Jadongnisme: Didik Rakyat dengan Pergerakan, Didik Penguasa dengan Perlawanan

Dias Ashari
Ditulis oleh Dias Ashari diterbitkan Rabu 03 Sep 2025, 19:09 WIB
Kaos yang Digunakan Kaesang Saat Blusukan (Sumber: Instagram | Uncorrupted.store)

Kaos yang Digunakan Kaesang Saat Blusukan (Sumber: Instagram | Uncorrupted.store)

Jadongnisme adalah sebuah istilah yang pertama kali saya dengar dari pernyataan Okky Madasari saat menyoroti kasus Kaesang Pangarep yang mengenakan kaus bertuliskan "Putra Mulyono".

Penggunaan simbol tersebut menyiratkan bahwa Kaesang seolah mentertawakan kritik yang disampaikan oleh publik. Di mana saat itu Mulyono membuat kebijakan yang berusaha memenangkan Kaesang untuk menyalonkan diri sebagai Gubernur.

Menurut Okky Madasari istilah jadong pertamakali diperkenalkan oleh Guru Besar Sosiologi asal Malaysia bernama Syed Hussein Alatas. Jadong merupakan kepanjangan dari jahat, bodoh dan sombong.

Bahkan sebelum jadong muncul, istilah bebalisme sudah lebih dulu diperkenalkan oleh Syed Hussein yang merepresentasikan bagaimana kondisi pemerintah yang tidak hanya bodoh tapi mereka sengaja untuk tidak mendengar suara masyarakat dan memiliki arogansi serta delusional.

Di Indonesia sendiri, jadongnisme sudah menyebar secara sistematis di kalangan para pejabat. Bahkan menurut penuturan Okky Madasari, jadongnisme juga sudah menyebar ke ranah institusi dan individu yang berada dalam kelompok masyarakat.

Jadongnisme muncul karena para penguasa tidak terlalu dekat dengan kegiatan membaca. Seolah sepele tapi membaca itu penting, tidak hanya sebagai sumber intektulitas tapi juga bisa melihat gambaran fakta-fakta apa saja yang muncul di lapangan. Membaca buku juga menumbuhkan sisi humanis dalam diri manusia, salah satunya rasa simpati dan empati.

Tidak heran ketika hari ini para penguasa jauh dari kegiatan tersebut, bahkan wakil presiden Kaesang pun menyatakan bahwa dirinya tidak membaca buku. Jauhnya penguasa dari aktivitas membaca buku menjadikan mereka tidak mampu menganalisis masalah dengan objektif dan merefleksikan persoalan yang ada, sehingga seringkali membuat kebijakan yang asal-asalan dan berbicara asal bunyi.

Tak heran juga jika para penguasa tidak bisa berempati terhadap rakyat, saat rakyat menjerit, mereka para penguasa justru menaikan gaji sambil meresponnya dengan kegiatan joget-joget.

Sudewo Manifestasi Jadong

Menurut Okky Bupati Sudewo merupakan manifestasi dari pemimpin yang memiliki kriteria jadong. Kenaikan pajak yang diberlakukan oleh Sudewo merupakan sebuah kejahatan karena dikeluarkan tanpa adanya diskusi dan sosialisasi kepada masyarakat.

Kejahatan tersebut dibuat serta-merta untuk memeras dan menambah penderitaan rakyat. Sementara manisfestasi kebodohan adalah ketika Sudewo sebagai pemimpin Pati tidak memahami konteks bahwa di negara demokrasi, masyarakat itu tuan dan pemimpin adalah mereka yang melayani kepentingan rakyat.

Sudewo lupa bahwa dirinya dipilih oleh rakyat sekaligus bisa kapan saja digulingkan oleh rakyat. Sudewo juga sombong karena ketika dikritik oleh masyarakat, dirinya justru menantang yang mengakibatkan perlawanan aksi demo pada 13 Agustus 2025.

Polemik Anggota DPRD yang Menjadi Contoh Jadongnisme

Kondisi Gedung DPRD Jabar pasca demonstrasi. (Sumber: Ayobandung | Foto: Irfan Al Faritsi)
Kondisi Gedung DPRD Jabar pasca demonstrasi. (Sumber: Ayobandung | Foto: Irfan Al Faritsi)

Di tengah pernyataan para menteri yang menuai kontroversi, rasanya para anggota dewan DPRD tidak belajar dari fenomena tersebut. Saat media menyebarkan berita kenaikan gaji dan tunjangan, masyarakat banyak menentang kebijakan tersebut.

Beberapa reaksi anggota dewan saat dimintai keterangan oleh para wartawan, jawabannya selalu mengejutkan masyarakat dan menuai polemik. Di mulai dari Ahmad Sahroni yang menanggapi pernyataan masyarakat yang ingin membubarkan DPR dengan ucapan "Mental manusia yang begitu adalah mental orang tertolol sedunia. Catat nih, orang yang cuma bilang bubarin DPR itu adalah orang tolol sedunia".

Pernyataan lain datang dari Nafa Urbach, seorang artis tahun 1900-an yang merambah menjadi politisi. Nafa Urbach menanggapi bahwa tunjangan rumah sebesar 50 juta itu bukan bagian dari kenaikan fasilitas, melainkan hanya sebuah kompensasi yang diberikan pemerintah untuk mengganti tunjangan rumah dinas yang sudah tidak diberikan.

Sementara politisi lain dari kalangan artis yaitu Uya Kuya tak luput dari kontroversi ditengah panasnya keadaan politik di Indonesia. Dirinya menanggapi pernyataan masyarakat yang merasa Uya tidak lepas dari "baju keartisannya" dengan merespon "Lah kita Artis. Kita DPR tapi kita artis". Pernyataan tersebut dianggap menunjukkan sisi arogan dari seorang pejabat publik.

Video parodi yang juga dibuat oleh anggota DPR Eko Patrio menuai sorotan netizen. Dalam video tersebut dirinya memparodikan aksi joget yang dilakukan oleh Komisi IV bidang perdagangan dan usaha dengan berjoget dan menggunakan sound horeg.

Semua reaksi dan sikap para anggota dewan di atas menunjukkan bahwa jadongnisme sudah melekat di kalangan para pejabat. Semua pernyataan para anggota dewan yang bersangkutan dinilai nir empati, jauh dari intelektualisme dan penuh arogansi. Pernyataan yang keluar dari mulut para pejabat justru tidak sama sekali merepresentasikan dirinya sebagai seorang pemimpin rakyat.

Adapun akibat dari pernyataan yang keluar asal-asalan tersebut membuat masyarakat marah dan menjarah rumah para anggota dewan hingga rusak tak karuan.

Masyarakat dan Pergerakan

Hari ini semangat dan keberanian masyarakat dalam melawan pemerintahan yang sewenang-wenang sudah mulai banyak digaungkan. Tidak hanya populer pada kalangan menengah seperti mahasiswa dan para aktivis. Hari ini semua kalangan ikut berkontribusi dalam perlawanan.

Mulai dari supir truk yang mengibarkan bendera one piece. Kemudian dalam berbagai aksi demo mulai dari petani, pedagang hingga ibu rumah tangga turut serta turun ke lapangan untuk menentang kebijakan pemerintah yang menyengsarakan masyarakat. Semua kalangan sudah memiliki kesadaran serta keberanian untuk melawan.

Menurut Okky Madasari ini adalah sebuah berkah karena tanpa harus menggaungkan legilitarian, pergerakan di masyarakat sudah mulai meresap secara natural. Mengambil pernyataan sejarah intelektual Indonesia, Marco Kartodikromo dalam tulisannya "Didik rakyat dengan pergerakan, Didik penguasa dengan perlawan".

Keberanian masyarakat untuk melawan baru-baru ini menunjukkan bahwa masyarakat sudah memiliki kesadaran. Masyarakat juga sudah paham apa saja yang menjadi hak mereka dan memainkan peran yang seharusnya dilakukan.

Fase perlawanan kreatif yang dilakukan masyarakat melalui pengibaran bendera one piece bukan sekedar perlawanan tapi bentuk ekspresi kreatif yang bisa bermanifestasi lebih banyak dalam menumbukan kesadaran pada masyarakat. Terlebih peran media sosial juga ikut menjadi kunci terjadinya gerakan perlawanan secara besar-besaran yang terjadi di Indonesia.

Apakah di situasi pernyataan Indonesia gelap bermunculan ? aksi gerakan ini justru akan menjadi optimisme karena bermunculannya generasi yang berkesadaran dan tumbuhnya aksi perlawanan dalam masyarakat.

Didik Penguasa dengan Perlawanan

Menurut Marco, penguasa hanya bisa dididik dengan perlawanan. Dengan demikian mereka bisa mengoreksi diri dan tahu bagaimana posisi mereka dalam masyarakat.

Penguasa harus menyadari bahwa mereka bukan seorang raja yang bisa semena-mena memeras masyarakat dengan membayar upeti. Justru mereka adalah pemimpin yang dipercaya rakyat untuk melayani semua kebutuhannya.

Melalui aksi demo yang dilakukan masyarakat menjadi bukti nyata bahwa penguasa seharusnya dididik melalui perlawanan. Hal ini juga menjadi perhatian dan pengingat bagi para penguasa bahwa mereka tidak lagi hidup di era politik abad ke-19.

Hari ini politik abad ke-20 yang dipenuhi dengan era media sosial, membuat para penguasa harus banyak mengontrol setiap ucapan, langkah dan kebijakan yang diperbuat. (*)

Artikel Rekomendasi Untuk Anda

Disclaimer

Tulisan ini merupakan artikel opini yang sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Pandangan yang disampaikan dalam artikel ini tidak mewakili pandangan atau kebijakan organisasi dan redaksi AyoBandung.id.

Dias Ashari
Tentang Dias Ashari
Menjadi Penulis, Keliling Dunia dan Hidup Damai Seterusnya...
Nilai artikel ini
Klik bintang untuk menilai

Berita Terkait

News Update

Beranda 13 Des 2025, 20:36 WIB

Arif Budianto dari Ayobandung.id Raih Juara 1 Nasional AJP 2025, Bukti Kualitas Jurnalisme Lokal

Arif Budianto, jurnalis dari Ayobandung.id, tampil gemilang dengan meraih Juara 1 Nasional Kategori Tulis Bisnis sekaligus Juara 1 Regional Jawa Bagian Barat dalam AJP 2025.
Arif Budianto, jurnalis dari Ayobandung.id, tampil gemilang dengan meraih Juara 1 Nasional Kategori Tulis Bisnis sekaligus Juara 1 Regional Jawa Bagian Barat dalam AJP 2025. (Sumber: Ayobandung.id)
Ayo Biz 13 Des 2025, 17:34 WIB

Jawa Barat Siapkan Distribusi BBM dan LPG Hadapi Lonjakan Libur Nataru

Mobilitas tinggi, arus mudik, serta destinasi wisata yang ramai menjadi faktor utama meningkatnya konsumsi Bahan Bakar Minyak (BBM) dan Liquefied Petroleum Gas (LPG).
Ilustrasi. Mobilitas tinggi, arus mudik, serta destinasi wisata yang ramai menjadi faktor utama meningkatnya konsumsi Bahan Bakar Minyak (BBM) dan Liquefied Petroleum Gas (LPG). (Sumber: Ayobandung.id | Foto: Eneng Reni Nuraisyah Jamil)
Ayo Biz 13 Des 2025, 14:22 WIB

Di Balik Gemerlap Belanja Akhir Tahun, Seberapa Siap Mall Bandung Hadapi Bencana?

