hidangan, melainkan representasi kekayaan kuliner Jawa Barat yang diwariskan lintas generasi.

“Bandung adalah kota dengan energi kreatif dan budaya kuliner yang kuat. Dari pembukaan Gulapadi Bandung ini, kami ingin menghadirkan kehangatan rasa nusantara sebagai rumah sarapan dan tempat berkumpul baru di tengah Kota Bandung,” ujar Kasyfi.
Semangat mempertahankan kuliner tradisional ini sejalan dengan data resmi Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, yang mencatat subsektor kuliner menyumbang lebih dari 40 persen kontribusi ekonomi kreatif nasional.
Jawa Barat sendiri dikenal sebagai salah satu provinsi dengan keragaman kuliner terbesar, dari sajian berbasis beras hingga olahan rempah yang khas. Fakta ini menegaskan bahwa menjaga kuliner tradisional bukan hanya nostalgia, tetapi juga strategi ekonomi yang berkelanjutan.

Gulapadi membaca peluang ini dengan menghadirkan menu yang otentik, namun tetap adaptif. Donat khas Gulapadi, misalnya, menjadi simbol bagaimana tradisi bisa dikemas ulang tanpa kehilangan ruhnya. Sementara nasi goreng kampung dan mi Aceh menjadi pengingat bahwa cita rasa lokal mampu bersaing dengan kuliner global.
Lebih dari sekadar warung makan, Gulapadi, kata Kasyfi, ingin menjadi ruang pertemuan budaya. Kolaborasi dengan Serhaya, ruang komunitas kreatif di Bandung, memperkuat posisi Gulapadi sebagai penjaga tradisi sekaligus penghubung generasi muda dengan akar kuliner mereka.
Dengan harga yang ramah di kantong, Kasyfi menjelaskan, Gulapadi membuka akses luas bagi pelajar, mahasiswa, hingga komunitas untuk kembali merasakan kuliner tradisional. Strategi ini bukan hanya soal bisnis, tetapi juga tentang regenerasi: memastikan bahwa generasi muda mengenal, mencintai, dan melanjutkan tradisi kuliner Jawa Barat.

“Kami berharap, Gulapadi bisa menjadi tempat pulang bagi yang rindu rumah lewat menu-menu yang disajikan di sini. Selain itu, Gulapadi bisa lebih luas mengepakkan sayapnya ke banyak kota di Indonesia agar ada lebih banyak orang yang menikmatinya,” ujar Kasyfi.
Alternatif UMKM Kuliner Jawa Barat atau produk serupa:
