Seribu Wajah, Satu Harapan: Anak Down Syndrome dan Jalan Panjang Penerimaan

Eneng Reni Nuraisyah Jamil
Ditulis oleh Eneng Reni Nuraisyah Jamil diterbitkan Kamis 16 Okt 2025, 15:19 WIB
Di balik wajah khas yang disebut “seribu wajah”, anak-anak Down syndrome menyimpan dunia yang tak semua orang mau menyelami. (Foto: Freepik)

Di balik wajah khas yang disebut “seribu wajah”, anak-anak Down syndrome menyimpan dunia yang tak semua orang mau menyelami. (Foto: Freepik)

AYOBANDUNG.ID -- Bukan tangisan yang pertama kali terdengar saat anak-anak ini lahir, melainkan bisikan kekhawatiran. Bukan karena mereka tak dicintai, tapi karena dunia belum siap menyambut mereka.

Rina Niawati, seorang ibu dan pengurus Persatuan Orang Tua Anak Down Syndrome (POTADS) Bandung, tahu betul rasanya berdiri di antara harapan dan kenyataan. “Kami bukan menuntut keistimewaan. Kami hanya ingin anak-anak kami diterima sebagai manusia,” ucapnya.

Di balik wajah khas yang disebut “seribu wajah”, anak-anak Down syndrome menyimpan dunia yang tak semua orang mau menyelami. Mereka lahir dengan satu kromosom lebih banyak, tapi justru diberi satu kesempatan lebih sedikit.

“Banyak yang takut. Takut anak kami galak, takut digigit. Padahal mereka itu lembut, penuh empati. Mereka tak bisa pura-pura,” kata Rina.

Rina menyebut anak-anak Down syndrome sebagai manusia paling jujur yang pernah ia temui. Namun kejujuran itu tak cukup untuk menembus tembok stigma. Di sekolah, mereka sering ditolak. Di taman bermain, mereka dijauhi. Di masyarakat, mereka dianggap beban.

“Sekolah inklusi di Bandung banyak, tapi hanya di atas kertas. Kalau anak kami mau masuk, ditanya IQ-nya. Harus 50 ke atas. Padahal anak Down syndrome rata-rata di bawah itu,” keluh Rina.

Rina menegaskan bahwa inklusi bukan soal angka, tapi soal hati. “Kalau sudah pakai syarat, itu bukan inklusi. Itu seleksi. Dan anak kami selalu gagal di seleksi itu,” ujarnya.

Pendidikan menjadi mimpi yang mahal. Sekolah swasta inklusi memang lebih terbuka, tapi biayanya tak semua orang tua sanggup. “Yang swasta bagus, tapi ya harus siap di biaya. Tidak semua orang tua bisa,” kata Rina.

Di Bandung, menurut data Dinas Pendidikan tahun 2024, hanya 202 anak disabilitas yang tercatat di jenjang PAUD. Tak ada data spesifik untuk anak Down syndrome, seolah mereka tak pernah ada. Padahal, anak-anak ini punya potensi. Mereka teliti, kuat secara fisik, dan punya bakat di seni dan olahraga.

“Banyak yang dalam bidang olahraga sampai seni. Tapi siapa yang mau melihat kalau mereka terus disembunyikan?” tanya Rina.

POTADS Bandung berdiri sejak 2012, menjadi rumah bagi para orang tua yang lelah berjuang sendiri. Di sana, mereka saling menguatkan, berbagi terapi, berbagi cerita, dan kadang hanya berbagi pelukan.

“Begitu lahir, anak Down syndrome harus langsung dicek jantungnya. Karena 30 persen dari mereka punya kelainan jantung. Tapi banyak orang tua yang bahkan tak tahu harus ke mana,” jelas Rina.

Rina menekankan pentingnya terapi sejak dini. Pasalnya, setiap anak punya kebutuhan berbeda. Ada yang butuh fisioterapi, ada yang butuh terapi bicara. Tapi yang paling penting, orang tua harus kuat. Kekuatan itu bukan datang dari dalam, tapi dari komunitas. “Di POTADS, kami saling menyemangati. Karena hanya sesama orang tua yang benar-benar paham rasanya,” ujar Rina.

Kini di balik keresahan itu, banyak lahir gerakan lebih besar yang mulai mengembangkan pelatihan keterampilan bagi anak-anak Down syndrome. Mulai dari membatik, membuat sabun, hingga merangkai bunga. Tak jarang, karya-karya mereka mulai dipasarkan dalam bentuk produk kreatif.

Namun, membangun bisnis inklusif bukan perkara mudah. Banyak pelatihan yang bersifat seremonial, tanpa pendampingan jangka panjang. Rina juga menyoroti minimnya dukungan dari lembaga pendidikan dan pemerintah daerah dalam mengembangkan potensi anak-anak disabilitas intelektual.

Meski begitu, semangat tak pernah padam. Salah satu contohnya, POTADS rutin menggelar pameran karya dan pelatihan bisnis sederhana bagi orang tua. Dari mulai pelatihan membuat batik jumputan, sabun aromaterapi, dan aksesori buatan tangan. Beberapa bahkan sudah masuk dalam kurasi pameran inklusi di tingkat provinsi.

Oleh karena itu, Rina berharap masyarakat berhenti melihat anak Down syndrome sebagai “cacat”. Mereka bukan penyakit, bukan kutukan, dan bukan akibat keturunan. Semua bisa terjadi pada siapa saja yang Tuhan kehendaki.

"Anak down syndrome itu bukan untuk dihakimi, tapi untuk diberi kesempatan. Mereka bisa melakukan apa pun, hanya saja dengan ritme yang berbeda," pungkasnya.

Alternatif produk kebutuhan fashion anak atau UMKM serupa:

  1. https://s.shopee.co.id/Vy4lcN6Tc
  2. https://s.shopee.co.id/4ArN8NCriv
  3. https://s.shopee.co.id/3qEWjmIGfG
  4. https://s.shopee.co.id/2Vj99MePSO
  5. https://s.shopee.co.id/3AypwbjzaY
Nilai artikel ini
Klik bintang untuk menilai

Berita Terkait

News Update

Ayo Biz 16 Okt 2025, 20:01 WIB

Warisan Lampau Braga yang Menyulap Bandung Jadi Magnet Wisata dan Bisnis Kreatif

Kawasan legendaris Braga bukan sekadar jalan, melainkan lembaran sejarah yang hidup, menyatu dengan denyut nadi modernitas kota.
Kawasan legendaris Braga bukan sekadar jalan, melainkan lembaran sejarah yang hidup, menyatu dengan denyut nadi modernitas kota. (Sumber: Ayobandung.id | Foto: Kavin Faza)
Ayo Netizen 16 Okt 2025, 19:00 WIB

Bisakah Mengurangi Korban Banjir dengan Teknologi?

Bisakah sistem prediksi dan peringatan dini banjir mengurangi korban banjir Sungai Citarum?
Pelatihan Mitigasi Bencana Banjir di Desa Majalaya, Bandung (Sumber: BBWS Citarum)
Ayo Netizen 16 Okt 2025, 18:10 WIB

Kalah Lagi di Denmark Open 2025, Senjakala Prestasi Anthony Sinisuka Ginting?

Pebulu tangkis tunggal putra andalan Indonesia, Anthony Sinisuka Ginting, kembali harus terhenti di babak awal.
Anthony Sinisuka Ginting. (Sumber: PBSI)
Ayo Netizen 16 Okt 2025, 17:28 WIB

5 Bacaan Seru buat Kenal Agama dengan Cara yang Enggak Biasa

Bukan hanya untuk memahami agama yang berbeda, tapi juga untuk memandang ulang agama sendiri dengan cara yang lebih menantang dan seru.
Sampul Buku "Anicca" (Sumber: gramedia.com)
Ayo Biz 16 Okt 2025, 17:09 WIB

Ketimpangan Akses Kesehatan di Jabar yang Masih Membayangi dan Upaya Menuju Gaya Hidup Sehat

Pemerataan akses pelayanan kesehatan masih menjadi tantangan serius di Jabar termasuk Bandung, terutama bagi mereka yang tinggal di wilayah pinggiran dan bekerja di sektor informal.
Pemerataan akses pelayanan kesehatan masih menjadi tantangan serius di Jabar termasuk Bandung, terutama bagi mereka yang tinggal di wilayah pinggiran dan bekerja di sektor informal. (Sumber: Ayobandung.id | Foto: Eneng Reni Nuraisyah Jamil)
Ayo Netizen 16 Okt 2025, 16:39 WIB

Kisah Dodit Mulyanto Ikut Bersaing dalam Cerita Film Berdasarkan Thread

Film yang berangkat dari kisah viral yang bertebaran di media sosial menjadi sebuah perjalanan baru bagi perfilman Indonesia
Poster film Rumah Dinas Bapak. (Sumber: Netflix)
Ayo Biz 16 Okt 2025, 15:19 WIB

Seribu Wajah, Satu Harapan: Anak Down Syndrome dan Jalan Panjang Penerimaan

Di balik wajah khas yang disebut “seribu wajah”, anak-anak Down syndrome menyimpan dunia yang tak semua orang mau menyelami.
Di balik wajah khas yang disebut “seribu wajah”, anak-anak Down syndrome menyimpan dunia yang tak semua orang mau menyelami. (Foto: Freepik)
Ayo Netizen 16 Okt 2025, 14:58 WIB

Dari Falsafah ke Konten Digital: Perjalanan Gaya Komunikasi Publik di Jawa Barat

Pemimpin yang mampu berkomunikasi dengan publiknya adalah pemimpin yang akan selalu dikenang sepanjang masa.
Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi. (Sumber: Pemkot Depok)
Ayo Netizen 16 Okt 2025, 12:44 WIB

Eskalasi Kekecewaan terhadap MBG: Perspektif Kualitas Kebijakan

Eskalasi kekecewaan terhadap MBG bukan hanya sekadar masalah administratif.
Program Makanan Bergizi Gratis (MBG) (Sumber: Pemprov Jateng)
Ayo Jelajah 16 Okt 2025, 11:47 WIB

Sejarah Sanatorium Pacet Cianjur, Pusat Pengobatan TBC Pertama di Priangan

Sanatorium Pacet Cianjur berdiri 1919 sebagai salah satubpusat perawatan TBC paling awal di Hindia Belanda dan pelopor sanatorium paru di Nusantara.
Bangunan Sanatorium Pacet Cianjur. (Sumber: KITLV)
Ayo Netizen 16 Okt 2025, 10:02 WIB

Akaza di Demon Slayer: Sisi Manusia di Balik Iblis

Akaza di Demon Slayer: Infinity Castle (2025) bukan sekadar antagonis.
Pertarungan sengit antara Akaza dan Tanjiro di Demon Slayer: Infinity Castle (2025) menampilkan visual sinematik memukau dan emosi yang intens. (Sumber: Crunchyroll)
Ayo Netizen 16 Okt 2025, 08:09 WIB

Sejumlah Masalah Timbul dari Jam Operasional Truk yang Melanggar Aturan

Permasalahan jam operasional truk memang belum menjadi perhatian khusus tapi isu ini sangat penting dibahas.
Jam Operasional Kendaraan besar seperti truk seringkali menjadi salah satu penyebab kemacetan di daerah kopo, cibaduyut dan cangkuang (Sumber: Dokumentasi Penulis | Foto: Dias Ashari)
Ayo Jelajah 15 Okt 2025, 21:15 WIB

Sejarah Pindad, Pindah ke Bandung Gegara Perang Dunia

Jejak sejarah PT Pindad dimulai dari bengkel senjata era Daendels di Surabaya hingga menjadi perusahaan pertahanan terbesar Indonesia yang bermarkas di Bandung.
Para buruh sedang bekerja di Artillerie Constructie Winkel (ACW), cikal bakal PT Pindad di Bandung. (Sumber: Tropenmuseum)
Ayo Netizen 15 Okt 2025, 20:12 WIB

5 PR Literasi Religi Kita

Di sinilah letak masalah literasi religi, kita masih punya banyak PR yang belum selesai.
Di sinilah letak masalah literasi religi, kita masih punya banyak PR yang belum selesai. (Sumber: Pexels/Janko Ferlic)
Ayo Biz 15 Okt 2025, 19:25 WIB

Regenerasi Rasa Lokal yang Menghidupkan Bisnis Kuliner Bandung

Dari nasi kuning hingga urap segar, sajian warisan nenek moyang kini tampil sebagai menu utama di berbagai resto dan kafe, bukan sekadar pelengkap.
Dari nasi kuning hingga urap segar, sajian warisan nenek moyang kini tampil sebagai menu utama di berbagai resto dan kafe, bukan sekadar pelengkap. (Sumber: Ayobandung.id | Foto: Eneng Reni Nuraisyah Jamil)
Ayo Netizen 15 Okt 2025, 18:22 WIB

Disiplin, Penuntun Kesadaran

Disiplin bukan soal patuh pada aturan, tapi perjalanan panjang menuntun diri menuju kesadaran.
Ilustrasi siswa sekolah di Jawa Barat. (Sumber: Pemprov Jabar)
Ayo Netizen 15 Okt 2025, 17:11 WIB

Event Rakyat dan Tren Konten Horor: Memulangkan Martabat Abangan sebagai Agama Rakyat

Kita sendiri adalah anak kandung dari abangan yang perlahan dipatuhkan lewat pembinaan agama yang sangat masif.
Setelah ’65 abangan dituding ateis, antek komunis, dan dibasmi habis. Namun begitu agama rakyat ini tidak pernah benar-benar hilang. (Sumber: Pexels/afiful huda)
Ayo Biz 15 Okt 2025, 17:07 WIB

Keju Meleleh Masih Jadi Primadona: Tren Kuliner Kekinian yang Menggairahkan Bisnis Resto di Bandung

Mozzarella bukan sekadar bahan pelengkap, tapi telah menjelma menjadi ikon kuliner kekinian yang terus menggairahkan pasar makanan di Bandung.
Mozzarella bukan sekadar bahan pelengkap, tapi telah menjelma menjadi ikon kuliner kekinian yang terus menggairahkan pasar makanan di Bandung. (Sumber: Ayobandung.id | Foto: Eneng Reni Nuraisyah Jamil)
Ayo Netizen 15 Okt 2025, 15:39 WIB

Pemotongan Dana Transfer Daerah dan Efisiensi Fiskal Jawa Barat

Krisis fiskal Jawa Barat menjadi momentum reformasi anggaran.
Krisis fiskal Jawa Barat menjadi momentum reformasi anggaran. (Sumber: Unsplash/ Mufid Majnun)
Ayo Biz 15 Okt 2025, 15:31 WIB

Membaca Gen Z di Bandung: Generasi Kreatif yang Rentan Terputus dari Realitas

Generasi Z tumbuh dalam era digital yang serba cepat, di mana teknologi bukan sekadar alat bantu, melainkan bagian dari identitas dan cara hidup.
Generasi Z tumbuh dalam era digital yang serba cepat, di mana teknologi bukan sekadar alat bantu, melainkan bagian dari identitas dan cara hidup. (Foto: Freepik)