Lonjakan pengunjung di akhir tahun membuat mall menjadi ruang publik yang paling rentan, baik terhadap kebakaran, kepadatan, maupun risiko teknis lainnya.
Lonjakan pengunjung di akhir tahun membuat mall menjadi ruang publik yang paling rentan, baik terhadap kebakaran, kepadatan, maupun risiko teknis lainnya. (Sumber: Ayobandung.id | Foto: Eneng Reni Nuraisyah Jamil)
Ayo Netizen 12 Des 2025, 21:18 WIB

Menjaga Martabat Kebudayaan di Tengah Krisis Moral

Kebudayaan Bandung harus kembali menjadi ruang etika publik--bukan pelengkap seremonial kekuasaan.
Kegiatan rampak gitar akustik Revolution Is..di Taman Cikapayang
Ayo Netizen 12 Des 2025, 19:31 WIB

Krisis Tempat Parkir di Kota Bandung Memicu Maraknya Parkir Liar

Krisis parkir Kota Bandung makin parah, banyak kendaraan parkir liar hingga sebabkan macet.
Rambu dilarang parkir jelas terpampang, tapi kendaraan masih berhenti seenaknya. Parkir liar bukan hanya melanggar aturan, tapi merampas hak pengguna jalan, Rabu (3/12/25) Alun-Alun Bandung. (Sumber: Dokumentasi Penulis | Foto: Ishanna Nagi)
Ayo Netizen 12 Des 2025, 19:20 WIB

Gelaran Pasar Kreatif Jawa Barat dan Tantangan Layanan Publik Kota Bandung

Pasar Kreatif Jawa Barat menjadi pengingat bahwa Bandung memiliki potensi luar biasa, namun masih membutuhkan peningkatan kualitas layanan publik.
Sejumlah pengunjung memadati area Pasar Kreatif Jawa Barat di Jalan Pahlawan No.70 Kota Bandung, Rabu (03/12/2025). (Foto: Rangga Dwi Rizky)
Ayo Jelajah 12 Des 2025, 19:08 WIB

Hikayat Paseh Bandung, Jejak Priangan Lama yang Diam-diam Punya Sejarah Panjang

Sejarah Paseh sejak masa kolonial, desa-desa tua, catatan wisata kolonial, hingga transformasinya menjadi kawasan industri tekstil.
Desa Drawati di Kecamatan Paseh. (Sumber: YouTube Desa Drawati)
Ayo Netizen 12 Des 2025, 18:57 WIB

Kota untuk Siapa: Gemerlap Bandung dan Sunyi Warga Tanpa Rumah

Bandung sibuk mempercantik wajah kota, tapi lupa menata nasib warganya yang tidur di trotoar.
Seorang tunawisma menyusuri lorong Pasar pada malam hari (29/10/25) dengan memanggul karung besar di Jln. ABC, Braga, Sumur Bandung, Kota Bandung. (Foto: Rajwaa Munggarana)
Ayo Netizen 12 Des 2025, 17:53 WIB

Hubungan Diam-Diam antara Matematika dan Menulis

Penjelasan akan matematika dan penulisan memiliki hubungan yang menarik.
Matematika pun memerlukan penulisan sebagai jawaban formal di perkuliahan. (Sumber: Dok. Penulis | Foto: Caroline Jessie Winata)
Ayo Netizen 12 Des 2025, 16:44 WIB

Banjir Orderan Cucian Tarif Murah, Omzet Tembus Jutaan Sehari

Laundrypedia di Kampung Sukabirus, Kabupaten Bandung, tumbuh cepat dengan layanan antar-jemput tepat waktu dan omzet harian lebih dari Rp3 juta.
Laundrypedia hadir diperumahan padat menjadi andalan mahasiswa, di kampung Sukabirus, Kabupaten Bandung, Kamis 06 November 2025. (Sumber: Fadya Rahma Syifa | Foto: Fadya Rahma Syifa)
Ayo Netizen 12 Des 2025, 16:29 WIB

Kedai Kekinian yang Menjadi Tempat Favorit Anak Sekolah dan Mahasiswa Telkom University

MirukiWay, UMKM kuliner Bandung sejak 2019, tumbuh lewat inovasi dan kedekatan dengan konsumen muda.
Suasana depan toko MirukiWay di Jl. Sukapura No.14 Desa Sukapura, Kecamatan Dayeuhkolot, Kabupaten Bandung, Selasa, (28/10/2025). (Sumber: Dokumentasi Penulis | Foto: Nasywa Hanifah Alya' Al-Muchlisin)
Ayo Netizen 12 Des 2025, 15:53 WIB

Bandung Kehilangan Arah Kepemimpinan yang Progresif

Bandung kehilangan kepemimpinan yang progresif yang dapat mengarahkan dan secara bersama-sama menyelesaikan permasalahan yang kompleks.
Wali Kota Bandung, Muhammad Farhan, meninjau lokasi banjir di kawasan Rancanumpang. (Sumber: Humas Pemkot Bandung)
Ayo Netizen 12 Des 2025, 15:31 WIB

Tren Olahraga Padel Memicu Pembangunan Cepat Tanpa Menperhitungkan Aspek Keselamatan Jangka Panjang?

Fenomena maraknya pembangunan lapangan padel yang tumbuh dengan cepat di berbagai kota khususnya Bandung.
Olahraga padel muncul sebagai magnet baru yang menjanjikan, bukan hanya bagi penggiat olahraga, tapi juga bagi pelaku bisnis dan investor. (Sumber: The Grand Central Court)
Beranda 12 Des 2025, 13:56 WIB

Tekanan Biological Clock dan Ancaman Sosial bagi Generasi Mendatang

Istilah biological clock ini digunakan untuk menggambarkan tekanan waktu yang dialami individu, berkaitan dengan usia dan kemampuan biologis tubuh.
Perempuan seringkali dituntut untuk mengambil keputusan berdasarkan pada tekanan sosial yang ada di masyarakat. (Sumber: Unsplash | Foto: Alex Jones)
Ayo Netizen 12 Des 2025, 13:39 WIB

Jalan Kota yang Redup, Area Gelap Bandung Dibiarkan sampai Kapan?

Gelapnya beberapa jalan di Kota Bandung kembali menjadi perhatian pengendara yang berkendara di malam hari.
Kurangnya Pencahayaan di Jalan Terusan Buah Batu, Kota Bandung, pada Senin, 1 Desember 2025 (Sumber: Dok. Penulis| Foto: Zaki)
Ayo Netizen 12 Des 2025, 12:56 WIB

Kegiatan Literasi Kok Bisa Jadi Petualangan, Apa yang Terjadi?

Kegiatan literasi berubah menjadi petualangan tak terduga, mulai dari seminar di Perpusda hingga jelajah museum.
Kegiatan literasi berubah menjadi petualangan tak terduga, mulai dari seminar di Perpusda hingga jelajah museum. (Dokumentasi Penulis)
Ayo Netizen 12 Des 2025, 10:28 WIB

Bandung Punya Banyak Panti Asuhan, Mulailah Berbagi dari yang Terdekat

Bandung memiliki banyak panti asuhan yang dapat menjadi ruang berbagi bagi warga.
Bandung memiliki banyak panti asuhan yang dapat menjadi ruang berbagi bagi warga. (Dokumentasi Penulis)
Ayo Netizen 12 Des 2025, 09:20 WIB

Menikmati Bandung Malam Bersama Rib-Eye Meltique di Justus Steakhouse

Seporsi Rib-Eye Meltique di Justus Steakhouse Bandung menghadirkan kehangatan, aroma, dan rasa yang merayakan Bandung.
Ribeye Meltique, salah satu menu favorit di Justus Steakhouse. (Sumber: Dokumentasi Pribadi | Foto: Seli Siti Amaliah Putri)
Ayo Netizen 12 Des 2025, 09:12 WIB

Seboeah Tjinta: Surga Coquette di Bandung

Jelajahi Seboeah Tjinta, kafe hidden gem di Cihapit yang viral karena estetika coquette yang manis, spot instagramable hingga dessert yang comforting.
Suasana Seboeah Tjinta Cafe yang identik dengan gaya coquette yang manis. (Foto: Nabella Putri Sanrissa)
Ayo Jelajah 12 Des 2025, 07:14 WIB

Hikayat Situ Cileunca, Danau Buatan yang Bikin Wisatawan Eropa Terpesona

Kisah Situ Cileunca, danau buatan yang dibangun Belanda pada 1920-an, berperan penting bagi PLTA, dan kini menjadi ikon wisata Pangalengan.
Potret zaman baheula Situ Cileunca, Pangalengan, Kabupaten Bandung. (Sumber: KITLV)